"TEJOOO TAIIIIII MUSNAH AJA LO!!!!" Murka Zora.
"Sorry Ra! gue ga sengaja. Sumpah" Sesal Tio.
***
"TIO STOPPP! GUE MAU BURYAM!" teriak Zora memanggil Tio yang ada didepan sana.
Tio yang mendengar teriakan Zora pun memundurkan sepedamya, menyetarakan posisi sepeda Zora.
"Oke, ayo cari tempat parkir dulu"
"Dih ngapain nyari, udah taroh situ aja tuh sepedanya! disamping tendanya!" tunjuk Zora pada samping tenda tukang bubur ayam yang akan mereka datangi.
"Ck, ogah gue, jangan disitu, tar sepeda gue lecet kena tumpukan kayu" decak Tio tak terima dengan saran Zora.
Pasalnya tempat parkir pilihan Zora jauh dari kata aman, penuh dengan tumpukan kayu-kayu usang. Bagaimana jika nanti polygon kesayangannya lecet atau bahkan penyok tertimpa kayu? Tio jelas tidak mau parkir disitu.
"Ribet amat lo, terus ini mau parkir dimana?"
"Nah disitu aja Ra! aman banget tu tempat" Tio menunjuk tempat teduh dibawah pohon rindang.
"Ih jauh tau yo! yang bener aja mau parkir disana, gamau ah" protes Zora tak terima.
"Engga jauh, deket banget itu Ra ayo parkir disana aja" ajak Tio mendahului Zora.
Dengan kesal Zora mengikuti Tio dari belakang.
Dasar cowo gak punya perasaan! main tinggal aja! awas lo —batin Zora.
"Nah kalau disini kan aman Ra" Tio tersenyum puas.
"Nih kili disini kin imin" Zora mencibir, menatap malas kearah Tio yang masih tersenyum, menyebalkan sekali.
"Udah ah ayo, gue dah laper" Zora berjalan meninggalkan Tio yang masih saja memperhatikan sepedanya. Aneh sekali Ammartio ini, siapa juga yang mau mengambil sepeda jeleknya itu.
"EH EH TUNGGU RA!" Tio berlari kecil untuk menyamai langkah Zora.
—
"Mbak bubur ayam 2 ya! yang satu ga dikasih bawang goreng" ucap Zora
"SIAP!"
Mereka berdua duduk manis menunggu pesanan tiba, Zora melirik sekilas kearah Tio, jengah sekali rasanya melihatnya. Bayangkan saja sedari tadi Tio masih saja memantau sepedanya.
"Udah deh, gausah diliatin terus, gabakal ada yang ngambil juga"
"Gue takut ilang Ra" cemas Tio.
"Ilang apasi, gabakal ilang Ammartio...orang sepeda lo jelek begitu, udah lusuh!" ucap Zora gemas.
"Enak aja jelek, itu masih bagus tau, cuma kelamaan aja digudang, baru gue pakai ini" bela Tio, enak saja mengatai kesayangannya jelek.
"ya ya ya terserah lo" balas Zora tak peduli.
"Permisi, ini mas mbak pesananya sudah jadi" ucap mbak penjual dengan ramah.

KAMU SEDANG MEMBACA
RATIONAL
Teen FictionTerjebak dalam dunia percintaan? rasanya mustahil sekali bagi Zora Laquitta, mengenal Zora adalah sosok yang begitu menghindari persoalan cinta. Baginya cinta itu merepotkan, buang-buang waktu jika menjalin cinta dan akan berujung dengan yang namany...