3. Dalam Kesialan, Ada Keberuntungan

839 92 0
                                    

Minghao dengan kesal menerima laporan nilai semesterannya setelah mendengar dosen membacakan nama-nama orang yang tidak memiliki nilai yang cukup untuk dipromosikan di pertunjukkan panggung. Minghao berpikir bahwa dia adalah satu-satunya di universitas ini yang tidak beruntung ketika dia tidak memiliki nilai yang cukup. Karena jika akan melamar beasiswa bukan hanya tentang pentingnya nilai di mata pelajaran inti, tetapi juga poin plus apabila mendapatkan pelatihan khusus. Jika ingin mendapatkan poin plus, kamu harus berpartisipasi dalam kegiatan umum universitas seperti seminar, menjadi sukarelawan, dan lain-lain. Minghao mengerti tentang hal tersebut, jadi dia mencoba dan berusaha keras untuk mendapatkan poin plus dan beasiswa, dan jika kamu mengikuti aktivitas atau kegiatan yang tidak berhubungan dengan beasiswa atau penambahan poin, itu akan merugikan sebab tidak akan memenuhi persyaratan.

"Ini tidak bisa dipercaya." Minghao bergumam, sangat lirih sehingga tidak ada yang mendengar, lalu ia buru-buru memasukkan kertas tersebut ke dalam tasnya, memutuskan untuk keluar dari kelas dan mencari Wonwoo untuk bertanya apakah ada solusi untuk menyelamatkan nilainya yang sekecil mata nyamuk.

Setelah berkeliling menanyakan posisi ruang mulai dari ruang BEM hingga ruang UKM, Minghao akhirnya menemukan Wonwoo.

"Aku mendengar bahwa malam ini ada festival di departemen teater, mereka akan segera melakukan pertunjukkan. Pergi dan menonton lah, anak-anak fakultas lain juga akan datang untuk menerima hadiah poin plus." Wonwoo mengumumkan pesan yang dikirimkan teman se-departemennya kepada Minghao. Minghao berbinar senang saat mendengar bahwa hanya dengan menonton pertunjukkan dapat menghasilkan poin plus, tetapi ia kembali murung saat mengetahui bahwa itu akan dilaksanakan malam ini.

"Tapi aku sibuk malam ini." Minghao menghela napas, "ada pekerjaan rumah yang harus aku kerjakan. Namun aku berjanji aku akan segera kembali."

"Jam berapa kamu harus pulang? Apakah kau bisa menontonnya sekitar di jam tengah malam?" Wonwoo bertanya kembali, berharap ia bisa menyelamatkan sesuatu yang mungkin terjadi dalam situasi seperti ini. Minghao menggumamkan perhitungan, lidahnya berbunyi di dalam mulutnya.

"Kurasa aku akan kembali setelah setengah jam. Tapi aku hanya takut nantinya aku tidak kebagian kursi, itu akan buang-buang waktu."

Wonwoo menggigit bibirnya, merenung sebentar. Tetapi kemudian ia memutuskan untuk menyuruh Minghao pergi, dan menyuruhnya menelepon jika tidak mendapatkan kursi sehingga Wonwoo bisa menyisakan kursi untuknya. Wonwoo lalu mengirimkan pesan ke temannya untuk mengurusi hal tersebut, tapi itu karena dia tidak mempunyai cara lain.

Jadi malam itu, meskipun Minghao kelelahan sehabis latihan koreografi di sore hari, dia masih bisa menghabiskan sepotong roti dan membawanya ke aula umum untuk menonton pertunjukan. Semua orang berbaris di luar aula, membuat dirinya cukup gugup tentang adakah kursi yang tersisa untuknya. Namun untungnya Wonwoo menyisakan satu kursi untuk Minghao terlebih dahulu. Dalam antrean panjang tak berakhir, Minghao dapat menyaksikan orang-orang memasang wajah sedih dan meninggalkan antrean setelah sang panitia mengumumkan bahwa mereka harus mendaftar lebih dulu untuk dapat masuk. Minghao berpikir itu seperti cara untuk menyaksikan aktor atau penyanyi terkenal yang akan tampil. Tetapi kemudian Minghap berhenti memikirkannya dan memasang headphone-nya, memutar ulang koreografi yang baru saja ia pelajari di kepalanya sehingga ia bisa berlatih lagi besok.

Setelah duduk di deretan kursi di tengah aula, Minghao melirik ke arah depan dan belakang untuk memastikan apakah ada anak dari kelasnya yang datang dan ikut menonton. Pada semester ini, Minghao dan teman-teman kelasnya hanya menghabiskan waktu mereka untuk belajar. Mereka sepertinya lupa bahwa mereka punya kehidupan mahasiswa yang layak dinikmati. Kelas tari modern memang tidak begitu ramai dibandingkan dengan kelas teater. Minghao yakin bahwa semua orang yang mengikuti kelas teater bukan hanya anak-anak yang sudah menginjak tahun kedua. Dan di kelas teater ini dapat dikatakan bahwa kelas ini mempunyai jumlah Omega terbanyak. Terlebih lagi, para aktor Omega terlihat berseri-seri dan cantik, wajah mereka memancarkan aura aktor yang tidak terbantahkan, membuat Minghao merasa seperti bebek yang duduk di antara para angsa.

Sillage [JUNHAO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang