Volume 1

29 3 0
                                    

Bab 2 ( Kenyataan )

....

Setelah bangun hari itu, Wendy merasakan aura-aura aneh yang berada disekitarnya. Tadinya ia pikir mungkin hanya khayalannya, tapi semakin hari Indra itu seperti semakin menajam.

Wendy belum cerita apa-apa tentang malam itu kepada paman dan bibinya, karena masih bingung dan kelimpungan sendiri akhirnya Wendy mencoba untuk menanyakan hal yang tak masuk akal kepada mereka.

"Bibi nancy, aku ingin bertanya padamu"

"Jarang sekali kau ingin bercakap-cakap denganku, jadi mau tanya apa?"

"Ini kejadian tentang malam itu, saat Paman dan bibi mencariku. Aku berada dirumah dan tak pergi kemana-mana, dan aku tertidur disofa setelah tragedi bulan merah" jelasnya.

Nancy yang mendengar itu langsung mendekatkan diri padanya.

"Kau melihat bulan merah?"

"Ya"

"Saat itu pukul berapa?"

"Mungkin tepat tengah malam? bukankah paman dan bibi saat itu menelpoku? ku pikir kalian tidak akan pulang malam itu"

"Hei nak, apa yang kau rasakan?" Nancy seakan mengabaikan pernyataan terakhir wendy, ia hanya fokus bertanya hal pentingnya.

Wendy agak enggan menjawabnya tapi akhirnya dia berkata secara singkat.

"Aku merasa seperti dibekukan"

...

"Wendy diharap kau segera menghadap ke kepala sekolah" tiba-tiba saja Miss Agni memanggil Wendy.

Membuat seluruh atensi dikelas memperhatikannya, Wendy dengan enggan pergi dari meja nya dan berjalan keruangan kepala sekolah.

'ahh, aku benci diperhatikan' batinnya kesal.

(Room Head Master)

"Permisi saya Wendy" ujar Wendy.

Kepala sekolah memperhatikan Wendy dengan seksama dan mulai mempersilahkan Wendy untuk duduk didepannya, dengan enggan Wendy duduk disana.

"Maaf tiba-tiba memanggilmu kemari nak, ada yang ingin ku bicara kan denganmu"

Wendy hanya mengangguk mengiyakan.

"Bibimu kemarin bilang bahwa kau sempat berhalusinasi berlebihan, aku turut perihatin tentang hal itu nak" ocehnya.

Membuat Wendy bingung.

"Sepertinya bibimu ingin mengobatimu dulu, jadi aku mendukungmu kesembuhan mu Wendy. Cepat sembuh, dan kau boleh pulang hari ini" katanya.

Kepala sekolah segera menyuruh Wendy cepat-cepat untuk pulang, dengan rasa kesal Wendy pulang naik bis.

'seperti nya dia benar-benar ingin mengusir ku dari sekolah' pikirnya.

Setelah pulang kerumah Wendy melihat nancy dan mickel sedang membereskan beberapa koper.

"Wendy! Cepatlah bersiap" ujar Mickel--pamannya ketika melihat Wendy pulang.

"Bersiap?"

"Iya, kita akan mengantarmu ke sekolah baru" jelas nancy.

"Kenapa aku harus pindah? lagian kenapa tiba-tiba sih?" Dengan nada kesal.

"Hei kanapa kau kesal begitu? Bukankah kau selalu bosan berada disini terus menerus?" Kata nancy.

"Aku sedikit kesal karna kepala sekolah seperti mendepakku untuk keluar dari sekolah, tapi ternyata itu ulah kalian."

"Tapi kenapa kalian mengakatakan bahwa aku sakit?" Tambahnya.

"Tidak ada waktu Wendy, kita harus bergegas sekarang. Sebelum malam" ajak mickel.

...

"Maaf aku baru menjelaskan ini padamu nak, karna ku pikir itu agak mustahil untukmu" ujarnya ragu.

"Mustahil?"

"Ya, seperti yang kau tahu bahwa ayah dan ibumu membawamu jauh dari kota tempat mereka lahir dan memindahkan mu kedekat kami"

"Karena kota itu rawan penculikan, dan pembunuh berantai?"

Nancy mengangguk.

"Yah walaupun sekarang aku agak ragu kalau itu alasan mereka membawaku kedekat kalian" tambahnya.

"Sebenarnya bukan itu, ada sesuatu yang belum pernah kami beritahu kan padamu"

"Kau penyihir nak" kata mickel sambil menyetir.

"Yeah mungkin kau sedikit tak percaya bahwa dizaman ini masih ada penyihir, tapi itu kenyataannya. Kau, ayah dan ibumu termasuk kami. Adalah penyihir" jelas nancy.

Wendy masih mendengarkan dengan seksama.

"Kami mengira bahwa kau tak akan menjadi penyihir karena kedua orang tuamu"

"Maaf nak jika kau tersinggung, tapi itu kenyataan yang kami percaya ketika kau lahir" ujar mickel.

"Jadi?"

"Kau akan masuk ke sekolah yang lebih layak nak" kata nancy.

Saat itu hujan tiba-tiba saja menguyur jalanan dengan deras, dan beberapa kilatan muncul diatas langit. Wendy menatap hal itu dalam-dalam dan memejamkan matanya sebentar dan menghela napas.

'lagi dan lagi hidup menjadi manusia itu memang melelahkan, err... Ku ralat kami penyihir' batinnya masih mengeluh.

....

To be continue

Shadow Academy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang