Railway in Love - love part

49.7K 1.6K 206
                                    

Mohon maaf kemarin ada kesalahan, dan sudah diperbaiki, mudh2an nggak salah lagi. Akibat kesalahan itu anaknya Ibel jadi nambah lagi :"D enaknya yang ketiga kasih nama siapa ya?
Terima kasih banyak untuk yang sudah koreksi :* kalo merasa masih ada yang janggal silakan pm ya :)

-------------------------------------------------------------

"Mana! Siniin teropongnya!" Aku menggeram kepada makhluk yang asik bedakan disampingku.

Dengan enggan, Cilla mengeluarkan benda hitam dari tas kate spade-nya. "Eh, oon. Suami lo lagi kerja. Ngapain sih kita main mission impossible gini?"

"Kerja? Duduk berduaan ama cewek ganjen lo bilang kerja?" Aku mendengus sambil merapatkan benda itu dimataku. Tangan wanita itu menggenggam tangan ibel di atas meja. Kampret. Dan laki gue kenapa mau-maunya dipegang? Ah iya ... sejak kapan Ribeldi nolak di grepe-grepe!

"Gini ya Nyonyah Andara Bimantara yang terhormat. Gue nemenin jadi mata-mata gini udah 5 kali selama lo nikah. Hasilnya? Udah gue bolos kerja, lo nggak bisa juga membuktikan kalau laki lo yang super seksi itu selingkuh." Gerutunya.

Aku memanyunkan bibirku. "Jadi lo nggak ikhlas ni nemenin gue?"

"Bukan gitu. Orang kalau nggak maling tapi di teriakin maling terus, lama-lama bisa maling beneran. Ngerti maksud gue?"

Aku menggeleng.

"Ih si dodol. Jadi si Ibel nggak niat selingkuh, tapi lo curigain terus. Mending dia selingkuh sekalian aja."

Aku manggut-manggut. Bener juga sih, meskipun Ibel belum pernah tahu kalau aku beberapa kali mengikutinya, tapi tengsin juga kalau suatu hari sampai ketahuan.

"Mending lo pulang deh. Nanti di rumah minta penjelasan." Lanjut Cilla lagi.

Aku meletakkan teropong yang entah darimana cilla mendapatkannya kemudian menatap wajah sahabatku. "Percuma! Jawabannya paling, Dara, aku tu cinta sama kamu. Nggak mungkin berpaling."

"Trus badannya nindih badan lo. Bibir bertemu, tangan meraba, ah uh ah uh...-"

Belum sempat Cilla melanjutkan pikiran kotornya, aku menarik kuncir rambutnya dengan keras. "Cebokin sana tuh otak!"

Cilla tertawa. "Munaroh lo! Lo sama mesumnya ama gue. Kita satu frekuensi, Dara."

Aku tidak menghiraukannya dan kembali mengambil teropong di atas meja. Shit! Demi apa? Sekarang si cewek nangis terisak dan lakik gue mengelus lengan cewek itu berusaha menenangkan.

Brak!

"Bisa nggak sih adegan gebrak meja lo skip. Itu udah terlalu sering lo lakukan."

"Cill ... si cewek nangis!" Cilla merebut teropong dariku dan memulai pengamatannya.

"Eh iya. Jangan-jangan dia hamil. Atau ketahuan orang tuanya kalau dia selingkuhan orang."

Dengan gemas, kupukul kepala Cilla dengan majalah yang tergeletak di atas meja. "Jangan bikin gue tambah senewen deh."

Cilla menatap wajahku dengan gaya sok tahunya. "Heh. Lo mestinya percaya ama Ibel. Lima tahun nikah, masak masih nguntit begini. Malu tu ama dinding kamar yang tiap malem denger rintihan kenikmatan lo."

"Ini Ibel, Cill. Ribeldi! Lo tahu sendiri gimana dia. Nggak bisa lihat paha mulus." Sambarku.

"Itu kan dulu. Lo nggak bisa terus-terusan begini. Kasihani diri lo sendiri, cemburu itu menyiksa, darling."

"Gue nggak yakin dia bener-bener udah ninggalin kebiasaan dia dulu." Suaraku terdengar pelan. Dan suasana disekitarku mendadak terasa senyap. Dari kejauhan aku bisa nenyaksikan Ibel sedang serius bicara dengan wanita berambut kecoklatan itu. Dalam hati rasanya aku ingin melompat kesana dan menggorok leher Ibel saat ini juga.

Railway in Love (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang