✘♚✘
"Ekhem!"
Maya menolehkan kepalanya ketika seseorang berdehem tepat di belakangnya, lantas gadis itu kembali melanjutkan aktifitasnya saat tau ternyata orang itu Glen.
"Lo ke mana aja selama ini?" tanya Glen seraya duduk di samping Maya, Glen mendengar orang-orang sedang membicarakan Maya lantas Glen datang ke kelas Maya dan di beritau jika Maya tengah berada di taman belakang, tempat favorit Maya.
"Gue khawatir lo gak pulang ke rumah, lo tinggal di mana selama ini? Gue tanya ke semua temen lo tapi mereka gak ada yang tau." lanjut Glen namun Maya masih bergeming di tempatnya tanpa mempedulikan kehadiran Glen, menghela nafas panjang Glen mengambil alih buku yang sedang di baca Maya berhasil mengalihkan perhatian gadis itu.
"Miya jawab pertanyaan gue, kemana lo selama ini?"
"Berisik," balas Maya menatap Glen tajam karena mengambil bukunya, "lo gak perlu tau gue tinggal di mana, itu bukan urusan lo, rumah lo ya rumah lo bukan rumah gue, sampai kapan pun rumah itu bakal tetep jadi rumah lo karena gue gak pernah anggap itu sebagai rumah." Glen memejamkan matanya, sakit sekali rasanya saat seorang adik menatap dirinya dengan tajam seperti macan tengah memburu mangsanya.
"Gue udah tau kejadian yang sebenarnya, gue sadar gue bodoh karena gak mau dengerin penjelasan lo dulu waktu itu, gue minta maaf." Maya mengangkat sebelah alisnya lantas tersenyum miring.
"Cih, lo pikir sakit hati di bales maaf itu adil?" ucap Maya seraya melipat tangannya di dada, "tunggu sampe gue bales semua kebaikan keluarga lo dan si Lora itu, oh gue juga gak lupa temen-temen lo juga ikut andil di kasus ini."
"Gue harap lo gak ngelakuin hal gila lainnya, gue gak peduli kalo lo nyakitin gue tapi gue harap lo gak libatin keluarga gue di masalah ini," Maya terkekeh gemas mendengar ucapan Glen.
"Dasar sinting, jelas-jelas masalah ini di mulai dari keluarga lo. Gimana bisa gue gak bales keluarga lo, lawak lo?" Maya lantas menatap Glen penuh peringatan, "denger ini Glen, sampe kapanpun gue bakal inget semua perlakuan keluarga lo persetan sama yang namanya balas budi, gue bakal balas semua orang yang udah nyakitin Miya pake cara gue sendiri, ini peringatan buat lo." setelah mengatakan itu Maya berlalu dari hadapan Glen tanpa mempedulikan Glen yang masih bungkam di tempatnya.
✘♚✘
"Aduh!" Miya meringis saat seseorang menubruk bahunya, gadis itu saat ini tengah belanja di toko swalayan membeli cemilan untuk stok di Mansion.
"Eh, maaf gue gak sengaja," ucap orang itu lantas terkejut melihat wajah Miya, "lo.. Miya kan?" reka orang itu. Miya mengangkat sebelah alisnya bingung, bagaimana bisa pemuda di depannya ini tau namanya.
"Lo kenal gue?" tanya Miya, pemuda itu terkekeh geli melihat wajah bingung Miya.
"Astaga, udah lama kita gak ketemu jadi wajar lo lupa sama gue,"
"Hah?"
"Gue Kenzo, inget kita pernah kenalan di kafe beberapa waktu lalu," dada Miya berdenyut sakit saat mendengar nama Kenzo, gadis itu memegangi dadanya yang berdetak kencang, beberapa moment masuk ke dalam ingatannya membuat keranjang belanjaan nya jatuh dan barang-barangnya beserakan akibat sakit kepala yang teramat sangat. Kenzo terkejut dan langsung membantu Miya supaya gadis itu tidak terjatuh.
"Lo kenapa? lo sakit?" tanya Kenzo panik, Miya langsung mendorong Kenzo agar menjauh kemudian Miya berlari keluar swalayan membuat Kenzo bingung.
"Dia kenapa?" Monolog Kenzo.
"Lama banget sih si Miya," gerutu Nathan sebal, "dia belanja apa arisan sih, ish." ucap Nathan yang sudah bosan menunggu Miya belanja, dirinya di paksa Miya supaya mengantarkan gadis itu membeli cemilan dengan embel-embel tidak akan mengganggunya selama satu Minggu.
Nathan turun dari motornya saat melihat Miya yang berlari keluar dari toko, gadis itu terlihat menahan sakit di kepalanya, Nathan lalu menghampiri Miya sebelum gadis itu ambruk, "Miya lo kenapa?"
"Sialan, kepala gue nyeri Nat," desis Miya seraya berjongkok, "kepala gue sakit kayak di tusuk-tusuk jarum,"
"Mau ke rumah sakit, gue khawatir lo kenapa-napa," Miya menggelengkan kepalanya menolak, "ya udah kita pulang aja." putus Nathan.
Saat hendak berdiri Nathan melihat ke pintu toko di mana Kenzo baru saja keluar, laki-laki itu melebarkan matanya melihat Kenzo berjalan ke arahnya, bergegas Nathan membawa Miya ke motornya.
"Pegangan ya?" Miya mengangguk, sedetik kemudian Nathan melajukan motornya menjauhi toko swalayan.
"Nyatanya hilang ingatan gak buat Taruma seseorang juga ikut hilang.." ucap Nathan dalam hati.
✘♚✘
"Sialan lo! ngapain lo ajak Miya keluar hah? lo mau Miya dalam bahaya hah?" Pekik Maya seraya mencengkeram kuat kerah baju milik Nathan hingga Nathan hampir tidak bisa bernafas.
"T-tenang dulu Ngel, g-gue gak bisa nafas," ucap Nathan terputus-putus. Maya mendorong Nathan kasar untung saja ada Nicholas yang sigap menahan tubuh Nathan yang hampir jatuh. Maya menatap Nathan tajam dengan aura yang sangat mengerikan, gigi gadis itu berglemetuk emosi.
"Tentang," Rafael mengusap bahu Maya menenangkan namun Maya menepis tangan Rafael lantas memilih duduk di sofa kamar Miya sembari melihat keadaan Miya yang masih tertidur setelah di beri obat penenang.
Rafael mendekati Maya ikut duduk di samping gadis itu lantas menggenggam tangan Maya yang mengepal erat, "tenang dulu ya, kita coba dengerin penjelasan Nathan biar lo tau kejadian yang sebenernya gimana." Maya mendengus kesal lalu kembali menatap Nathan, "jelasin." ucap Maya dingin membuat Nathan tak berani menatap Maya.
"Emm.."
"Gak punya mulut? Gak bisa ngomong? Kenapa lo diem aja? Jelasin kenapa Miya bisa kayak gini?" Nathan menelan ludahnya kasar, sungguh ia ingin pergi dari tempat dengan hawa yang suram hanya karena seorang gadis.
"Jangan marahin Nathan, gue yang bakal jelasin," suara yang terdengar lemah itu mengalihkan atensi semua orang dalan ruangan, Maya mendekat duduk di pinggiran kasur.
"Kenapa marah-marah ke Nathan? dia gak salah apa-apa." Lanjut Miya seraya bangun dan menyandarkan punggungnya.
"Gak usah belain dia, dia gak becus jagain lo."
Miya berdecak, "lo nih, biar gue jelasin. Gue yang ajak Nathan keluar buat beli cemilan di kamar gue, terus gue gak sengaja ketemu sama cowok yang namanya.."
"Gak usah di sebut." Potong Maya tidak mau mendengar nama Kenzo.
"Ya udah, terus kan kepala gue sakit karena banyak ingatan masuk ke otak gue, sekarang gue inget beberapa ingatan yang hilang."
"Bisa lo gak buat gue khawatir? Gue sayang sama lo, gue gak mau lo kenapa-napa."
"Maafin gue ya.." Maya mengangguk lantas memeluk kembarannya itu. Di balik pelukan kembarannya Miya tersenyum miring karena sudah menemukan cara agar si pelaku cepat ketemu. Aahh memikirkan membuat Miya jadi tidak sabar untuk menjalankan misi nya sendiri tanpa melibatkan siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Revenge
Random⚠️Cerita ini pernah di Unpublish sebelumnya, satu tahun yang lalu karena Author sibuk, kemudian di Publish lagi dan alurnya di ubah di beberapa bab⚠️ [ dibaca sampe selesai terus di vote + komen. Jangan lupa Follow juga ya ] SINOPSIS! Ini bukan ceri...