✘♚✘
Ctass!
Ctass!
"Hiks.. sakit bu.. hiks.." rintihan pilu itu tak di dengar oleh seorang wanita patuh baya, wanita itu seolah-olah tak melihat kondisi anak kecil itu.
"Rasakan, ini hukuman untuk kamu karena kamu memasang kamera tanpa sepengetahuan saya,"
Ctass!
Rani terus mencambuk tubuh Nino dengan kasar, ia tak menghentikan pecutannya padahal tubuh Nino sudah memar-memar.
"Hiks.. maafin kak Nino Bu, hiks.." Isak Nana tak tega melihat kakaknya di siksa, tangannya menahan alat cambuk milik Rani.
"Gak usah ikut campur kamu," Rani mendorong Nana hingga tersungkur, "Kirun!!"
Pria bernama Kirun langsung datang ketika namanya di panggil, pria bertubuh tak besar itu berlari tergesa-gesa.
"Siap!"
"Bawa gadis itu ke gudang, kunci dia sampe saya selesai hukum kakaknya," titah Rani langsung di laksanakan Kirun.
"Gak mau! Aku mau sama kak Nino! Lepas!" Berontak Nana terus berteriak.
"Diem, kalo gak gue pukul lo," Nana tak mendengar gadis kecil itu terus berontak hingga tak terlihat lagi.
"Cih, bocah ingusan." Dumel Rani.
Ctass!
Lagi-lagi ia mencambuk punggung Nino yang sudah mulai lemas.
"Akhhh! Hiks.. sakit.."
'Tuhan, tolong selamatkan Nino dan Nana, kak Angel tolongin kita...' ucap Nino dalam hati pilu.
BRAK!
Bruk!
Pintu itu terlepas dari tempatnya, Rani terperanjat kaget sampai cambuk di pegangannya terlepas, Nino ambruk ke lantai tak kuat lagi menahan tubuhnya.
"Kak Angel..." ucap Nino lirih.
Rani mengambil cambuk itu lagi, tapi..
Srekk!
Cambuk itu terjatuh saat tali nya terputus oleh sebuah belati, dan menyisakan pegangannya saja.
Menoleh ke arah pintu Rani mulai merinding saat hawa yang suram dapat ia rasakan, tangan wanita itu bergetar entah karena takut atau apa.
Tak!
Tak!
Tak!
Suara sepatu yang beradu dengan lantai itu membuat suasana yang sunyi menjadi semakin suram, dua orang berbaju serba hitam dan masker serta topi berjalan tegas ke arahnya.
Satu di antara kedua orang itu membantu Nino berdiri dan memapahnya, satunya lagi menatap Rani tajam setajam belati.
Dengan suara bergetar Rani mencoba memberanikan diri untuk bertanya, "si-siapa kalian?"
"Malaikat maut lo." balas Maya menekankan kalimat nya.
Rani membulatkan matanya, "ma-mau ap-apa kalian?"
"Ck, banyak tanya," decak Maya, ia berjalan ke arah Rani membuat Rani berungsut mundur, "kenapa mundur? takut?"
Rani menggeleng, "mau apa kamu?"
"Biasanya malaikat maut datang buat apa? tentu nya gue ke sini buat ngejemput lo, ke neraka,"
Menggelengkan kepalanya ribut, Rani berontak saat Rissa memegangi tangannya erat.
"Gak lepasin saya, pergi kalian!" Rani menyentak tangan Rissa hingga genggaman itu terlepas, kemudian wanita itu mengambil sebuah pisau lalu menodongkannya.
"Kalo kalian gak pergi saya bakal bunuh kalian!" ancam nya.
Maya dan Rissa terkekeh rendah, dengan berani Maya maju ke depan.
"Jangan maju atau saya bakal tusuk kamu,"
"Pisau dapur doang gak bakal buat gue mati, tusuk ya tusuk aja,"
"Sebenernya siapa kalian hah!"
"Berisik, gue robek mulut lo tau rasa," ujar Rissa.
"Santai, lo kalo mau main nanti aja di markas,"
"Ck, ya udah, tunggu apa lagi? bawa dia sekarang," tidak tau kah Maya bahwa Rissa sudah gatal ingin menyayat-nyayat tubuh Rani dengan belati kesayangannya, seolah-olah Maya sengaja memancing kegilaan Rissa.
"Gak sabaran.." dengan gesit Maya menusukan jarum suntik ke leher Rani ketika wanita itu lengah.
"Akh!" seketika Rani pun pingsan jatuh ke lantai.
"Nathan masuk!" ujar Maya lewat touch control earphone yang sudah tersambung dengan anggota yang lain.
"Siap,"
"Kondisi?"
"Di sini udah selesai, Nana udah di bawa pergi sama anak yang lain," balas Nathan di sebrang sana.
"Hm, Rafael dan Nicholas gimana?"
"Kamera udah di amanin." sahut Nicholas.
"Bukti lain udah dapet." timpal Rafael yang tengah memberesi barang bukti di tempat lain.
Maya mengangguk puas, gadis itu menoleh ke arah Nino yang pingsan.
"Gio lo ke sini, Reno juga." Titahnya pada anggota The Dragon yang lain, Gio dan Reno langsung datang ke tempat Maya, kebetulan kedua orang itu berada di luar pintu untuk berjaga-jaga.
"Berat bet ni orang, banyak dosanya kali yak." Celetuk Reno.
"Tau aja lo." Balas Gio.
Kedua pemuda itu akhir nya berhasil membawa Rani ke ruang eksekusi sesuai perintah Rafael setelah sampai di markas, walapun badannya pada pegal karena menggotong Rani yang berat.
✘♚✘
"Ekhem, hp lo bunyi terus, dari Glen," ujar Rafael pada Maya yang tiduran di sofa.
"Bodo amat,"
"Kayak nya ini penting, udah ke 13 kali dia nelpon," dengan ogah-ogahan Maya beranjak dari tidurnya, kemudian menjawab telepon dari Glen.
"Gue pulang, kasih tau yang lain," kata Maya setelah mematikan telepon seraya memakai jaket hitamnya.
"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Rafael khawatir.
"Ada urusan." Setelahnya gadis itu berlalu dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Revenge
Random⚠️Cerita ini pernah di Unpublish sebelumnya, satu tahun yang lalu karena Author sibuk, kemudian di Publish lagi dan alurnya di ubah di beberapa bab⚠️ [ dibaca sampe selesai terus di vote + komen. Jangan lupa Follow juga ya ] SINOPSIS! Ini bukan ceri...