-

797 29 0
                                    

Pria dengan sapaannya yang lembut itu kerap kali dipanggil Farel. Ia merupakan pria tampan dengan perwatakannya yang sangat baik, tubuhnya tinggi tegap, rahangnya yang tegas membuat ia terlihat dewasa, salah satu sifatnya yang paling dikagumi orang orang adalah kesopan santunannya yang sangat sempurna, menghargai orang lain serta Pola pikir yang cepat dan tangkas membuat perwatakannya semakin tangguh. Langkahnya yang tegap bagaikan sekawanan singa yang siap menerkam mangsanya membuat orang berpikir dua kali untuk mengatakan bahwa dia adalah pria tanpa impian hidup.

Meskipun orang orang tau persentasi kemungkinannya untuk dapat bersekolah pada perguruan tinggi cukup
mustahil. Bagaikan langit tak berbintang, Farel memiliki potensi untuk mencapainya namun factor ekonomi tak pernah bosan mengancam keberhasilannya. Meski bagaimanapun menyerah bukanlah takdirnya, ia akan selalu berusaha
untuk mendapatkan impiannya. Seperti yang sudah ditempel pada dinding kamarnya "Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, akan datang harinya dimana aku akan menginjakkan kaki disana" Kalimat itu selalu ia baca sebagai penyemangatnya. Farel selalu mengawali hari harinya dengan penuh semangat.

Pagi itu ia terbangun dalam gelapnya kamar,
membuka mata sepenuhnya merupakan hal terberat baginya saat itu. Farel berusaha mencapai kamar mandi untuk membuat dirinya terbangun total. Ia mulai meraba dinding kamar yang terasa dingin untuk mencapai kamar mandi. Awalnya menekan saklar lampu kamar merupakan tujuan utamanya
terbangun, namun tiba tiba saja tujuannya
berubah, Pola pikir Farel selalu berganti dengan cepat bagaikan sambaran kilat.Hingga akhirnya kakinya menginjak lantai yang berbeda, menginjak lantai tersebut bagaikan tenggelam pada danau vostok. Dinginnya menusuk tulang.

Farel sempat kedinginan merasakan dinginnya pagi itu. Ia pun menguatkan diri untuk tetap melakukan aktifitasnya, ia memulainya dengan membasuh kedua tangannya dengan lembut,
berkumur kumur, dan seterusnya. Hingga tiba saat ia menyapu mukanya dengan semburan air, barulah Farel terbangun secara total dari kantuknya. Ia mengakhiri kegiatan wudhunya dengan mencuci bersih kedua kakinya.

Farel memulai shalatnya dengan khusyuk, satu persatu ayat dibacanya dengan penuh hikmat. Tatapannya terhadap tempat sujud bagaikan elang yang tak pernah lengah terhadap targetnya. Badannya yang tegap seperti gedung yang tak akan pernah runtuh. Pikirannya yang jernih seperti air yang mengalir tanpa sedikitpun polutan. Akhirnya ia selesai menunaikan shalat dan bersiap berangkat sekolah

Sebuah HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang