Chapter 3

177 13 0
                                    

Saat ini dua pria haitani itu tengah duduk di set kursi belakang sebuah mobil. Sementara Rein duduk di depan dengan salah seorang bawahannya.

"Nee-san kita mau kemana?" Tanya si bungsu.

"Pulang. Memangnya mau kemana lagi?"

"Apa? Tapi ini bukan arah pulang." Ran ikut menimpali.

Mendengar kebingungan kedua adiknya malah membuat Rein bingung.

'apa mereka bukan adikku? Harusnya mereka tahu jika aku akan membawa mereka pulang ke kediaman ku, masa gabisa nebak? Apa iya bukan adikku? Ko kaya aga polos, biasanya kalo polos nyerempet tolol.'

Astaga. Segera dibuang lah pemikiran konyol mengenai adik-adiknya, meski aga tolol sekalipun Rein tidak seharusnya berpikir begitu.

"Oya? Memangnya arah pulang kemana?"

Keduanya malah berkedip lucu dan menatap polos ke arah Rein.

"Astaga... Kalian ini haitani bersaudara kan?" Tanya Rein memastikan dan langsung diangguki oleh keduanya.

"Kenapa kalian terlihat begitu polos?"

"Apa?" Celetuk Ran.

"Polos?" Sambung Rin.

"Lupakan saja. Mulai hari ini kalian akan tinggal bersama ku."

"Apa? Tapi kenapa?" Tanya Rin tak nyelo.

"Ya karena ditempat kalian tidak ada aku. Kalian akan tinggal dimana aku tinggal, mengerti?☺️"

"Kenapa begitu?"

"Karena Ran dan Rin sudah cukup bekerja keras. Sekarang aku yang akan menggantikan Okaa-san mengurus kalian."

Keduanya terdiam. Otaknya mulai berpikir jika kakak perempuan mereka ini ingin mengasuh mereka di kediamannya.

"Nee-san tinggal dimana?" Tanya Ran.

"Osaka. Ran dan Rin juga akan tinggal bersama di kediaman nee-san."

"Apa?! tapi itu sangat jauh." Protes Rin.

"Kalian kan bisa kembali lagi kesana kalau mau. Tapi Ran dan Rin tetap akan pulang ke Osaka, karena mulai sekarang rumah kalian ada di Osaka."

"Kenapa nee-san tidak tinggal di Roppongi saja?" Tanya Ran.

"Karena pusat organisasi ada di Osaka. Bisnis nee-san juga seluruhnya berpusat disana, berbeda dengan Osaka yang merupakan pusat perekonomian ke dua di Japan, Roppongi tentunya kurang strategis untuk jalur bisnis kita. Lagipula pusatnya adalah nee-san sendiri, jika nee-san pindah ke Roppongi pergerakan organisasi akan menarik perhatian pemerintah."

Ran bersiul mengambil atensi seluruh homan yang ada di mobil. Kecuali bawahan Rein yang memang sibuk menyetir, jadi tidak berani menoleh. Takut di amuk Rein karena membahayakan keselamatan dua adiknya.

"Levelnya berbeda dengan dengan kita ya~" Kekeh Ran yang hanya mendapatkan tatapan jengah dari Rin.

"Hmm? Ran mau mencoba mengurus organisasi? Atau mau coba berbisnis?" Ujar Rein yang nampaknya sedikit berharap.

"No. Aku masih mau bermain, yakan Rin?"

Oke kali ini Rin mendukung kakaknya. Nampaknya mereka masih belum mau berkecimpung dalam bisnis keluarga, ataupun ikut andil dalam organisasi yang di tinggalkan ayahnya.

"Baiklah. Owh ini hampir lupa, ambillah." Ucap Rein memberikan dua buah kartu hitam yang diterima adiknya dengan tanda tanya.

"Masing masing kartu memiliki limit hingga 5 miliar. Jika uangnya habis atau kalian membutuhkan sesuatu bilang saja." Ucap Rein enteng. Sementara dua adiknya sudah melotot tak bercahaya.

"Apa benar tidak apa-apa? Nee-san tidak masalah jika kita menghabiskan ini?" Tanya Rin tak enak.

Mereka berdua sedikit tak nyaman. Berpikir jika kakaknya sudah bekerja keras, tapi malah mereka yang menghabiskannya.

"Apa maksudmu? Tentu saja tidak apa-apa. Kalian boleh meminta sebanyak apapun, nee-san bekerja selama ini untuk kalian. Bukan orang lain."

Memang benar, selama Rein bekerja di bawah ayahnya dia tidak pernah berfoya-foya sama sekali. Dia hanya memakai semua fasilitas yang diberikan ayahnya tanpa meminta lebih.

Dia hanya fokus dalam menyelesaikan pendidikannya secepat mungkin dan sebaik mungkin dalam mengurus bisnis yang diberikan ayahnya.

Beruntung juga ayahnya itu setipe dengan Rein. Meski termasuk penyuka barang mewah pemimpin organisasi sebelumnya tidak pernah membuang-buang uang untuk sesuatu yang tidak penting, alhasil uangnya menumpuk dari hasil bisnis gelapnya.

Meski bisnis legal yang ada hanya untuk menutupi bisnis ilegal organisasi mereka. Namun tidak bisa dipungkiri jika bisnis mereka yang ada dipermukaan juga menghasilkan keuntungan.

Apalagi bisnis legal mereka itu tidak bisa dibilang sedikit. Rein sengaja merambah segala jenis bisnis yang diizinkan oleh negaranya, dengan harapan banyaknya bisnis itu bisa menutup rapat bisnisnya yang berada di bawah tanah.

Dan sekarang tugas Ran dan Rin adalah menghabiskan uang kakaknya:)

"Sebenarnya bisnis nee-san itu apa? Dengan mudahnya nee-san membuang uang." Tutur Ran, so bijak-_

"Banyak. Haitani Corp sendiri merambah bisnis tekstil, mesin, transportasi dan, hiburan. Dan untuk organisasi kita memperjual belikan senjata yang sudah diperbarukan."

"Senjata? Keren." Ujar keduanya nampak sangat bangga dengan kemampuan si sulung mengurus semuanya sendiri.

"Apa keberadaan organisasi tidak di ketahui oleh pemerintah nee-san?" Tanya Ran. Sepertinya dia sedikit khawatir dengan sang kakak.

"Tentu saja tahu. Organisasi Yakuza, memang ada orang di Jepang yang tidak mengetahui itu? Tentu saja mereka tahu. Tapi yang mereka tahu hanya sekedar siapa pemimpin dan penerusnya, sebagai bentuk formalitas jika ada dari anggota yang ketahuan melakukan tindak kejahatan. Masalah dalam organisasi akan menjadi rahasia yang tidak bisa disentuh oleh pemerintah, karena itu bisnis yang di lakukan oleh organisasi tidak boleh tercium keluar. Ingin tahu caranya?" Tanya Rein yang di angguki oleh kedua adiknya.

"Membuat pelindung untuk kamuflase. Sebagian orang tentu ada yang meragukan keberadaan Yakuza karena tidak pernah terlihat dipermukaan, namun itu tidak berlaku untuk pemerintah yang mengetahui keberadaan kita. Oleh sebab itu nee-san membangun bisnis legal di luar, hal ini nyatanya terbukti ampuh mengalihkan perhatian mereka, kebanyakan dari pemerintah kita menganggap organisasi sama dengan sebuah clan. Dimana itu ada untuk di wariskan, namun belum tentu digerakkan layaknya sebuah bisnis."

"Ingin tahu sisi gelapnya? Tapi kalian harus menjaga rahasia kita ini. Janji?" Ucap Rein pada duo haitani. Dia memperlakukan keduanya benar-benar seperti anak kecil.

"Kita bukan hanya mengekspor tapi juga mengimpor tekstil dari berbagai negara. Dan setiap barang yang masuk menyimpan narkoba dibawahnya."

Keduanya melotot tak percaya. "Nee-san melakukan perdagangan narkoba juga?!"

"Tentu saja. Itu di simpan di tiap lipatan kain. Dan berhubung bisnis transportasi kita mengangkut barang, kita tidak perlu mengkhawatirkan lagi tentang keselamatan barangnya. 100% barang akan sampai tanpa hambatan."

"Apa kalian tahu kasino?."

"Tidak mungkin! Negara kita melarang adanya perjudian kan? Itu ilegal, apa nee-san mendirikan kasino?" Tanya haitani bungsu.

"Nyatanya memang begitu. Kasino pertama yang berdiri di Jepang adalah milik Haitani Corp, dengan bermodalkan nama Yakuza. Nee-san mengalihkan seluruh tindak kejahatan organisasi di tempat hiburan tersebut, dengan sedikit perjanjian menarik minat wisatawan asing tentunya. Pihak pemerintah menyetujui dibukanya kasino secara legal, dan taukah kalian apa yang paling mendebarkan dengan di awasi oleh mata pemerintah?"

Keduanya menatap takut tentang apa yang akan di katakan oleh kakaknya selanjutnya




Next Chapter
Vote 📌

Haitani sister or Haitani mother?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang