Sebuah Rencana

4 1 0
                                    

"Mas saya mohon, pernikahan Libi dan Edgar harus berjalan. Kami tidak ingin menanggung malu untuk yang kedua kalinya," ucap Ayah Edgar kepada Papa Libi.

"Tanpa resepsi?" tanya Papa Libi.

"Soal resepsi kita bisa bicarakan belakangan, Mas. Setidaknya mereka sah terlebih dahulu. Tolong Mas, saya cukup malu dengan peristiwa di masa lalu." Mohon Ayah Edgar dengan sangat.

"Aku juga tidak ingin membatalkan ini. Baiklah, kita urus semua bookingan agar mendapatkan refund yang lebih besar. Setidaknya kita tidak menanggung rugi banyak," ucap Papa Libi yang notabenenya dari dunia bisnis.

"Makasih, Mas." ucap Ayah Edgar sembari tersenyum haru.

"Pa, Edgar mau ketemu," ucap Mama Libi.

Papa Libi lantas berjalan ke arah ruangan Edgar dirawat. Ia melihat Edgar tersenyum tipis padanya, serta terdapat Saras dan Ibu Edgar.

"Om ada yang ingin saya bicarakan," ucap Edgar.

"Untuk pernikahan akan tetap berlangsung. Kamu tenang saja," ucap Papa Libi sembari menepuk pundak Edgar.

Saras dibuat shock dengan hal itu. Ekspresi haru muncul diwajahnya, lalu ia memeluk Ibu Edgar. Mama Libi hanya tersenyum. Ia juga menyetujui karena calon besannya memohon sembari menangis.

"Saya lumpuh, Om" ucap Edgar sendu.

"Lumpuh sementara, bisa sembuh dengan terapi. Perjuanganmu harus bisa menyamai rasa cintamu kepada Libi,"

Edgar menunduk, "Harus ada yang diluruskan, Om,"

"Ada yang harus diluruskan?"

"Apakah Libi tidak kemari menjenguk saya?" tanya Edgar ragu.

"Saya masih belum bertemu Libi. Setelah ini saya akan akan menjumpainya untuk membicarakan soal pernikahan," jawab Papa Libi.

"Sebenarnya, Libi ingin membatalkan pernikahan ini," ucap Edgar yang berhasil membuat seisi ruangan menatapnya.

"Maksudmu apa, Nak?" tanya Ibu Edgar pelan.

"Saya tidak sengaja masuk dalam perangkap mantan saya, Mala. Waktu itu dia berhasil mencium saya dan Libi menyaksikan hal tersebut. Saya sudah mencoba untuk menjelaskan, tapi Libi masih tetap dengan pendiriannya untuk membatalkan pernikahan ini,"

Edgar menghela napas "Tapi demi apapun, saya hanya mencintai Libi. Mala hanya masa lalu dan saya tidak mencintainya,"

"Libi biar menjadi urusan saya," ucap Papa Libi.

"Tapi saya berjanji, Mas. Jika anak saya tidak memiliki hubungan lagi dengan Mala dan akan menjaga Libi dengan baik," ucap Ayah Edgar yang membenarkan. Walaupun, ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Iya benar. Edgar bukan laki-laki seperti itu," ucap Ibu Edgar mendukungnya.

"Tenang, ya. Kami masih percaya dengan Edgar. Apakah keadaanmu yang sekarang ada kaitannya dengan kejadian itu?" tanya Mama Libi.

"Iya tan," jawab Saras. "Edgar berusaha buat ngeyakinin Libi. Kalo itu semua salah, tapi naasnya Edgar harus kecelakaan,"

Papa Libi mengangguk paham, "Ya, sudah kami pamit. Saya pastikan Libi akan kemari menjengukmu," ucapnya sembari menepuk pundak Edgar.

"Kenapa gak cerita? Kalo gini ayah gak akan memaksa untuk tidak membatalkan pernikahan ini. Ayah hanya takut jika Libi tidak bisa menerima kondisimu sekarang, Edgar!" tegas Ayah.

"Edgar minta maaf, Yah. Edgar gak ada maksud untuk nyembunyiin semua ini. Edgar cuma berusaha jujur biar nantinya gak akan ada yang salah paham. Sebenernya Edgar juga ikhlas kalo Libi membatalkan semua ini," ucap edgar pasrah.

Trust IssueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang