Hallooooo....
Syelamat malam....
Masih ada yang nungguin, kan?
Masih inget sama ceritanya, kan?
Wkwkwkkw.....
Maapin penulisnya yang syelalu sok sibuk, ye.
Yuk, lanjutin baca n jangan lupa sentuh bintangnya.
###
"Kamu istirahat aja, Sayang. Kayaknya capek banget. Aku juga mau istirahat." Kalimat itu akhirnya menjadi penghujung dari percakapan Jelita dan Andre setelah perbincangan mereka melalui panggilan video berlangsung hampir enam puluh menit. Siang tadi mereka sudah sempat berkomunikasi di jam istirahat. Lalu setelah Jelita tiba di paviliunnya, Andre kembali menghubungi.
Mereka melakukan panggilan video sambil makan malam bersama. Jelita menyantap makan malam di dapur paviliunnya. Sedangkan Andre menikmati makan malam di meja makan rumah mereka. Hal yang membuat Jelita begitu bahagia setelah sejak kemarin ia dirundung rasa tak nyaman atas sikap Andre. Kini, ia tak lagi memikirkan hal itu lagi. Ia sadar, dirinyalah yang terlalu terbawa perasaan. Membuatnya berpikir di luar nalar dan mulai dilanda rasa cemas karena belum terbiasa berjauhan.
"Iya, deh. Aku juga udah ngantuk banget. Kamu baik-baik di sana, ya, Ndre. Jangan sampai menghilang gitu aja. Jangan bikin aku cemas."
"Maaf, aku kan sudah bilang alasannya. Aku nggak bakalan lalai lagi. Aku terkadang masih suka lupa kalau kamu nggak ada di sini. Jadi aku kadang berpikir, kan nanti kita bisa ketemu di rumah. Tapi ternyata kamu tidak ada di rumah." Andre berucap dengan nada penyesalan yang mendalam. Membuat Jelita akhirnya mengulas senyum maklum.
"Cobaannya orang LDRan gini banget ya, Ndre. Baru juga beberapa hari rasanya udah berat banget." Jelita mulai merasakan sesak. Padahal sesaat yang lalu ia sudah lebih banyak tersenyum.
"Dua minggu lagi aku ke sana, ya? Kalau kamu yang pulang aku nggak tega. Pasti capek banget di perjalanannya."
Kalimat itu seketika membuat Jelita berbinar. "Beneran, Ndre?"
"Iya, kan kita sudah komitmen bakal bertemu setidaknya dua minggu sekali selama tidak ada halangan. Besok aku mau coba cari tiket." Kalimat Andre makin membuat Jelita melambung. Hingga akhirnya percakapan itu pun berakhir dengan senyum yang menggelayut di bibir Jelita yang ia bawa hingga tidur lelapnya.
***
Hari-hari berikutnya berjalan dengan lebih ringan. Andre selalu menghubungi Jelita tanpa wanita itu minta. Sepertinya Jelita pun mulai yakin jika kekhawatirannya beberapa hari lalu hanya ada dalam pikirannya saja. Andre tak jarang meluangkan waktunya bahkan saat pria itu sibuk di kantor."Lit, nanti malam mau bareng aku ke rumah Pak Surya?" Suara Melly mengusik Jelita yang sedang fokus pada layar komputer di depannya. Ia baru saja mematikan panggilan video Andre karena pria itu akan berangkat rapat keluar kantor.
"Nggak usah. Makasih banget. Kita beda arah. Aku bisa pesan taksi."
"Udah, bareng aku aja." Melly masih memaksa.
"Ih, ibu hamil jangan keras kepala. Aku beneran bisa berangkat sendiri. Lagi pula rumah Pak Surya lebih dekat dari paviliunku dari pada rumah kamu." Jelita tahu diri. Ia tak mungkin terlalu banyak merepotkan orang lain. Ia juga perlu membiasakan diri melakukan semua hal sendiri. Apalagi minggu ini adalah minggu terakhir Melly bekerja. Melly akan resign dan tentu saja beban kerja Jelita akan menjadi lebih banyak.
"Beneran, nih? Kamu nggak bingung kan sama lokasi rumah Pak Surya?" Melly masih tak yakin. Ia masih tak tega pada wanita yang sudah begitu akrab dengannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR (Long distance RelationShit)
RomanceSebelum menikah, Jelita dan Andre tidak pernah sekali pun menjalani hubungan jarak jauh, pun demikian di awal pernikahan mereka. Namun, akibat promosi jabatan yang Jelita dapatkan, wanita itu diharuskan pindah ke Surabaya dan meninggalkan sang suami...