"Sebab awal terjadinya revolusi adalah Inggris memaksa ketiga belas koloni untuk membayar pajak khusus untuk mengganti biaya perang Inggris dengan Prancis.
Karena Inggris mengeluarkan Townshend Act (pajak impor untuk timah, kaca, cat, kertas dan teh) rakyat Amerika melakukan perlawanan, perlawanan secara fisik terjadi di Boston dan dikenal dengan istilah The Boston Massacre." Wanita di depan menjelaskan.
Orang-orang sibuk dengan pulpen dan buku sambil memasang telinga mendengarkan materi sejarah Miss Selena. Tidak seperti yang lain, tampaknya gadis di pojokan malah sibuk dengan pikirannya sendiri dan tidak bisa berkonsentrasi pada pembelajaran. Panggil dia Zia.
"Ada apa sih dengan mimpiku semalam?" sambil memukul kepala beberapa kali, Zia bergumam di belakang.
"Ingatlah selalu bahwa dunia kami menunggumu setiap saat."
Hanya suara tenang dan lembut dari orang asing yang melontarkan kalimat pendek itu yang Zia ingat. Sisanya, Zia tidak dapat mengingat apa pun di dalam mimpinya.
Seseorang dari meja seberang mengangkat tangan membuat Zia menengok. "Apakah ada dampak yang timbul dari aksi perlawanan itu, Miss?"
Bahkan Zia tak tahu apa yang sedang dibahas sekarang.
"Ah, benar. Saya belum menjelaskan bagian itu. Terima kasih sudah bertanya, Alice." Miss Selena kemudian bergerak menggeser tampilan proyektor ke halaman lain.
"Setelah itu yang terjadi adalah pemerintah Inggris menetapkan berbagai keputusan untuk menghukum warga Boston dan koloni Massachussets, seperti menutup pelabuhan Boston, mengambil alih pemerintahan koloni, dan memungut pajak."
"Jika begitu adakah dampak baiknya bagi dunia?" yang lain bersuara.
"Pertanyaan bagus, Oliver!"
"Berbicara tentang dunia, tentunya ada. Revolusi Amerika menjadi momentum yang menyadarkan dunia bahwa kesewenang-wenangan pemerintah yang tirani dapat dilawan dan dihancurkan. Selain itu, pengakuan hak dan kesetaraan hak juga menyadarkan masyarakat dunia bahwa semua manusia adalah sama."
Sementara semua orang mendiskusikan materi, Zia masih berada di dunianya dengan kenangan mimpi yang aneh.
Kring, kring!
Mendengar deringan bel tiba, seisi kelas bersorak ria, salah satunya Chaehyun. Entah sudah berapa kali terhitung Chaehyun merutuki perutnya yang sakit akibat kelaparan. Berat rasanya jika harus menahan rasa lapar selama kegiatan belajar berlangsung, seketika konsentrasi akan hilang dan sulit untuk memahami setiap materi yang masuk ke otak.
"Sampai kapan kau akan diam di situ, Zia?" ujar Chaehyun kesal melihat temannya duduk diam di kursi. Padahal bel sudah berbunyi dua kali.
"Oh?" Zia akhirnya tersadar. "Aku tidak akan pergi ke kafetaria sekarang. Kau boleh pergi dulu, Chae."
KAMU SEDANG MEMBACA
THERALAND : De Historia, The Maze Game, and The Seven Princes
FantasyTerbangun di tengah hutan yang asing mengharuskan Zia untuk mencari jalan keluar. Namun, di tengah pelariannya, ia malah bertemu dengan salah satu pangeran yang anehnya mengenal dirinya. Sampai Zia dapat pulang kembali, dia harus terlibat dalam sega...