Sampailah Farel pada sekolahnya, salah satu sekolah unggulan dikotanya. Sekolah itu terlihat cukup rindang, gerbangnya yang tinggi dilengkapi dengan pos satpam yang ada membuat gerbang itu terlihat kokoh, setiap paginya gerbang itu akan ditutup tepat pada pukul 7.00 WIB.
Farelpun berjalan memasuki gerbang dengan menatap wajah pak satpam dengan senyuman dipagi itu
"Pagi pak" sapa Farel dengan sopan
Pak satpam itu menjawab sapaannya dengan senyuman. Perjalanannya dari gerbang ke gedung sekolah tidak begitu jauh, sekolahnya berupa gedung besar berlantai 2 yang berwarna abu abu pekat. Dari gerbang gedung sekolah itu terlihat memagari keseluruhan sekolah dengan kokoh. Dibagian tengah terdapat beberapa lapangan olahraga, ada yang tertutup dan ada yang terbuka, disamping hal itu juga terdapat lapangan upacara yang juga cukup luas. Pepohonan yang menyejukkan sekolah terlihat begitu indah dilengkapi dengan bangku tamañ yang cukup banyak terlihat dibawah pepohonan tersebut. Pada bagian belakang sekolah terdapat sebuah bangunan yang tidak begitu besar, itu adalah tempat warga sekolah mengisi perut mereka. Tempat itu kerap kali disebut dengan Kantin
Sampailah ia di koridor sekolahnya, bola matanya yang liar tak pernah berhenti mencari sesosok orang yang ingin ia ajak bicara. Tatapannya terkunci saat ia menemukan orang yang ia
maksud. Farelpun berlari menuju orang itu.Ditengah pelariannya, dari balik dinding Devan sengaja mengulurkan kakinya ke jalur yang akan Farel lewati, Devan merupakan salah seorang siswa yang tergolong nakal, ia terlihat tidak punya tujuan hidup, cara berpakaannya yang rapi dan sifatnya yang angkuh membuat orang orang enggan berteman dengannya, selama ini hanya ada dua orang yang ingin berteman dengannya, yaitu Adel dan Ipan
Hingga akhirnya Farel terjatuh dengan penuh rasa malu. Devan yang puas tertawa terbahak bahak bersama beberapa teman lainnya. Syadza yang pada saat itu sedang duduk dikursi taman secara tidak sengaja melihat kejadian itu langsung naik darah. Ia membantu Farel berdiri
"Eh kalian maunya apa sih gangguin Farel terus?" Ujar Syadza marah
"Ganggu? Enggak kok itu kan gak sengaja, iya gak guys?" Balas
Devan ngeles sambil menatap teman temannyaFarel mencoba untuk sabar. Meskipun amarah sudah membendung di dadanya. Untuk meredam semuanua Akhirnya Farel berjalan berbalik arah dan diikuti dengan Syadza disampingnya. Devan bersama teman temannya tetap berdiri disana yang terlihat sedang menunggu mangsanya yang lain
Beberapa jam kemudian, bel sekolah berbunyi dengan suara yang menggelegar seperti membelah angkasa. Menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar
telah berakhir.Farel keluar dari kelasnya mencari keberadaan teman karibnya itu
"Hei rel, ngapain bengong aja?" Tanya Apin sambil menepuk pundak Farel
"Dari tadi gue nyariin lo, kemana aja bro?" Jawab Farel
"Yaudah deh dari pada kebanyakan ngomong kita langsung pulang yuk"
Balas Apin mengakhiri pembicàraanFarel pulang bersama Apin dengan Jazz merahnya yang sangat mengkilap dibawah paparan cahaya matahari yang terik. Saat keluar dari parkiran menuju gerbang, Apin melihat Syadza yang sedang duduk di pos satpam terlihat sedang menunggu seseorang
Tatapannya yang hangat terlihat begitu fokus menatap layar ponselnya yang bercahaya, kacamatanya terlihat kokoh bertengger dihidungnya. Kacamata putih itu terlihat sangat khas dan serasi dengan kulitnya yang cerah. Kerudungnya yang dalam membuat orang berfikir bahwa ia adalah anak lulusan pesantren yang padahal ia hanyalah lulusan sekolah negri biasa. Ia pernah bercerita kepada Farel bahwa menggunakan jilbab merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim yang wanita. Karena itulah hingga saat ini Farel belum pernah melihat rambutnya terurai tanpa ditutupi kerudung.Ia duduk dengan kedua kakinya yang rapat dengan tas biru yang ia sandang dengan kuat.
"Hello Syadza, butuh tumpangan gak?" Tiba tiba Apin memberhentikan mobilnya tepat didepan Syadza. Iapun kaget dan menjawab seadanya
"Astagfirullah bikin kaget aja, maaf ya apin, Syadza dijemput, Apin pulang duluan aja sama Farel, hati hati ya" Jawabnya hangat"Hati hati ya" Kalimat itu terngiang ngiang di pikiran Farel, sebab Syadza menatap Farel saat mengucapkan kalimat itu. Lagi lagi tatapannya yang hangat mampu membuat hati siapapun menjadi tenang dan damai
Bagi Farel, Syadza bagaikan seorang putri yang tinggal di istana dengan jutaan penjaga istananya. Farel pernah meratapi latar belakang keluarganya yang telah ditinggal oleh ayahnya. Semenjak kepergian ayahnya semuanya terasa lebih
berat, impian, harapan dan cita cita terasa semakin jauh. Begitu juga dengan impiannya
mendapatkan Syadza, Seperti menara Eiffel yang dilihat dari jarak pandang yang cukup
jauh, Terlihat dekat namun sejatinya sangatlah jauh
Hari hari Farel memang terlihat sangat berat, namun Farel tetap tegar dan semangat menjalaninya, semangat Farel bagaikan api
abadi yang tak pernah padam. Beberapa bulan kemudian, adalah saat saat terberat bagi keluarganya. Ia terpaksa harus berjualan kue buatan ibunya demi memenuhi kebutuhannya. Kegiatan menjual kue ini kebetulan berdekatan dengan hari dimana akan dilaksanakannya ujian semester terakhir, karena setelah ujian ini hanya ada satu ujian final yang akan Farel hadapi, yaitu ujian
nasional"Farel, ini kue yang baru saja ibu buat, ibu harap Farel mau menjualkannya dengan ikhlas
dan penuh semangat, pandai pandai membagi waktu antara belajar dan berjualan." Ujar sang ibu dengan sangat lembut "Ibu, seberapapun sulitnya hidup Farel, selama ada ibu disamping Farel semuanya akan terasa lebih nyaman, bu. Terima kasih ya bu sudah berusaha membanting tulang demi kehidupan Farel" Balas Farel dalam suasana yang haru Farel berangkat kesekolah dengan membawa kue jualan ibunya. Tak ada sedikitpun rasa malu yang terbesit dalam langkah Farel pagi itu. Bahkan senyuman yang terlukis diwajahnya membuat orang tak percaya akan pahitnya kehidupannya. Farel menitipkan kuenya pada kantin sekolah pagi itu."Assalamu'alaikum ibu, ini ada kue buatan ibu Farel, Farel titip disini ya" Sapa Farel dengan sopan "Wa'alaikum salam, iya Farel letakkan saja kuenya di sebelah sana. Nanti akan dibeli orang. Itu kue buatan ibunya Farel ya?" Tanya
petugas kantin pagi itu "Iya bu, semoga hasil penjuan kue ini dapat membantu keluarga" Balas Farel
"Subhanallah. Semoga Farel dan keluarga selalu dilimpahkan rezeki dan hidayah dari Allah ya" Jawab ibu kantin "Amin terima kasih bu" Farel mengakhiri pembicaraan
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Harapan
ContoPerjuangan pria muda untuk mencapai cita citanya, namun faktor ekonomi selalu berperan antagonis dalam perjalanan hidupnya. Tetapi Tuhan tak membiarkannya sendirian, Ia menitipkan malaikat tanpa sayap kepadanya, yang selalu mensupport dan mendukung...