"Sempurna Felix!"
Seluruh tamu yang hadir menonton pertunjukkan ballet malam itu bertepuk tangan, kagum pada kemampuan Felix. Felix menuruni panggung dengan perasaan senang, latihannya selama ini tidak sia-sia. Felix menghampiri ayahnya di kursi penonton. Namun seluruh perasaan bahagia Felix seketika digantikan oleh rasa sedih dan takut saat melihat wajah masam ayahnya. Felix menghela nafas, ia sudah biasa dimarahi ayahnya, kali ini pun tidak ada yang berbeda.
"Jangan berbangga hanya karena pujian-pujian itu Felix! Kau harus bekerja lebih keras! Apa kau tidak tau berapa banyak yang harus ku korbankan agar kau bisa menjadi seorang white swan, tapi apa ini hah!? Putra ku seorang black swan!? Kau hanyalah bayangan! Bisa kau bayangkan itu!? Argh aku kecewa sekali denganmu!"
Felix tersentak, matanya mulai sedikit berair. Beberapa hari lalu memang ia mendapatkan tanda itu, tanda seorang black swan. Tapi menurutnya itu bukan masalah besar, mau white swan atau black swan, ataupun cygnets ia tidak masalah. Felix hanya ingin terus bisa menari ballet, tanpa harus mempedulikan status. Toh ia sudah bertekad untuk tidak mengusik hidup siapa pun meski seorang black swan. Rasanya ingin sekali Felix menutup telinganya dari segala ucapan ayahnya.
"Kau lihat Minju? Ia bekerja sangat keras, karena itulah ia mendapat gelar white swan..."
Felix benar-benar pening sekarang, ayahnya selalu saja membicarakan Minju dan terus membandingkan mereka. Felix dan Minju berteman, ia tidak pernah sekalipun merasa iri pada Minju, ia paham dirinya dan Minju sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ketika Minju mendapat gelar white swan sekalipun Felix tidak merasa iri, ia justru ikut merasa senang. Minju adalah gadis yang baik, mereka berteman sejak Felix memasuki dunia ballet. Minju selalu mendengarkan keluhan-keluhan Felix.
Malam itu Felix pulang tanpa diberi makan malam. Ia kelaparan dan kedinginan. Ayahnya yang kejam menghukumnya dengan cara seperti ini. Felix akan dibiarkan tidur di teras rumah tanpa selimut. Perut Felix bergemuruh ribut di tengah sepinya angin malam. Perlahan Felix terpejam, melupakan rasa lapar di perutnya. Namun, selang beberapa menit, Felix terbangun oleh suara bising yang tiba-tiba. Ia membuka matanya, masih setengah terpejam, ia mencoba mengucek matanya memastikan pandangannya benar. Oh itu Samuel, teman Felix.
"Malam Lix, maaf membangunkanmu. Aku membawakan biscuit untukmu, ku simpan di sini ya"
Felix hanya mengangguk, Samuel lalu mengelus kepalanya.
"Tidurlah lagi, aku harus pergi sekarang"
Felix menahan lengan Samuel, "Terima kasih Sam"
Samuel mengangguk lalu pergi membiarkan Felix terlelap lagi. Samuel adalah teman rahasia Felix yang selalu dating setiap Felix mendapat hukuman dari ayahnya. Felix tidak pernah tau asal usulnya, bahkan mereka bertemu di situasi yang rumit, hanya dengan beberapa kali interaksi mereka, Felix merasa Samuel adalah orang yang berharga baginya. Seperti Minju, Samuel adalah seorang teman yang selalu bisa membuat hari-harinya lebih baik bahkan setelah dimarahi habis-habisan oleh ayahnya.