02. PERGI DARI RUMAH

18 5 11
                                    

follow on instagram:@_warnalilac@lalunazara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


follow on instagram:
@_warnalilac
@lalunazara

start


[02]



Dara baru saja turun dari kamar, menuju meja makan dan langsung duduk di sebelah Zara. Sebab kursi meja makan hanya ada empat dihari biasa. Jika diharuskan memilih, lebih baik Dara tidak perlu ke sana, tetapi perutnya tidak sepemikiran.

Gadis, yang kali ini menguncir kuda rambut panjangnya, tersebut hendak mengambil nasi di mangkok kaca besar ketika kakinya diinjak secara sengaja oleh seseorang. Tanpa mencari tahu pun Dara tahu siapa pelakunya.

“Mam, pulang sekolah aku mau nge-mall dulu, boleh nggak?” tanya Zara, melirik Dara yang mulai makan nasi gorengnya.

“Nge-mall lagi?”

“Iya.” Dahi Zara mengerut, tak berusaha menyembunyikan kegusarannya. “Aku, kan, harus stay fashionable, followers-ku hampir sepuluh ribu lho, Mam. Ini, kan, demi menunjang penampilan aku biar bisa update feed terus. Papa juga nggak bakal larang kalo aku mau shopping again and again.”

Maya mengelap pinggiran bibirnya dengan tisu, kemudian menatap Zara seraya tersenyum kecut. “Sure, kalo kamu emang maunya gitu. Uang sakunya masih ada?”

“Ada.”

Good.”

Dara terbatuk untuk menyembunyikan gelak tawanya. Kebiasaan Zara meminta sesuatu kepada Maya untuk dipamerkan kepadanya sungguh menggelikan. Dia masih ingat ucapan Maya semalam tentang Zara yang penurut dan bla-bla-bla. Sungguh, Dara ingin sekali menertawakan itu.

Saudara kembarnya tersebut tidak bisa dibohongi. Zara tahu bila dirinya telah ditertawakan diam-diam. Dia mencebikkan bibir tak suka. Zara harus mengambil tindakan pembalasan. Satu pemikiran terlintas dalam benaknya. Sebelah sudut bibirnya terangkat sempurna di balik tangan yang memegang sendok di depan mulut.

“Oh ya, Mam.”

“Kenapa, Sayang?” tanya Maya. Wanita ayu berusia tiga puluh delapan tahun tersebut sedang mengupas buah apel merah.

“Aku lupa mau kasih tau, kalo kemarin lusa tuh Dara abis nabrak tukang ojek pangkalan pake sepeda motor temennya,” ucap Zara polos.

Sontak saja Dara terbatuk-batuk. Kali ini batuknya sungguhan. Matanya mendelik menatap Zara, sementara menuang air untuk diri sendiri. Zara berkedip-kedip seolah tak merasakan tajamnya tatapan saudara kembarnya itu.

“Hah? Dia nabrak orang? Naik motor?” Maya sangat terkejut dan bolak-balik menatap kedua anaknya itu.

Zara mengangguk. “Kalo nggak salah, itu motor punyanya akamsi deket sekolahan. Kalo diliat dari penampilannya tuh kayak preman gitu, Mam. Terus motornya pake motor modifikasi nggak jelas gitu.”

THE TWINS RIVALRY ♊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang