19

1.3K 131 6
                                    

Kelas Bellyna sekarang sedang jam kosong, jadi mereka berlima sedang berkumpul di samping meja guru sambil lesehan di lantai, oh dan jangan lupakan berbagai snack di depan mereka.

Bellyna mencomot keripik singkong bumbu balado di depannya dengan hikmat, sesekali menimpali obrolan teman-temannya.

"Eh, Lyn. Lo kenal sama Rosella?"

Atas pertanyaan Vera yang tidak di sangka, Bellyna terdiam sejenak sebelum menjawabnya dengan ragu

"Dibilang kenal sih kenal? Hm, anggap aja kita cuma orang asing yang bertemu di jalan sempit."

Vera mengangguk paham.

"Emangnya kenapa?" Tanya Bellyna.

"Dia penasaran sama Lo."

...?

Ha? Gimana? Rosella penasaran sama dirinya?

Kok bisa?

"Kenapa muka Lo jadi masam gitu?" Melissa bertanya ketika melihat raut wajah Vera ketika menyebutkan anak yang bernama Rosella itu.

Vera berdecak, "Gimana gue gak kesal coba! Gua gak salah apa-apa, tapi gue yang disalahin!"

Keempatnya memasang wajah bingung, tidak mengerti arah pembicaraan Vera.

Siapa yang salah?

Siapa yang menyalahkan?

Melihat wajah bingung temannya, Vera mulai menceritakan peristiwa yang di alaminya saat itu.

Ekspresi mereka ketika mendengarnya bermacam-macam, cuma lebih ke sering marah dan kesal. Kecuali Bellyna tentunya.

Bellyna merasa kasihan dengan Vera, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Sudah pasti Rosella memakai kekuatan tokoh utama, apa lagi kalau bukan halo protagonis.

"Bellyna."

"Hah? Ya?"

Panggilan dari Vera membuat Bellyna tersadar dari lamunannya. Bellyna menjadi gugup ketika melihat raut wajah Vera yang serius.

"Jangan deket-deket Rosella. Dia mencurigakan." Ucap Vera dengan mata yang memicing tajam.

Bellyna meneguk ludahnya, Vera cukup menyeramkan jika sedang marah dan Bellyna tidak mau membuatnya marah padanya.

"Oke. Lagian gue gak ada niatan buat dekat sama dia."

Bellyna memang tidak mau dekat dengan Rosella, sudah cukup dirinya terlibat dengan Damian. Bellyna tidak mau menambah sumber rasa sakit kepalanya, cukup satu saja.

Hari sudah semakin siang, panas teriknya matahari tidak membuat semangat Bellyna goyah untuk melakukan hobinya. Dengan hati yang tenang, Bellyna meninggalkan tasnya sebentar di dalam kelas yang telah kosong untuk pergi ke toilet perempuan.

Dengan baju voli di tangannya, Bellyna memasuki toilet untuk berganti pakaian.

Setelah dirasa bahwa dirinya cukup rapi, Bellyna memutar kenop pintu.

Tapi pintu itu masih tidak bergeming dari tempatnya.

Apa?

Bellyna mulai panik, dengan sekuat tenaga dia berusaha membuka pintu itu tapi hasilnya tetap nihil.

Tangannya merogoh saku celana, hanya untuk mengingat jika ponselnya berada di dalam tas.

"Hei! Ada orang di luar! Tolong! Gue terkunci disini!" Teriaknya sembari menggedor pintu kamar mandi.

Bukannya jawaban yang Bellyna dapat, tapi se ember air dingin yang mengguyurnya dari atas.

Bellyna terdiam. Telinganya mendengar suara tawa cekikikan dan beberapa langkah kaki yang menjauh.

Bell (Edisi Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang