"Nona Elsa sudah bangun?" Suara itu yang pertama kali Elsa dengar saat matanya terbuka.
Elsa mengamati pemandangan sekitar. Dan disinilah ia berada sekarang, di sebuah ruangan besar bernuansa eropa klasik. Dapat Elsa lihat ada dua lukisan abstrak yang menempel pada dinding berwarna krem.
Kamar ini sangat mewah, lantainya terbuat dari marmer yang tampak mengkilat saat terkena pantulan cahaya lampu gantung berbentuk pohon beringin.
Elsa memantul-mantulkan tubuhnya di ranjang king size. Kasur ini benar-benar empuk, sangat berbeda dengan kasur di rumahnya yang terasa seperti hanya tumpukan jerami.
Pelayan kembali berkata, "Nona ini sudah waktunya makan dan mandi. Nyonya Mona meminta Nona untuk segera bersiap-siap ke sekolah."
"Iya Tante," sahut Elsa lantas buru-buru mandi.
Tidak sampai sepuluh menit Elsa sudah selesai dengan ritual paginya sebelum berangkat ke sekolah. Ia turun ke ruang makan di sana sudah ada Mona dan Vergaz sedang duduk di meja makan.
"Good morning, pagii!" sapa Elsa antusias.
"Morning Elsa," balas Mona dengan senyum mengembang di bibirnya.
Sementara lelaki bersurai putih yang duduk di sisi Mona hanya membalas sapaan Elsa dengan tatapan datar dan anggukan singkat. Lalu kembali fokus dengan berkas yang ada di tangannya.
"Sayang, lihat deh menantu kita cantik sekali, bukan?" ujar Mona.
"Ya," jawab Vergaz masih sibuk membaca berkas.
Respon singkat Vergaz itu kontan membuat Elsa dan Mona saling tukar pandang. Elsa menjadi canggung namun buru-buru Mona alihkan. "Dia memang sering begitu kalau sudah berurusan sama kerjaan," celetuk Mona seraya mempersilahkan Elsa duduk.
"Oh Papa Vergaz suka badmood ya," gumam Elsa.
"Betul sekali El, sudah seperti wanita saja kalau lagi badmood," tambah Mona sambil cekikikan.
"Kalian kenapa jadi membicarakan Papa?" Vergaz tidak terima.
"Lagian kamu suka banget badmood. Jadi keliatan makin tua tau," ejek Mona.
"Kamu yang tua Mon, lihat deh aku masih tampan dan keren begini, iya kan menantuku?" Vergaz meminta pengakuan pada Elsa.
"Elsa harus jujur ya, Papa sudah keliatan tua kan?" serobot Mona.
"Muda!"
"Tua!"
"Muda!"
"Tua!" Mona tidak mau kalah dengan suaminya itu.
"MAMA PAPA!" panggil Mona menghentikan perdebatan sepasang suami istri sekaligus mertuanya.
"Aduh Elsa sayang, maafkan kami," ucap Mona. "Ini salahmu, menantuku jadi melihat kita ribut," tambahnya menatap Vergaz sinis.
"Astaga kamu menyalahkanku Mon? Jelas-jelas kamu yang memulai keributan," cerca Vergaz tidak mau disalahkan.
"Memang kamu yang salah!"
"Ah terserahmu saja," Vergaz menghela napas, kodrat wanita adalah selalu benar jadi percuma ia meladeni Mona karena pasti ujungnya ia yang harus mengalah.
Pertikaian tidak bermutu ini sudah sering terjadi di antara Vergaz dan Mona. Kendati sering bertengkar dan berbeda pendapat hubungan pernikahan mereka tetap awet karena love language mereka yang sama yaitu word bacotion.
"Mama mau panggil Vante dulu ya? Kamu bisa mulai sarapan dulu," ujar Mona pada Elsa karena sudah 20 menit lamanya berada di meja makan namun Vante belum kunjung menampilkan batang hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY VANTE
Lãng mạnMenikah dengan Om-om konglomerat? WHY NOT? WARNING ‼️ cerita ini mengandung keuwuan yang luar biasa. Author benar-benar gak bisa bikin blurb, langsung baca saja ya.