Prolog 🥑

22 1 7
                                    

Suara tangisan bayi memenuhi ruangan persalinan Rumah Sakit ED'Z.

2 orang yang berada disana sontak berdiri dengan mata berkaca-kaca, mereka sontak menatap pintu yang masih tertutup tersebut.

"Akhirnya cucu-cucuku....." suara parau itu dari seorang wanita berusia 50 tahun, air matanya lolos begitu saja saat mendengar suara tangisan bayi itu.

ia Jennitra Rosalyn

"Ed, selamat.... sekarang kamu sudah menjadi ayah" Ucap Jennitra mengusap bahu Ed yang masih diam.

"B-bu...." Edbert menoleh ke arah Jennitra, ia langsung memeluk wanita itu. Ia menangis dalam pelukan Jennitra.

Jennitra mengusap punggung Edbert dengan lembut, mengucapkan kata-kata penenang agar lelaki itu menghentikan tangisannya.

"Dengan suami pasien ibu Naresya dan ibu Meera, apakah ada?" Suara dokter membuat Edbert melepaskan pelukannya pada Jennitra.

Ia mengusap wajahnya, lalu berjalan kearah dokter. "Saya suami Naresya dok" sang dokter perempuan tersebut tersenyum, "baik, bapak bisa langsung masuk".

Edbert dengan langkah cepat memasuki ruangan persalinan tanpa membalas ucapan dokter tersebut.

"lalu... dengan suami ibu Meera?"

"Maaf dok, saya ibunya. Suaminya masih dalam perjalanan menuju ke sini" jawab Jennitra.

"Ya sudah ibu juga bisa masuk, tapi setelah ibu sudah menemui pasien tolong temui saya di ruangan ya"

"Apa ada suatu hal yang terjadi dok?"

"Tidak ada, saya hanya ingin menjelaskan hal-hal yang biasa terjadi pada ibu hamil"

"Eum, baik dok nanti saya akan menemui anda. Terimakasih dok"

"Sama-sama bu, kalau begitu saya permisi terlebih dahulu" Ucap dokter tersebut lalu pergi dari sana.

Jennitra masuk ruangan persalinan dengan perasaan gelisah, ia tak tahu kenapa perasaan gelisah ini datang. Tetapi firasatnya begitu buruk sejak proses persalinan tadi.

"Meera--"

"Meera pergi ke kamar mandi bu" jawab seorang wanita muda yang sedang menyusui bayi mungil bersama Edbert disampingnya. Dia Naresya Zelganio istri sah Edbert.

"Bayinya?"

"Masih dibawa perawat bu" jawab Naresya. Jennitra menghela nafasnya ia menatap kosong ranjang yang masih berantakan itu.

"Ibu nggak papa?" Tanya Naresya menatap Jennitra.

"Nggak papa" jawabnya tersenyum tipis lalu berjalan kearah ranjang Naresya.

"Boy?" Tanyanya yang langsung diangguki oleh Naresya.

"Tampan, seperti ayahnya" ucap Jennitra begitu tulus mengusap pipi bayi mungil itu.

"Makasih bu!" Ucap Edbert dan Naresya serempak.

Seorang perawat masuk dengan menggendong bayi yang berselimut merah muda.

"Bayinya biar sama saya saja sus, Ibunya masih dalam kamar mandi" Ucap Jennitra terlebih dahulu.

"Baik ini bayinya, dia cewek. sangat sehat dan juga cantik" ujar perawat tersebut menyerahkan bayi itu kepada Jennitra.

"Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu" ucap perawat tersebut meninggalkan ruang persalinan.

"Wah cantik banget" puji Naresya yang sontak malah membuat bayi itu menangis tiba-tiba.

CASAMENTERO Z Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang