-BIJAKLAH DALAM MEMBACA-
Cerita ini bukan pure gxg tapi cerita ini mengandung unsur futanari yang cukup jelas. Cerita ini juga menggunakan bahasa yang non baku dan memiliki beberapa kata yang cukup vulgar dan kasar.
Cerita ini benar benar murni dari...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
__
Aurora segera mendorong Kalista menjauh, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia memasukkan tangannya ke dalam saku jaket kulitnya.
"Jangan peluk aku secara tiba-tiba. Aku tidak suka pelukan." Ucap Aurora dengan nada dingin, meskipun jantungnya berdetak kencang tanpa ia sadari.
"Begitu, ya? Maafkan aku kalau begitu." Jawab Kalista dengan nada menyesal, sambil memegang lengannya dan menunduk.
"Apa-apaan ekspresinya itu? Apa dia mencoba membuat aku merasa bersalah karena bersikap dingin?" Pikir Aurora, merasa bingung dan kesal. Ia menghela napas, lalu berbicara.
"Ayo naik saja, nanti semakin malam. Ke mana tujuan kita?" Ucap Aurora dengan nada dingin sambil memasang helmnya.
"Bagaimana kalau kita pakai mobilku saja?" Tanya Kalista sambil menunjuk mobil nya yang terparkir di garasi, di dalam hatinya ada sedikit keraguan.
"Aku tidak kuat angin malam." Kalista mengakui dalam hati, malu mengungkapkannya kepada Aurora.
Aurora berpikir sejenak, kemudian menatap Kalista. "Boleh saja, aku bisa menghemat bensin motor kalau begitu." Jawabnya enteng, dan Kalista tersenyum lega.
"Pak Santo, tolong masukkan motor teman saya ke dalam, ya."Ucap Kalista kepada satpam. Sang satpam hanya mengangguk dan memberi hormat.
"Siap, Non Kalista." Balasnya dengan sopan dan membungkuk sedikit sambil tersenyum.
Di dalam mobil, suasana terasa sunyi. Aurora tidak tertarik untuk memulai percakapan, sementara Kalista fokus menyetir, menatap jalanan yang padat oleh kendaraan meskipun bukan malam Minggu.
Kalista beberapa kali melirik Aurora yang menatap keluar jendela, melewati pemandangan indah yang sesekali muncul di tepi jalan.
"Kamu tidak ingin memotretnya?" Tanya Kalista, mencoba memecah keheningan. Aurora menoleh dan menggelengkan kepala.
"Cuma akan membuat penyimpanan penuh. Lagipula, tidak ada gunanya." Jawab Aurora dingin. Kalista tersenyum, merasa takjub pada Aurora yang tampak tidak peduli pada hal-hal sepele.
Setibanya di tujuan, Aurora keluar dari mobil dan melihat Kalista yang berjalan ke arahnya.
"Aku sudah reservasi tempat, jadi kita bisa langsung masuk." Ucap Kalista sambil memegang tas bermerk miliknya, mendahului Aurora.
Saat masuk ke restoran, Aurora baru menyadari bahwa Kalista mengajaknya untuk makan malam dengan suasana candlelight dinner.
"Sial, dia tidak bilang apa-apa tentang ini." Gumam Aurora dalam hati, merasa sedikit malu karena mengenakan pakaian kasual yang sama sekali tidak cocok untuk acara formal.
Mereka berdua memasuki ruangan VIP dan duduk berhadapan.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau kita akan candlelight dinner?" Tanya Aurora dengan nada dingin. Kalista menaruh tasnya di meja.