Three

145 10 1
                                    

"Everythings gonna be alright?," tanya seseorang dibelakangnya, uhm tak lain dan tak bukan, siapa lagi kalau bukan

Davin

"I think so," jawab Natasha sambil memberinya tatapan sinis. "Gak jelas dasar," dengusan laki-laki itu terdengar.

--

"Apa lo kesini cuma buat nangis lagi?"

"Shit. Daf, lo mau ngeledek gue?"
"Bah, bercanda kali. Sini duduk," Ajaknya sambil menepuk-nepuk lantai yang berada disampingnya, Natasha mengikuti perintahnya. "Lo sering kesini?" Tanya Natasha

"Yap, hampir tiap hari gue kesini pas jam istirahat," jawab Daffa yang tetap fokus pada layar didepannya. "Lo ngapain aja disini?" Tanya nya lagi, Natasha sedikit agak penasaran tentang laki-laki itu, kebanyakan murid siswa disekolah ini pada saat jam istirahat selalu ke kantin, jarang yang ke koridor sepi kayak gini.

"Lo bisa liat gue ngapain disini, dan kadang gue baca buku disini," Jawabnya cuek,

Sok jaim, batin Natasha

"Lah, rajin amat lo. Trus, lo ngapain tuh? Nulis apaan?" Natasha melihat ke layar laptop Daffa.

Guess what? Daffa langsung nutup layar laptopnya

"Daf, apansih gue kan mau liat," Terdengar ada nada kesal didalamnya. "Sayangnya gak boleh," Daffa segera berdiri dan beranjak pergi dari koridor itu.

Nyebelin.

"Jadi, lo kesini mau ngapain?" Tanya Daffa, "Gue cuma mau-"

Bzzt bzzt

Sesuatu bergetar dalam sakunya, oh--ada panggilan. Terlihat caller id tersebut,

Davin.

"Nat, dimana?" Tanya nya dari sebrang sana

"Kepo"

"Yaudah,bye"

"Ih, nelfon cuma gini doang? Ergh,"

Telfon terputus, percakapan yang terlalu singkat.

Daffa mengkerutkan dahi yang tak mengerti apa yang sedang terjadi, "Jadi?" Tanya Daffa lagi, "Makasih buat kemarin." Natasha langsung beranjak pergi, tak ingin pipi tomatnya terlihat oleh Daffa

--

"Nat, lo darimana aja?" ketika Natasha baru masuk kelas, Shai sudah menodongkan pertanyaan. "Hai Shai, abis dari koridor perpus,"
"Ngapain lo kesana? Oh-- Natashaa! Lo utang cerita sama gue! Pokoknya nanti gue kerumah lo ya," tukas Shai dengan nada yang sedikit meninggi. Natasha menanggapi itu dengan mengangguk lemah.

Dia sahabatku. Batinnya

--

"Nat, lo tau gak?" Tanya Shai yang kini sudah berada didalam kamarnya. "Nope," jawab Natasha yang masih sibuk dengan buku novelnya. "Davin nembak anak teather tadi,"

"Kok lu tau?" Tanya Natasha, "Gue anak teather dan gue baca di grup teather tadi," Nata hanya mengangguk paham.

Itu menyakitkan.

Dari balik buku itu, aku menahan tangis. Entah aku harus merasakan senang atau sedih.

"Oh ya? ah gue mau kasih ucapan selamat deh," suaranya bergetar, lalu mengambil handphone yang terletak di nakas

To : Davin

Congrast bro! U have girlfriend now, longlast yaa :)

Ada rahasia dibalik emoticon tersenyum itu, hatiku.

Rahasia tentang hatiku, hatiku yang terlalu perih untuk menerima berita ini.

From : Davin

Thanks(: tau darimana?

To : Davin

Gue selalu tau:)

"Nat, gue boleh ambil makanan ga?" Tanya Shai, "Lo udah berapa kali sih ngambilin makanan gue tanpa izin? dan sekarang pake izin," Shai hanya memberikan cengirannya

Shai meninggalkanku sendiri dalam kamar, dalam kesunyian kamar ini

Aku menangis dalam diam, mencoba menerima apa yang telah terjadi.

Mencoba menerima kenyataan, kenyataan yang terlalu pahit.

--
(A/n)

Halo para readers heheh, maaf ya baru update sekarang. Maaf juga kalo updatenya kurang panjang heheh. Vommentsnya ditunggu yaaa!

PLEASE STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang