Part 4 : Know You More

7.5K 354 14
                                    

Author satu ini minta maaf karena adanya keseringan pergantian Aku-Kamu dan Lo-Gue.... saya bingung (tuh kan pake saya juga) mau pake aku-kamu atau lo-gue kalo lagi dalam pikiran masing-masing. walau Part ini nggak sih soalnya author's pov semua yang part ini :3


Please leave some comment, please vote, share, and please vote(udah oi!)!!!


Happy Reading!!!

Semoga menikmati :)

______________________________________________________________

Nathan berjalan memasuki kantor Alice dengan kesal setelah menunggu gadis itu selama satu jam di mobilnya dan tidak ada tanda gadis itu akan muncul. Dilihatnya teman kantor Alice sedang duduk santai dan asyik berbincang. Mana Alice?

"Excuse me." Kata Nathan.

"Ya?" jawab salah satu cowok, "Eh, lo...Nathaniel?" tanyanya memastikan.

"Iya, saya Nathan. Alice ada?" tanya Nathan, agak risih di perhatikan enam pasang mata yang penasaran, tapi berusaha tetap cuek.

"Masih di ruangannya." Jawab salah seorang cewek, menunjuk sebuah pintu coklat muda.

"Kalau begitu, saya permisi." Kata Nathan sekedar sopan santun. Dia masuk ke ruangan Alice setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali yang tidak mendapat jawaban.

Nathan melangkah masuk, melihat ke sekeliling, menyesuaikan matanya dengan ruangan gelap itu, hanya diterangi cahaya bulan yang masuk dari jendela, mendapati sosok yang sedang duduk di bingkai jendela. "Alice?" panggil Nathan.

Nathan berjalan mendekati Alice. Gadis itu terlelap. Kacamatanya dilepas, memperlihatkan bulu mata lentik gadis itu. Wajahnya polos. Tidak ada make-up. Bahkan bedak sekalipun. Walau begitu, alis matanya sangat rapi, hidungnya agak mancung, bibirnya tipis berwarna pink. Kulitnya mulus. Kalau diperhatikan dari dekat Alice tentu termasuk cantik. Nathan memperhatikan ekspresi damai pada wajah Alice, sangat berbeda dengan saat dia terjaga.

Saat ini pukul setengah delapan malam. Seharusnya mereka pergi dinner. Tapi kenapa Nathan diam saja dan tidak membangunkan Alice? Terpesonakah? Atau kasihan karena Alice terlihat begitu nyenyak? Entahlah.

Selama beberapa saat, Nathan hanya berdiam diri di samping Alice. Bimbang antara membiarkan Alice beristirahat disana atau mengantarnya pulang agar Alice dapat beristirahat dengan lebih nyaman. Nathan memilih membiarkan Alice terlelap sejenak, beranjak keluar dari ruangan gadis itu.

"Loh, Alice mana?" tanya salah teman Alice, mereka masih dalam posisi yang sama seperti sebelum Nathan masuk.

"Tidur." Jawab Nathan singkat.

"Oh ya, kita belum kenalan," ujar seorang pria berambut cepak. Orang yang mengenali Nathan tadi. "Nama gue Ryan." Dia mengulurkan tangan ke arah Nathan yang segera disambut.

"Nathan." Setelah perkenalan pendek dengan keenam teman kantor Alice, Nathan diajak duduk dan turut masuk dalam perbincangan-atau lebih tepatnya dalam interogasi.

"Kalian beneran di jodohin?" tanya Lola.

"Ya, begitulah." Jawab Nathan singkat.

"So, gak ada perasaan apapun?" tanya Kevin.

"Eh,..." Nathan bingung menjawab apa. Dia baru mengenal Alice sebentar, tentu saja belum ada perasaan istimewa, mungkin, "Masih dalam proses mengenal satu sama lain." Jawabnya pada akhirnya.

"Bukannya Alice pernah bilang bakal nolak?" celetuk Danny. Nathan terdiam. Ya, dia sudah meminta untuk membatalkan perjodohan ini. Tapi pada akhirnya, entah kenapa, tetap saja perjodohan ini tidak dibatalkan.

Our Fate | Published on DreameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang