Bau aneh di setiap pojokan rumah biasa tercium saat musim penghujan tiba, aku sangat membencinya. Musim penghujan tiba lebih awal dari dugaanku, sudah satu minggu air yang katanya dari langit itu mengguyur kota. Jalanan menjadi becek dan licin, sepatu harus dibersihkan setiap hari sepulang sekolah, menambah pekerjaanku saja.
Saat musim hujan, malam hari datang lebih cepat bersamaan dengan kesunyian, bercumbu dengan suhu dingin, selimut dan ranjang menjadi sahabat baik sampai fajar tiba. Tidak denganku, entah mengapa mimpi buruk itu datang lagi, bertahun-tahun sudah aku susah payah melupakannya.
Mana mungkin aku melupakan peristiwa itu, peristiwa di mana saat itu aku adalah orang bodoh yang kejam, membiarkan Haru teman sekelasku dikeroyok oleh siswa dari kelas lain, matanya melihatku seakan meminta tolong padaku, tapi aku hanya lewat berpura-pura tidak melihatnya. Jangan menambah masalah, lagi pula tidak ada tuh orang yang membantu permasalahanku, pikirku saat itu. Keluargaku sedang hancur saat itu. Hampir aku bunuh diri karenanya, dalam hatiku yang terdalam aku menyesalinya, seandainya aku bertemu Haru lagi aku tidak akan mengacuhkannya lagi.
Siang dan malam, berita di televisi sedang ramai oleh kasus meninggalnya murid kelas 10A di sekolahku, Shinji Lissa. Ia ditemukan oleh teman dekatnya telah tewas dibangkunya sendiri. Seluruh tubuh dan pakaiannya dihiasi dengan warna merah merekah aroma karat. Ngeri, harus mendengar berita itu setiap hari, ditambah lagi kasus itu terjadi di sekolahku sendiri, parahnya, pelaku masih misteri. Besar kemungkinan pelakunya diantara kami, semenjak itu rekan-rekanku yang penyendiri dan berkepribadian aneh tiba-tiba dijauhi oleh murid lainnya. Rasa kecurigaan yang berlebihan meracuni sekolahku dengan syndrom negatif thinking.
Lissa merupakan siswi yang kurang menonjol, ia hanya memiliki satu teman, orang yang menemukan mayatnya sendiri itu adalah temannya, Marine. Lissa memiliki saudara laki-laki, Shinji Rio. Kelas 11B. Semenjak kematian adiknya, Rio tidak lagi masuk sekolah. Aku tahu sekali perasaan itu, perasaan di mana orang yang dekat denganmu tiba-tiba lenyap begitu saja seperti kepulan asap yang hilang terhembus angin.
Suara yang tidak asing lagi, reporter wanita itu giat menimba uang melalui berita yang tayang setiap pagi. "Menurut Forensik, kematian Shinji Lissa masih belum diketahui, karena tidak ada satupun trauma fisik mau pun mental di tubuhnya. Lalu apa warna merah yang membalut seluruh tubuhnya, seperti coklat yang membalut permen apel? Itu memang darah, tapi bukan darah manusia, tim Forensik masih menelitinya,"
Sarapanku selalu tersisa semenjak kematian Lissa, itu karena berita pagi yang selalu membahas kematiannya di waktu bersamaan dengan waktu sarapanku. Malas berangkat sekolah jadinya. Tebak saja, pasti mereka sangkut pautkan ini dengan sesuatu yang tidak logis.
Benar, dari gerbang masuk sampai koridor mereka membicarakan Lissa, "Seram, meninggalnya tidak wajar, ini pasti Alien, hantu atau...."
"Akh kamu ada-ada saja,"
Dimana sekolah sedang heboh dengan kematian Lissa, ada siswa baru yang terpaksa harus pindah ke sekolah ini, mereka bilang ia harus pindah karena tuntutan pekerjaan orangtua.
YOU ARE READING
PION
Mystery / ThrillerPion tidak bernama, mereka didata berdasarkan nomor urut saat mereka mendaftar. Besi panas, seperti memberi tanda kuda pacu, direkatkan pada pundak bagian kiri Pion, jika kuda pacu seperti luka terbakar sedangkan Pion tanda itu lebih mirip Tato Angk...