Prolog

331 23 0
                                    

"Ran ingat ucapan ka-san. Kau harus melindungi adikmu. Mau sebesar apapun, dia tetap adik yang harus kau lindungi."

"Rin kau harus selalu ada untuk kakakmu. Kalian adalah saudara kalian harus saling melengkapi, karena kalian keluarga."

"Berjanjilah kalian akan selalu ada untuk satu sama lain. Kalian harus saling membantu dan jangan berkelahi. Semarah apapun, sejahat apapun kalian dengan orang lain, jangan sampai kalian melayangkan tangan kalian pada keluarga, karena seburuk apapun kalian hanya keluargalah yang masih mau menerima kalian. Hanya keluarga yang masih mengharapkan keberadaan kalian meski dunia menolak kalian."

"Jangan sampai hiks... Melupakannya. Ukh!."

"Ka-san! Sudah... Cukup hiks ka-san tidak usah bicara k-kami selalu bersama. Ka-san tenang saja istirahatlah."

"Ka-san jangan memaksakan diri. Ran pasti akan selalu melindungi Rin, ka-san tenang saja kami akan saling melindungi, jangan khawatirkan apapun. Beristirahatlah, Rin sangat mengkhawatirkan anda."

"Ran memang musim semi nya ka-san ya. Ran selalu memenangkan semua orang." Ucap wanita itu pelan sembari mengelus wajah putra pertamanya.

Usapan itu tak berhenti di wajah Ran. Tangan ringkih itu beralih pada wajah yang lebih muda.

Kedua bocah remaja itu begitu menikmati usapan lembut ibunya. Usapan lembut dari sosok yang begitu berharga di hidup mereka.

Satu-satunya wanita yang begitu mereka cintai. Usapan dari tangan ringkih itu terasa samar namun begitu hangat terasa.

Usapan itu berhenti seiring dengan sepasang manik violet yang menatap intens sang pemilik tangan.

"Dia sudah mati." Ujar wanita itu tiba-tiba.

Ucapannya berhasil menyentak kedua putranya. Wanita yang merupakan ibunya ini pasti merujuk pada seseorang kan? Jelas sekali wanita itu menyebut kata mati, bukan wafat ataupun meninggal. Selayaknya bahasa yang digunakan pada manusia.

Kenapa? Apakah ini kematian seseorang yang dibenci oleh ibunya? Mereka masih tak mengerti, mengapa sosok ibu yang bahkan tidak pernah meninggikan suaranya bisa berkata sekasar itu pada sosok yang sudah tiada.

"Siapa maksud ka-san?" Serempak keduanya bertanya.

"Ayah kalian." Ucapannya lembut.

Hal itu makin mengejutkan keduanya. Pasalnya ibu yang sangat mereka cintai itu tengah memberitahukan kematian ayah yang tidak mereka ketahui keberadaan dan rupanya, dengan wajah penuh suka cita?

"Iya nak. Pria itu sudah mati, sekarang sudah tidak ada yang akan memisahkan kalian lagi. Jika dengan nya ka-san bisa meninggalkan kalian dengan tenang..."

"A-aku tidak mengerti. Apa maksud ka-san? Siapa maksud ka-san?" Tanya ran ragu.

Wanita itu tersenyum getir melihat tanggapan kedua putranya yang penuh tanda tanya. Seolah di wajah mereka sudah tergambar tanda tanya besar.

"Dia sosok yang sudah dirampas oleh ayah kalian dari pelukan ka-san, dari sisi kalian."

"Apa Rin ingat? Rin bilang suka melihat nee-san yang selalu mengepang rambut aniki di mimpi kan?" Rin menyetujui ungkapan ibunya dengan mengangguk.

"Apa itu sama dengan sosok nee-san yang selalu Ran rindukan juga ka-san?" Sambung yang lebih tua.

"Ya. Dia sosok yang sudah ibu lepaskan demi membayar kehidupan damai kita selama ini nak."

"Ka-san apa-"

"Gadis kecil dalam ingatan kalian itu adalah kakak perempuan kalian nak... Sosok yang tak kalian ingat, namun bayangannya selalu bersama kalian seolah tak ingin kalian lupakan hiks... hiks... Dia itu kakak tertua kalian yang direnggut oleh ayah kalian demi meneruskan bisnis gelapnya." Ucapannya dengan sedikit terisak.

Haitani bersaudara makin terkejut dengan ungkapan ibunya. Sosok yang jika mereka tanyakan selalu diabaikan sama halnya dengan sosok ayah mereka, ternyata bukan orang lain. Melainkan kakak mereka sendiri.

"T-tapi kenapa-"

"Saat itu kau hanyalah anak lima tahun Ran. Dan Rin pada saat itu berusia empat tahun, ayah kalian bersikeras membawa salah satu dari kalian. Namun saat itu kalian masih begitu rapuh untuk dia bawa, ka-san tahu apa yang akan kalian alami jika ikut dengan mereka. Saat itu kalian bahkan tidak berani menatap wajah pria yang menjadi ayah kalian."

"Ka-san takut. Takut akan kehilangan kalian, ka-san melindungi kalian dengan terus mencoba menenangkan kalian dari ketakutan kalian. Tapi ka-san melupakan putri ka-san sendiri, ka-san bodoh karena tidak bisa melindungi satu-satunya putri ka-san. Kakak kalian adalah wanita yang kuat sejak kecil, mungkin karena itulah dia terlahir lebih dulu daripada kalian."

"Ka-san terlalu sibuk menyembunyikan kalian hingga ka-san tidak berfikir. Yang dibutuhkan ayah kalian adalah penerus, apalagi setelah melihat kecakapan dan sikap kakak kalian yang sangat dewasa dari usianya membuat ayah kalian semakin ingin memilikinya."

"Apa kalian tahu apa yang kakak kalian ucapkan?"

Haitani bersaudara segera menggeleng dengan kompak sebagai jawaban.

"Aku akan melindungi adik-adikku. Ka-san tenang saja aku akan baik-baik saja bersama otou-san, hiduplah dengan sehat dan bahagia. Dengan begitu aku juga akan terus berusaha."

"Bodohnya ka-san karena langsung menyetujui ucapkan seorang bocah berusia 10 tahun. Padahal ka-san tahu hal apa yang akan menantinya jika mengikuti pria itu, hiks... hiks... Setelah kepergiannya pun sesuai dengan dugaan ayah kalian tidak pernah datang lagi. Seolah ketenangan datang seiring dengan harga yang sudah dibayarkan."

"Dia sudah cukup menderita nak. Bagikanlah sedikit kehangatan padanya. Datang dan dekaplah dia, jadilah rumah untuknya pulang."

"Rein sudah cukup terluka... Biarkan dia beristirahat sejenak untuk menyembuhkan lukanya..."



Kek ga mirip prolog ga si🤔
Tapi yaudah lah.
Enjoy guys.

Btw cerita ini alurnya diambil dari sudut pandang penulis sama FL nya yak.

JANGAN LUPA KASI BINTANG 🌟

Haitani sister or Haitani mother?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang