Railway in Love- step 3

79K 3.2K 78
                                    

"Jadi..apa yang kau dapat, Andara?"

Suara pak Harsya terdengar geli.

Okay, aku tahu dia nggak marah. Tapi sekarang aku malah di hadapkan oleh interogasi yang aku sendiri nggak tahu mau jawab apa. Masa aku harus bilang kalau Bapak Ribeldi yang terhormat lagi asyik pangku-pangkuan sama selirnya pas saya datang. Hih. Mengingat adegan itu spontan wajahku memerah.

"Tidak ada Pak..maaf sebelumnya, bisa nggak ya kira-kira kalau saya di ganti aja."

Aku sendiri nggak menyadari kenapa bisa berkata-kata demikian

Di luar dugaanku, alih-alih marah, bosku itu malah tertawa, "Seburuk apa dia memperlakukanmu?"

"Pak harsya, kami sudah adu mulut saat pertemuan pertama, saya juga tidak yakin dia bersedia di wakili oleh pengacara amatir seperti saya."

Aku terdengar lelah. Capek hati. Capek fisik gara-gara iblis itu.

"Ya ya ya..aku mengerti. Dia memang orang yang paling membuat frustasi. Tapi maaf Andara, saya tidak bisa memindahkan kasus ini pada rekan yang lain. Mereka masing-masing sudah memegang kasus yang lumayan berat. Jadi kau harus bertahan ya? Jika saya boleh mengingatkan, jangan bawa konflik pribadi dalam pekerjaan. Kau boleh saja tidak menyukainya, tapi dia membayar jasamu, dan itulah yang harus kau perjuangkan."

Aku mengangguk mendengar petuahnya. Ck. Aku merasa seperti anak SD yang dimarahi guru BPnya karena berkelahi dengan teman sekolahnya.

Aku permisi dan berbalik menuju pintu. Nggak ada harapan lagi. Aku mau nggak mau harus menerima dia menjadi klienku.

"Oiya Andara.." Aku menoleh mendengar suara halus itu memanggil namaku.

"Aku ingin mengajakmu makan malam.. Bagaimana kalau besok malam?" Dia memiringkan kepalanya sambil tersenyum.

What?

Demi langit dan bumi..cowok ganteng nan sempurna ini mengajakku kencan? Eh, kencan kan ya namanya kalau dinner gitu?

Aku tersenyum semanis yang aku bisa, "Tentu pak.."

"Baik..saya jemput besok jam 7 malam ya.."

Dia memamerkan lesung pipinya yang nyaris membakar celana dalamku.

"Iya pak.."

Dengan hati berbunga-bunga aku keluar dari ruangannya. Menikmati betapa labilnya aku, semenit mengerucutkan bibir, lalu menit berikutnya mengembangkan senyum selebar-lebarnya.

***

Cilla nggak bisa berhenti tertawa sejak aku menceritakan tentang klienku yang sukses membuatku kesal setengah mati.

"Eh tadi lo bilang dia lebih ganteng dari pak Harsya..gue ikut dong kapan-kapan kalau lo ke kantornya. Ya boleh ya, Dar?"

Ya ampun anak ini salah fokus.

"Hih. Males gue. Biar kata ganteng kalau cabul terus sombong gitu juga nilainya nol, Cil.."

Railway in Love (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang