"Kasino itu memiliki bar di bawah tanah untuk melayani para pecandu narkoba hahahha." Tawa Rein berhasil membuat keduanya merinding.
Gimana ga merinding? Rein sudah menarik seluruh mata pemerintah dengan mengatasnamakan yakuza pada pendirian kasino tersebut. Dan dengan beraninya Rein membangun club' narkoba tepat di bawah bangunan gedung yang di awasi oleh negara.
"Hihi jangan khawatir. Meski sempat mendobrak tatanan negara kita dengan membangun kasino, Haitani Corp maupun organisasi tidak mendapat nama buruk dihadapan pemerintah. Justru sebaliknya, karena industri mesin kita 100% memanfaatkan sumber daya manusia kita. Pemerintah sangat mengapresiasi bisnis ini, dan berhasil menutup pandangan tak suka semua orang dari keberadaan kasino. Namun lagi-lagi yang harus kalian ketahui, hasil dari barang tidak terpakai industri mesin di lebur kembali menjadi senjata yang kita selundupkan ke luar melalui bisnis transportasi yang kita miliki."
Mendengar cerita Rein terasa seperti sedang menaiki roller coaster.
"Darimana datangnya nyali nee-san? Pemerintah sedang mengawasi kasino karena ulah nee-san yang membawa embel-embel Yakuza. Dan nee-san malah membangun club' narkoba di bawahnya?" Ujar Ran.
"Nyali? Mungkin aku harus berterimakasih pada orang tua itu. Dan tenanglah, aku menyeponsori beberapa sekolah tinggi demi memajukan sumber daya manusia yang kita butuhkan untuk industri mesin, jika satu bisnis kita berhasil mendongkrak perekonomian jepang. Maka kita aman, jika itu jatuh tidak masalah, walaupun itu tidak mungkin sih. Karena kita sudah memiliki kasino yang bisa mendongkrak pendapatan negara untuk bisa menutup mulut pemerintah."
"K-kalau begitu nee-san harus hati-hati. Jangan sampai ketahuan." Ujar Ran sedikit takut sekaligus khawatir pada sang kakak.
"Tentu. Sekarang kalian mengerti kan? Uang bukan masalah untuk keluarga haitani. Haitani sudah seperti raksasa yang melingkupi perekonomian jepang, kita sudah membangun kamuflase yang sangat baik di mata pemerintah. Dan tindak kejahatan kita hanya sampai pada tembok kasino, karena itulah nee-san tidak bisa sembarang bergerak tinggal di Roppongi dan kalian yang harus keosaka agar kita bisa tinggal bersama. Ketahuilah jika semua ini sudah berjalan diatas telapak tanganku dengan teratur"
"Apa kalian mengerti?" Rein melihat kedua adiknya yang masih mematung dari pantulan kaca.
"....mengerti."
"Nee-san tidak bermaksud mengekang kalian. Adik-adikku bisa melakukan apapun yang kalian mau, hanya mengertilah nee-san disini."
Keduanya mengerut. Bukan berarti mereka tak mengerti maksud Rein, mereka sangat tahu jika kakaknya mengatakan itu bukan tanpa alasan.
Rein mengatakan itu untuk memberitahukan adiknya. Jika dia sangat berkuasa dan lebih dari cukup untuk menopang keduanya, apapun yang terjadi.
Rin yang duduk tepat di belakang rein langsung mengalungkan tangannya di leher kakaknya. Sementara ran yang duduk di samping Rin langsung membawa tangan kakaknya ke dalam genggamannya.
"Kami juga disini. Jadi jangan menanggung semuanya sendiri." Ucap Ran sembari mengecup kedua tangan Rein secara bergantian.
"Kakak benar. Okaa-san bilang kita harus melindungi nee-san, nee-san tidak sendiri lagi. Kami akan membantu jika nee-san mau." Sambung Rin sembari menggosokkan pipinya ke pipi Rein.
"Huh... Aku harus bekerja lebih keras untuk memakmurkan hidup adik-adik ku kan?"
"Nee-san tidak perlu begitu. Selama ini kita sudah bisa hidup sendiri."
"Ran mengatakan sesuatu yang menyakitkan. Aku merasa tidak bertanggung jawab selama ini." Keluh Rein.
Hal itu sontak membuat ran mati kutu. Rin bahkan sudah memasang bombastis side eye pada kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haitani sister or Haitani mother?
Fanfiction'𝘈𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢, 𝘢𝘱𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢. 𝘓𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢, 𝘵𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘮𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘬�...