Entah

15 0 0
                                    

Nuii harus kembali ke kelas, karena ada bukunya yang tertinggal. Ia tidak percaya, di semua sudut koridor tidak ada siapa-siapa, sekolah sepi lebih awal. Biasanya sampai malampun masih ada kegiatan di sekolah. Nuii lupa bahwa setelah kematian Lissa semua yang ada di sini berubah total.

Ia terpaksa melewati ruangan kelas yang bergarsi polisi, di mana Lissa ditemukan tewas, karena hanya itu jalan satu-satunya menuju ke kelasnya. Ruang itu memang dikosongkan sejak itu, demi kelancaran penyelidikan. Siswa-siswi yang sekelas dengan Lissa dipindahkan ke ruang kelas kosong lainnya. Nuii tidak mau melihat sebuah bangku yang terdapat banyak bunga bela sungkawa di atasnya, namun ia teralihkan oleh seseorang yang berdiri diam didekat bangku itu. Siswa itu nampak asing baginya.

Barulah Nuii merasa janggal dan seram, siswa itu menghampirinya. Rambutnya bergelombang seperti bulu domba, kulitnya putih, badannya tinggi kurus, pergerakkannya pun lincah. Siswa itu terlihat seperti anak berandal. Dia Haruma Yama, murid baru yang pindah pada waktu yang kurang tepat.

"Aku mendengar dari berita, katanya di sekolah ini ada pembunuhan. Keren sekali, baru saja pindah ke sini ekh ada kejadian seru terjadi,"

"Kamu anggap itu lelucon? Seseorang terbunuh kamu anggap itu lelucon?" Nuii benar-benar tidak mengerti yang ada dipikiran orang itu. Mendadak ia ingat bahwa ada anak baru pindah ke sekolahnya.

"Aku hanya asal bicara,"

Nuii meninggalkan siswa itu, berjalan menuju kelasnya.

"Hei! Begitu saja marah. Bukannya kenalkan dirimu, aku Haruma Yama, dari kelas 10B,"

Nuii berhenti, ia merasa tidak asing dengan nama itu. Tangannya tiba-tiba gemetar.

Haruma melihatnya, "Hei, kamu tidak apa?"

Nuii tidak menanggapinya, ia pergi tergesa-gesa.

Haruma tidak sengaja melihat papan nama di baju Nuii tadi, "Nuii Nagisa..... aneh sekali," ia merasa pernah mendengar nama itu.


Di kamar, di sebuah loteng toko roti, Nuii terbaring lemas, masih berseragam sekolah, sejak kemarin sore, kini pukul jam 8 siang, ia merasa jiwanya lepas dari tubuhnya. Tidak memungkinkan untuk sekolah. Tangannya masih saja gemetar.

Jadi arti dari semua mimpi Nuii selama ini adalah dimana dirinya bertemu kembali dengan Haru alias Haruma Yama, walaupun ia sudah berjanji, akan menyapa Haru bila bertemu lagi, tetap saja, Nuii bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang lain. Sudah lama hidup sendiri, ia bahkan tidak memerlukan teman untuk bercerita panjang lebar kehancuran keluarganya.

Sejak ia lulus dari SMP, Nuii menghidupi dirinya sendiri, bibi Nia, pemilik toko Roti di persimpangan jalan itu berbaik hati menerima Nuii bekerja dan tinggal disana. Semua SPP sekolah ditanggung oleh bibi, setiap hari, sarapan, makan siang dan makan malam tak pernah ia makan nasi, roti sisa di toko tempat bekerjanya lah menjadi hidangan lezatnya, walaupun sisa tapi ukurannya besar-besar, tak sampai hati bibi bila memberikan remah roti padanya. Nuii tidak pernah mengeluh, justru ia sangat berterimakasih, masih ada orang baik di kehidupan yang keras ini.

Bibi Nia merasa khawatir, biasanya pagi-pagi sekali Nuii sudah turun, bersih-bersih di toko. Bibi Nia terkejut mendapati Nuii terbaring lamas, tadinya bibi mau tutup toko saja dan membawa Nuii ke rumah sakit, tapi Nuii membujuk bibi agar tidak terlalu khawatir, ia menjelaskan keadaannya hanya demam. Bibi menyerah.

Di sekolah, Haruma Yama mencari gadis yang memarahinya kemarin, ia kecewa mengetahui dari teman sekelas Nuii, bahwa Nagisa Nuii tidak berangkat hari ini. Sedangkan teman-teman sekelas Nuii merasa aneh, baru kali ini ada yang mencari Nuii.

Menjelang sore, di toko roti, bibi Nia berbenah tutup toko. Ia bersemangat ada pelanggan berjalan menuju tokonya, susana hatinya berubah saat melihat penampilan pelanggan itu seperti anak berandal. Bell berbunyi tanda pelanggan masuk ke tokonya.  Dia adalah Haruma Yama.

"Si-silahkan, beruntung sekali, baru saja mau aku tutup," bibi Nia gugup menyangka pemuda itu akan membajak tokonya.

"Oh..... hehehe, Jangan takut aku anak baik, aku hanya ingin menanyakan sesuatu,"

Bibi Nia melihat seragam Haruma, "Iya silahkan,"

"Benarkah Nagisa Nuii tinggal disini?"

Bibi Nia merasa terkejut, tidak biasanya ada yang mencari Nuii. "Nuii? Iya benar dia tinggal disini. Kamu temannya?" tebak Bibi Nia.

"I-iya," jawab Haruma ragu, mengingat Nuii jutek sekali padanya kemarin.

"Waaah, baru kali ini temannya main ke sini. Dia ada di atas, biasanya ia jaga toko, tapi sekarang ia sedang sakit," Bibi Nia menunjuk ke tangga yang menuju ke loteng, kamar Nuii berada.

"Sakit? Boleh aku kesana?"

"Ten-tentu, tapi ketuk dulu pintunya, jangan didobrak," canda bibi Nia.

"Ahahaha, tidak akan,"

Di kamar Nuii, akhirnya dia bisa tertidur. Haruma mengetuk pintu, sesuai yang diperintahkan bibi Nia, tapi tidak kunjung dibuka. Haruma akhirnya memasuki kamar Nuii, ada kursi dan meja belajar, ada jendela di sampingnya yang menuju balkon, tirainya ditutup namun cahaya matahari tetap masuk hanya saja tidak terlalu terang. Haruma merasa iba melihat Nuii yang tertidur dangan masih memakai seragam. Ia langsung bersila di kursi belajar Nuii yang telah ia geser menghadap Nuii.

Kabut hitam tiba-tiba menyelimuti pandangan Nuii, tidak ada apapun yang ia lihat, kecuali seseorang yang berdiri lesu, "Nuii..... kenapa kamu tidak menolongku? Karenanya aku kehilangan sesuatu....." ia sangat hapal wajah itu saat orang itu memandanginya dengan pandangan kosong.


"Haru..... maafkan aku....."

Haruma lantas saja kaget mendengar Nuii yang mengigau memanggil namanya. "Haru? Sudah kuduga dia mengenaliku,"

Haruma hanya duduk saja menunggu Nuii terbangun, karena uadara di ruangan itu sejuk, ditambah Haruma hanya tidur dua jam tadi malam, ia terserang kantuk, satu menit kemudian ia tertidur.

Sampai jam lima sore, matanya mengintip-ngintip, remang-remang ia melihat bulu domba hitam, saat pandangannya jelas Nuii terperanjat bangun mendapati seorang laki-laki yang tertidur di kursi belajarnya. Ia merasa terkejut lagi melihat wajah lelaki itu, "Haru!"

Haruma sontak bangun dari tidur nyenyaknya, otaknya mengumpulkan kesadaran yangn masih tertinggal di mimpinya. Haruma masih setengah sadar.

"Bibi Nia bisa jelaskan kenapa ada anak domba masuk kesini?" teriak Nuii di ambang pintu, dangan tubuh yang masih lemas.

"Domba? Hei yang benar saja," protes Haruma bangkit dari kursinya. "Gadis yang satu ini selalu saja marah-marah tanpa sebab. Aku Yama Haruma, yang kemarin,"

Nuii terdiam.

"Tidak lupakan? Masa lupa,"

Nuii masih terdiam.

Haruma kehabisan pembicaraan, "Kamu kenal aku?"

Segera pandangannya menuju Haruma, "Apa aku mengatakan sesuatu saat aku tidur?"

"Iya, kamu berulang kali mengatakan "Aku minta maaf Haru." Apakah Haru yang kamu maksud itu aku?"

"Bu-bukan, bukan kamu," Nuii berbohong, Haruma menyadari itu.

"Lalu siapa?"

Nuii menghela nafas, "Entahlah,"

PIONWhere stories live. Discover now