"Kenapa kamu mau sama saya? Secara 'kan, satu, saya dosen kamu. Dua, umur kita terpaut lumayan jauh. Tiga, pekerjaan saya sama status kamu memungkinkan kita selalu papasan di kampus, bahkan di dalam kelas mata kuliah. Kenapa kamu tetap bersedia buat nikah sama saya?""Bunda Sari itu ibarat painkillernya ayah sekaligus aku. Bunda Sari yang udah buat aku sama ayah bangun dari keterpurukan. Bunda Sari sayang sama aku layaknya anak dia sendiri, layaknya seorang putri yang dia kandung di dalam rahimnya selama sembilan bulan. Jadi aku mau balas budi sama bunda."
"Balas budi dengan cara memberikan diri kamu sepenuhnya sama saya? Dengan cara menikahi saya? Are you sure?"
Ayara menatap pria dihadapanya lekat seraya tersenyum hangat. "Saya yakin. Seratus persen yakin, saya lihat juga bapak orangnya baik. Ya meskipun agak ngeselin sih kalo sama mahasiswanya. Saya yakin pilihan bunda gak pernah salah, dan saya juga yakin bapak bisa bimbing saya menjadi lebih baik."