Setibanya di rumah, Renata memutuskan untuk mandi. Siang itu terasa gerah sekali. Setelah mandi Renata mengenakan celana pendek di atas lutut dan kaos oblong santai, lalu duduk di ruang keluarga, sambil menyalakan televisi. Namun Renata hanya mengganti-ganti saluran belum menemukan program acara yang pas.
"Ah, acara tivi semakin lama semakin tidak mendidik, sulit sekali mendapat wawasan dari tivi." Renata mematikan televisi dengan remote-nya.
"Bibiiiii..!!! Bibi, masak apa?" Renata memanggil asisten rumah tangganya.
"Ya, Mbak?" Dari arah dapur, seorang wanita paruh baya berjalan cepat menuju tempat Renata bersantai.
"Ada yang bisa saya bantu, Mbak Rena?" Tanya asisten rumah tangga tersebut sopan.
"Bibi, Rena lapar nih. Bibi masak apa gitu?" Kata Renata Sambil meringis mengelus-elus perutnya.
"Mbak Rena maunya apa?" Bibi balik bertanya.
"Apa ya?" Renata sejenak berpikir.
"Yang cepat tapi enak gitu?" Sambung Renata.
"Ada ayam sudah siap digoreng, sama sambal terasi, lalapan timun, bagaimana mbak?" Tanya Bibi.
"Wah, cocok. Pedasnya sedang ya, minumnya jeruk dingin. Oke? hihihi..." Renata mengacungkan jempol tanda sepakat.
Sembari menunggu masakan Bibi selesai, Renata mengecek akun Instagramnya. Banyak sekali DM yang masuk, tapi sudah terfilter sehingga hanya beberapa akun yang benar-benar dia kenal yang ditanggapi. Seperti biasa ada tawaran endorsement. Renata menyetujui lima akun yang menawari endorsement setelah memilah-milah dari keseriusan koordinasi dan tidak berbelit-belit. Satu foto dan instastory yang diupload di Instagram dia hargai 50 ribu, sedangkan untuk video pendek reels 100 ribu. Saat itu dia hanya mendapat permintaan upload foto dan instastory saja, jadi transferan yang masuk ke rekening online-nya 500 ribu.
Menjadi selebgram lokal tidak menjadikan patokan dia untuk memfokuskan diri sebagai profesi, dia hanya sekedar menjadikan penghasilan sampingan semacam uang saku tambahan. Seminggu terkadang tembus 5 juta rupiah, tapi tidak membuatnya tertarik menggeluti sosial media sebagai profesi utama. Dia bercita-cita ingin jadi pengusaha muda yang sukses melebihi Papanya.
Sedang asik men-scroll laman Instagram, sebuah notifikasi WA masuk. Nomor baru. Dia intip notifikasi tersebut sehingga tidak sampai di-read.
Hai, ini aku Aldi, pembina baru di kegiatan outdoor._
Renata, memiringkan kepala kekanan dengan raut muka keheranan setelah melihat notifikasi tersebut. Akhirnya mau tidak mau dia membuka chat tersebut dan membalasnya.
Iya, Kak. Ada yang bisa saya bantu?_
Nanti malam free gak? Aku mau ngajak kamu makan malam, bukan kencan tapi hendak membicarakan kegiatan perkemahan besok, sebentar saja. Gak perlu jauh-jauh sekitaran rumahmu saja.
"Duh. Apa-apaan coba?" Gumam Renata sambil menepuk jidatnya.
Dia bingung mencari-cari alasan. Dia sebenarnya malas keluar, terlebih lagi yang mengajak Kak Aldi, orang yang terpaut usia cukup jauh diatasnya. Dia takut digosipkan dekat dengan om-om.
Maaf Kak, Rena tidak bisa keluar malam 😔. Harap kakak mengerti. Hehehe... 😁_
Renata memejamkan mata, berharap tidak ada ajakan lanjutan.
Oh, gitu ya. Oke deh. Sorry ya, save nomerku_
Oke kak, 😁👌_
Huuuuh...! Rena menghela nafas panjang. Sambil mendongakkan kepalanya ke langit-langit ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camping Ground
Teen FictionRenata Liu, anak seorang pengusaha mebel di Kota Lumajang yang populer di kalangan remaja. Tidak mengenal kata pacaran. Namun, hidupnya mendadak berubah ketika sosok Kak Aldi hadir dalam kehidupannya. @copyright2022