Riuhnya bangunan rumah sakit ini seperti pasar malam, mengingat waktu sudah menunjukkan dirinya untuk selesai shift nya dalam 20 menit lagi. tapi bedanya bukan menyebar kebahagiaan melainkan kesedihan, kekhawatiran, dan kepeningan. Terlebih bagi para dokter, suster dan koas-koas muda yang semakin lama semakin terlatih menghadapi keseharian mereka di sini.
"Pasien ini butuh Amoxicillin 500 mg. Tolong kamu kasih dia." kata sang dokter kepada suster di sebelahnya yang mengangguk. "Saya mau ke toilet sebentar." Lanjutnya lagi dan pergi meninggalkan kamar pasien yang baru dia periksa.
Saat dia berjalan, Nat baru menyadari bahwa lehernya terasa semakin sakit. Mungkin akibat dia menunduk untuk menjahit luka anak kecil tadi. Atau karena dia harus mengeluarkan pecahan kaca dari seorang anak remaja. Dia tidak ingin memikirkannya lebih jauh lagi, tepat saat dia mengambil beberapa langkah lagi, matanya menangkap seorang koas yang dia kenali. "Pasien ini kenapa, dokter Smile?" Matanya tidak beralih dari laporan di tangannya yang ia minta tanpa suara tadi.
"Pasien kecelakaan mobil, dok. Pasien hanya memiliki beberapa memar dan rasa nyeri, tidak ada luka terbuka sejauh ini. Saya rasa pasien mengalami benturan ringan–"
Nat mengangguk, sejauh ini hal yang dialami pasien memang wajar pikirnya. Hanya beberapa memar terlihat lebih bengkak.. "Tekanan darahnya?" Dia bertanya terakhir, karena jika semua berjalan dengan normal dia akan pergi untuk beristirahat dari lelahnya."Terakhir 15 menit yang lalu saat pasien datang, 114/80 mmHg, dok." Tepat setelah Smile menyelesaikan laporan sementara yang diminta Nat, pasien perempuan itu mengalami kesulitan bernapas.
126/82
134/85
144/88
"Kenapa tensinya semakin naik?--" Nat menggelengkan kepalanya, dia tahu gejala seperti ini akan mengarah kemana. "Bring her to the ICCU. And get Dr. Peng now!"
Beberapa suster di sana membantu dokter Nat untuk mengiring bed pasien tersebut keluar dari ruang perawatan umum ke ruang khusus tentang masalah jantung. Ya, seharusnya dia sudah melihat ini dari awal. Ruam yang ada di tubuh pasien tersebut tidak se-normal itu. Ada beberapa bagian tubuhnya yang bengkak, terlalu cepat untuk bengkak jika kecelakaannya baru terjadi 40 menit yang lalu, bukan? Semua itu belum mencapai pemikiran Nat, sebelum akhirnya pasien tersebut mengalami kesulitan bernapas.
Sedikit kesal rasanya, sampai dia tidak menyadari waktu sudah berlalu 30 menit. Dan dia terlambat untuk hal lain.
"Dokter? Dokter? Dokter Nat apa anda bisa mendengar saya?" Kata Suster El, dia adalah kepala suster di sini, Nat baru menyadarinya setelah dia melihat badge bertuliskan nama di pakaiannya. Dan setelah semua pendengarannya kembali normal dan mulai bekerja lahi, ia dapat mengartikan perkatan orang di depannya itu.
"Anda sudah bisa pergi, pasien nya akan dirawat Dr. Peng."
Orang yang bernama Peng itu adalah salah satu dokter ahli jantung yang sedang shift sekarang. Jadi setidaknya pasien tersebut berada di tangan yang tepat. "Leave her to me, bro. I got this." Maka Nat mengangguk, mencoba sedikit demi sedikit mengurangi kecemasannya.
Dia berlalu dari ruangan itu dan sebelum dia benar-benar pergi dia melihat wanita berambut karamel itu berada cukup jauh dari bed pasien yang dia tangani tadinya. Nat bisa lihat bahwa Smile merasa sedih untuk suatu hal. Nat bisa melihat bahwa pundak wanita itu bergetar dan mata wanita itu juga berkaca-kaca.
Entah mengapa tapi ada sebuah dorongan untuk dia ingin menerobos batasan itu. Dia ingin memberinya sebuah sandaran yang hangat untuk setidaknya bisa menjadi penyemangat--
Apa yang dia pikirkan barusan? Dia sudah menjadi semakin gila sekarang. Dia berlalu dari ruangan itu, tanpa berbicara dengan siapapun lagi. Terengah-engah dia akhirnya sampai di ruangan istirahat para dokter-dokter. Biasanya saat makan siang ataupun saat masih pagi-pagi sekali ruangan ini akan ramai. Tapi sekarang hanya ada dirinya dan pikirannya yang mengakar tidak mengarah. Sulur-sulur itu semakin tidak terkontrol dan Nat benci ketika suatu hal tidak sesuai rencananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found - BKPP AU
Fanfiction| Summary | "Gue minta maaf, Kin." "Kenapa?! Kenapa harus satu-satunya kebahagiaan gue, Kak!" Kedua kakak beradik itu terlihat kacau, sangat kacau, yang lebih muda terbelit oleh kabut emosi membuat tangannya melayangkan pukulan-pukulan tak terarah...