Hollaaaa... selamat siang. Akhirnya LDR bisa tayang lagi. Kasih tepuk tangan dunk....
Ketik lsg publish ya, kalau nemu kalimat aneh feel free buat komen.
Sebelum baca tap bintangnya dulu ya, n jangan lupa ramein....
Happy reading.
###
Jelita akhirnya mampu memejamkan mata saat hari menjelang subuh. Dan satu jam setelahnya ia sudah terbangun karena merasa tidurnya tidak begitu nyaman. Efek memikirkan sang suami membuatnya tak tenang. Entah kenapa perasaan itu tiba-tiba muncul. Sebelumnya ia tak pernah sekalipun berpikiran jika Andre mempunyai niat buruk terhadap dirinya.
Bahkan saat Latisha, tetangga depan rumah Jelita yang begitu akrab dengannya sering kali mengingatkan untuk lebih berhati-hati, Jelita mengabaikan. Ia tahu sebesar apa Andre memujanya. Andre adalah sosok yang mampu mengalihkan keterpurukannya akibat pengkhianatan yang telah dilakukan oleh kekasih Jelita di masa kuliah. Andre mengejarnya bahkan saat Jelita menolak untuk dekat dengannya. Pria itu dengan gigih terus menerus mendekati Jelita dan menunjukkan keseriusannya. Hingga akhirnya Jelita pun luluh. Ia tak mampu menolak semua perhatian Andre lagi.
Apalagi, Andre bisa dibilang berwajah di atas rata-rata. Tak ada wanita yang mengatakan jika pria itu tak menarik. Pasti semuanya akan mengatakan jika pria itu begitu luar biasa mempesona. Ditambah lagi tubuh menjulang pria itu yang bisa dikatakan nyaris sempurna. Jika semua kelebihan fisik itu ditambah dengan perhatian dan kasih sayang yang begitu melimpah kepadanya, lalu apa lagi yang Jelita cari? Bukankah ia sudah mendapatkan semuanya?
Jelita meraih ponsel mencoba melihat apakah ada notifikasi pesan dari suaminya. Nihil. Tak ada apapun di sana. Justru Erina yang sudah mengirimkan pesan untuk berangkat bersama. Gadis itu kebetulan berangkat ke kampus tidak sepagi biasanya. Jelita mengetik pesan balasan untuk Erina lalu tanpa pikir panjang dihubunginya sang suami. Tiga kali panggilan ia lakukan. Namun, hanya kekecewaan yang Jelita dapatkan. Kenapa suaminya itu begitu sulit dihubungi? Ada keinginan menghubungi Latisha dan menanyakan kondisi suaminya kepada tetangganya itu. Namun, masih sepagi ini. Ia khawatir wanita itu masih sibuk menyiapkan sarapan untuk sang suami dan balita mereka.
Akhirnya Jelita hanya mampu pasrah. Ia menyiapkan diri untuk berangkat bekerja. Saat dirinya memberikan sentuhan akhir pada mekapnya, ketukan di pintu paviliun terdengar. Pasti Erina. Rupanya gadis itu sudah siap berangkat.
Jelita memasang jam cantik di pergelangan tangan. Hadiah di saat ulang tahunnya tahun lalu dari Andre. Masih ada waktu satu jam lima belas menit lagi sebelum jam kerjanya dimulai. Rupanya Erina terlalu terburu-buru menjemputnya. Mungkin ia bisa mengajak gadis itu untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat.
Namun, rencana Jelita gagal saat ia membuka pintu. Wajah Erina muncul di balik pintu dengan senyuman lebarnya. Di tangannya sudah ada nampan berisi dua buah mangkuk yang menguarkan aroma menggoda.
"Kita sarapan dulu, ya, Mbak. Masih ada waktu, kok." Gadis itu berucap lalu menerobos masuk bahkan sebelum dipersilakan.
"Kita makan di sini apa di dapur aja? Eh, sepertinya enakan di dapur, Mbak." Gadis itu mengedarkan pandangan pada ruang tamu yang tidak begitu luas itu. Saat Jelita mengiyakan, gadis itu pun berderap menuju dapur dan meletakkan nampan di satu-satunya meja di ruangan itu.
"Mbak nggak pilih-pilih makanan, kan? Ini tadi budhe Suli yang masak. Sudah pernah makan ini belum?" tunjuk Erina pada mangkuk berisi makanan berkuah kehitaman.
Jelita menggeleng. "Kayaknya belum pernah deh. Tapi aku tahu itu makanan apa. Rawon, kan?"
Erina mengacungkan jempol. "Yups, makanan orang Jawa Timur, Mbak. Yuk, cobain. Pasti nagih." Setelah mengucapkan kalimat itu, Erina mulai menyuapkan isi mangkuk di hadapannya. Tiga puluh menit kemudian mereka sudah menyelesaikan sarapan yang diiringi obrolan ringan. Setidaknya Jelita bisa mengalihkan kekhawatirannya kepada sang suami meskipun hanya sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR (Long distance RelationShit)
RomanceSebelum menikah, Jelita dan Andre tidak pernah sekali pun menjalani hubungan jarak jauh, pun demikian di awal pernikahan mereka. Namun, akibat promosi jabatan yang Jelita dapatkan, wanita itu diharuskan pindah ke Surabaya dan meninggalkan sang suami...