ch.5

767 178 15
                                    

Karena kali ini undangan datang dari Sasuke, Hinata sudah bisa mengira restoran tempat mereka makan malam merupakan restoran mewah. Laki-laki itu sepertinya memang lahir dalam kemewahan.

Tempatnya bisa dipastikan nyaman dengan kursi-kursi yang ditata berjauhan. Cahaya yang tidak seberapa cerah menyirami ruangan bergaya Eropa, beberapa cahaya tambahan datang dari lampu-lampu mungil di sisi-sisi ruangan. Chandelier menggantung di titik utama, indah dan rapuh di saat bersamaan. Tengah ruangan dibiarkan kosong sehingga Hinata mengira mungkin area itu digunakan sebagai lantai dansa. Dan ketika ia memberanikan diri untuk bertanya pada Sasuke, laki-laki itu justru tertawa kecil.

"Lo ketipu fiksi," katanya. Yang tidak sepenuhnya dipahami Hinata.

Seorang wanita berpakaian formal menjadi guide keduanya ke meja yang telah disiapkan. Setelah Hinata duduk, pemandangan kota tersaji melalui jendela kaca. Mereka ada di lantai 21, di restoran sebuah hotel mewah.

Hinata tidak bisa memungkiri bahwa dirinya benar-benar gugup saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hinata tidak bisa memungkiri bahwa dirinya benar-benar gugup saat ini. Ini kali pertama dia mengunjungi sebuah tempat yang biasanya hanya muncul dan dia kenali melalui cerita-cerita fiksi. Imajinasi yang mengajaknya berkelana ke dunia yang seakan tanpa batas itu.

Buku menu yang kini dia pegang pun seperti sebuah keterasingan yang memaksanya menyadari betapa dunianya dan Sasuke bertolak belakang.

Hinata melirik ke arah Sasuke yang tampak tenang dan berbaur dengan tempat itu. Begitu alami, natural, tanpa kekakuan yang mengukung Hinata.

Menunya ditulis dengan bahasa asing. Barisan kalimat-kalimat yang mungkin sebuah informasi singkat mengenai nama chef dan asal bahan-bahan yang dipakai. Setiap lembar buku menu menyajikan sebuah foto dari menu, harga yang Hinata harap sudah termasuk pajak karena mahalnya bukan main, dan dua paragraf berbahasa asing tadi.

"Aku tidak paham menunya."

Sasuke kini menatap wajah Hinata, mengulurkan tangan kanan, "Biar kubantu."

Buku menunya diletakkan di sisi meja. Ia kemudian membolak-balik beberapa halaman. "Lo bukan penggemar seafood, kan?"

Meski bertanya-tanya bagaimana Sasuke bisa tau, Hinata hanya mengangguk.

"Oke, pasta?"

Hinata terlihat tidak yakin. Mungkin tak ada nasi atau soba di menu mereka.

"Kita mulai dengan appetizer dulu ya?"

Sepenuhnya menyerahkan keputusan di tangan Sasuke, Hinata mengangguk.

Setelah itu, Sasuke memanggil pelayan yang bersetelan jas. Pemuda itu sepertinya sudah terbiasa dengan Sasuke. Dia menyapa ramah dan sedikit berbasa-basi. Hinata hanya bisa tertegun tanpa bisa melakukan apa-apa.

Perbincangan singkat mereka kemudian berakhir dengan sebuah persetujuan. "Akan segera kubawakan," kata si pelayan. Lalu menoleh sekilas ke arah Hinata dan menunjukkan sikap ramahnya.

Damn!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang