Prolog

8 1 0
                                    

Libi menatap Edgar yang sedang memeluk perempuan. Ia merasakan sakit, kedatangannya untuk memberi tahu Edgar soal gitar barunya yang akan dipakai ketika nanti di pesta pernikahan mereka. Hatinya dibuat pilu ketika perempuan itu mengecup bibir milik calon suminya. Hal yang paling mengejutkan adalah Edgar memperdalam ciuman itu.

Libi meneteskan air matanya sembari menggenggam erat tas gitar miliknya. Ini sakit, ia tak pernah melihat Edgar seperti ini. Memutuskan untuk keluar dari restoran itu. Edgar tidak tahu malu, Edgar sangat mengecewakan, dan Edgar ternyata sakit untuk dicintai.

Brak!

Libi jatuh karena sosok laki-laki yang menabraknya. Gitar yang berada di dalam tas jatuh tertimpa badannya. Edgar mendengar suara itu dan melihat jika calon istrinya terjatuh diatas tas hitam yang berisi gitar.

"Libi," ucapnya sembari berjalan ke arah Libi.

"Mas, tunggu," ucap perempuan itu.

"Mba ga papa?" tanya laki-laki yang menabraknya.

Libi memberikan isyarat tidak apa-apa. Lalu ia bangkit dengan menerima uluran tangan laki-laki itu. Ia mendengar Edgar memanggil namanya, langkah suaranya pun terdengar semakin jelas. Saat hendak berlari, Edgar berhasil mencekal tangannya.

"Bi," panggilan Edgar terhenti ketika Libi terisak cukup keras.

"Aku mau kita selesai," ucap Libi sembari menggeleng lirih.

"Libi aku bisa jelasin soal tadi. Itu bukan aku yang mulai tapi dia," ucap Edgar mencoba untuk menahan Libi untuk pergi.

"Aku gak mau dengerin, Gar. Yang aku mau sekarang kita selesai. Batalin semuanya," ucap Libi sembari menarik keras tangannya dari cekalan Edgar.

"Enggak, perjuangan kita untuk sampai di titik ini sangat sulit, Bi. Aku gak akan relain begitu aja. Aku bisa pastiin yang kamu liat tadi salah," jelas Edgar.

"Satu katapun aku ga mau dengerin itu, Gar," ucap Libi sembari berlari menjauhi Edgar.

Libi berlari ke arah jalan raya. Ia harus mencari motornya di seberang jalan. Arus lalu lantas sore itu sangat lenggang, mempermudah Libi menuju seberang. Namun, tak disangka ketika Libi berhasil memakai helmnya, suara tabrakan terdengar sangat jelas. Terlihat Edgar yang terlempar jauh karena dihantam oleh mobil yang melaju kencang. Darahnya bercucuran. Libi diam, ini bukan salahnya. Itu patut untuk Edgar. Ia memilih pergi tanpa ada niatan untuk membantu.

Perempuan dan laki-laki itu juga dibuat kaget, lalu menghampiri Edgar. Perempuan itu panik sembari mencari pertolongan.

"Git-ar, Li-bi" ucap Edgar dan setelahnya ia kehilangan kesadaran.

Trust IssueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang