Aku tercekat kala mengingat momen itu, aku tak bisa membayangkan bila aku bersanding dengan mu,Irfan. Kau terlalu Masya Allah untuk diriku yang astagfirullah ini.
Ummah Fatimah datang dengan membawa beberapa minuman dan menyajikan nya tepat dihadapan meja yang tak jauh dari tempat duduk ku.
"Ummah, abah belum pulang?" Ujar Daffa seraya mencairkan suasana.
"Belum nak, ada apa? Kamu mau setoran?" Fatimah terheran - heran menatap anak bungsu nya yang sudah tak lagi menjadi anak - anak, pasal nya Daffa akan mengatakan seperti itu apabila ia ingin setoran al-waqiah kepada Abah nya.
"Eh ngak kok ummah, cuman ya itu" Daffa memicingkan matanya dan menggerakkan mata nya menatap kedua insan yang akan berjodoh ini
"Oh itu, Abah sebentar lagi akan pulang kok. Tadi Abah dijemput sama pak RT buat bantu bantu musibah bencana alam."
"Irfan, ajak bini mu keliling pesantren " ujar ummah Fatimah mengulum senyum
"Ya,ummah." Ujar anak sulungnya ummah Fatimah.
Setalah berujar dan berpamitan, Irfan lekas meraih tangan ku dan menuntunnya dengan pelan pelan lalu berjalan bersama meski enggan untuk melepaskan tangan nya.
Kalo kalian pikir aku di pegang tangannya sama Gus muda itu, itu salah besar! Say no. Ya karena Gus muda itu menggunakan satu tangkai lidi untuk menuntun ku, bisa dibayangkan aku yang memegang lidi dan dia juga memegang lidi yang sama.
Hadeh, tingkah mu ada - ada saja mas.
"Aku senang kamu disini"
Kalian bisa tebak siapa yang ngucapin?
Ya,Gus Irfan.
Elni pun merasa aneh dengan topik nya, lantas ia bertanya balik kepada Gus muda yang menawan itu.
"Senang? Kenapa?"
"Karena aku tidak sia sia menyebut mu disetiap doa ku " setelah mengucapkan kalimat yang membuat kaum hawa mleyot, ia mengambil satu bunga Lily yang tumbuh dengan subur. Kemudian ia memasangkannya di kerudung gadis itu.
Elni tercekat, apakah ini yang dinamakan cinta namun tak sengaja? Aku tak habis pikir dengan Gus muda yang satu ini, mengapa tingkah nya seakan akan mampu membuat ku melayang dan kemudian melayang lebih tinggi. Hadeh aku berasa seperti layang layang.
Aku terkadang heran, kok bisa yah Allah memberikan ku jodoh sepertinya? Ialah yang aku butuhkan sekarang.
"M-mas-- eh Gus" gadis mungil itu menunduk malu kala salah memanggil lelaki yang ada di hadapannya.
"Kenapa, hm? Panggil mas saja neng"
Kalimat itu lagi lagi sukses membuat ku mendongak menatap lelaki yang usianya terpaut jauh dengan ku, aku tersenyum canggung namun lelaki yang aku yakini sebagai jodoh ku itu terus mencari topik, tak heran jika aku tertawa terpingkal-pingkal dengannya. Dia bahkan bercerita tentang masa kecil nya, begitu juga dengan ku.
・o・
Aku mengadah kan kedua tangan ku kala aku merasakan setitik hujan berhasil mengenaiku.
Mas Irfan yang sadar dengan itu pun lantas menyodorkan satu tangkai lidi dan menarik lengan ku, berlari ke dalam ndalem.
Tak kusangka hujan pun turun lebih deras ketika aku dan mas Irfan tengah sampai di ndalem, aku dan Irfan basah kuyup, hal itu sontak menarik perhatian yang ada di ndalem."Ya Allah kenapa kalian basah kuyup kaya gini?" Cecar Abah seraya berkacak pinggang.
"Hujan itu anugerah bah" ucap Irfan dengan tersenyum
"Ya tapi ga kaya gini juga dong nak, apalagi elni tuh, gimana kalo elni sakit?" Tanya ummah Fatimah dengan sabar
"In syaa allah aku yang bakal ngurus"
"Astagfirullah, belum muhrim udah hujan - hujan an aja nih." Kalian bisa menebak itu suara siapa? Ya, Daffa, adik sulung Irfan & satu satu nya. Ia barusan datang membawa beberapa makanan mencapai 3 kantong plastik dari indojun
"Kamu juga Daffa, udah pulang pergi lagi karena belanja terus pulang nya basah kuyup juga kamu" cecar Abah, Abah memang tipikal orang yang tegas namun ia tetap sayang kepada anak anak nya.
Daffa meringis pelan mendengarkan celotehan Abah nya, dan kami semua memasuki ndalem lantas ummah Fatimah pun menyuruh untuk mandi.
"Kamu mandi dulu sana" ujar Irfan
"Kamu aja duluan, aku masih mau makan " Daffa tadi memberikan beberapa Snack kepada ku dan aku yang sedang lapar pun langsung memakannya
"Ya udah kita mandi bareng aja kalo kaya gitu" ucap Irfan dengan memicingkan mata genit nya.
Aku tersentak kaget dan melotot pada nya.
"Heh belum muhrim!" Ujar ku dengan tak habis pikir
"Bercanda doang kok neng, makannya berhenti dulu, sana mandi" perkataan itu lolos dari mulut Irfan dan aku berdengus kesal, karena aku masih lapar huh.
"Hm"
・o・
Setelah mandi aku tersadar bahwa aku lupa membawa baju ku dan bahkan handuk saja aku lupa. Namun, alunan sholawat menghentikan pikiran ku dan bisa ku pastikan bahwa itu adalah Irfan,calon imam ku. Meskipun begitu aku tetap malu ingin bilang kepada nya, namun aku merasa tubuh ku sangat lah panas dan kepalaku pusing, aku langsung bergegas mengetuk pintu dari dalam
Tok
Tok
Tok"Mas? "
"Kenapa neng?"
"A-aku lupa membawa pakaian dan handuk" ujar ku dengan malu malu kambing.
"Astagfirullah neng, ya udah mas ambil dulu ya?" Irfan langsung menuju kamar calon makmum nya dan lantas mencari pakaian yang cocok & Tak lupa sehelai handuk pun ia bawa.
"Huh untung engkau adalah calon makmum ku."
Ia lantas menuju tempat kamar mandi dan mengetuk nya"Neng, ini pakaian & handuk nya" ujar ku sambil mengetuk pintu.
Elni langsung membuka pintu, tak lupa ia bersembunyi di belakang pintu dan hanya menampakkan tangannya saja.
"Makasih mas"
"Sama - sama neng"
Irfan tersadar bahwa pakaian calon makmum nya masih belum berada di lemari, ia lantas bergegas memasuki kamar makmum nya lagi.
Ya Allah, aku malu. Aku langsung keluar dari kemar mandi dan menuju ke dalam kamar lalu kemudian membuka pintu.
"Eh-- mas biar aku aja" ucap ku tidak enak, kala melihat Irfan tengah memasukan baju ku ke dalam lemari.
"Gapapa neng, mas aja" ujar nya dengan mengulum senyum
"Biar neng aja mas, mas mandi dulu sana."
"Hm, baiklah." Irfan keluar dari kamar makmum nya dan menuju ke kamar mandi.
Setelah mas tamvan ku pergi, aku merasakan bahwa tubuh ku sangat tidak enak dan aku memutuskan untuk sholat dhuhur terlebih dahulu lalu bergegas untuk tidur siang.
・o・
-5 Desember 2022.
Halooooo, selamat siang, awali siang mu dengan pesona Gus Irfan hahaha. Stay ya? Kalo ga stay nanti Gus Irfan marah loh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PESONA GUS IRFAN
Ficção AdolescentePandai bermain Hadroh, hafal 30 juz dengan alunan suara seperti Gus Azmi, dan ahli dalam pencak silat. Namanya Irfan Maulidi, seorang Gus muda dari pesantren Al - Idrus, banyak sekali santriwati yang menyukai nya, begitu juga dengan ku. Yaallah ji...