Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya, bangun pagi, membersihkan kamar, memasak sarapan kemudian mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah dan kembali lagi kerumah rutinitas yang selalu dijalani oleh Raiden Adriel Dirgantara. Sekilas hidupnya memang monoton tapi asal kalian tahu banyak hal yang harus Raiden Dirgantara korbankan untuk hidup monoton seperti itu.
Kehidupan yang semua anggap sangat membosankan nyatanya begitu berat untuk Raiden wujudkan. Kehidupan yang selalu dikeluhkan orang sebagai hal yang tidak menarik itu malah menjadi suatu kehidupan yang diimpikan oleh seorang Raiden Dirgantara.
Raiden bahagia, dia senang menjalani kehidupannya yang sekarang seperti tak ada rasa bosan dalam hidupnya. Apalagi ia termasuk dalam salah banyak siswa berprestasi di sekolahnya, banyak mengikuti olimpiade, lomba basket sana-sini, belum lagi Raiden adalah Ketua OSIS di sekolahnya.
"Kak Raiden!"
Yang dipanggilpun menoleh ke sumber suara. Ughh... Siapa lagi gadis ini?. Bukannya berhenti Raiden tetap melanjutkan langkahnya menuju ruang OSIS.
"Kak tunggu!" gadis itu berlari untuk mengimbangi langkah lebar Raiden.
"Kak Raiden di panggil juga! Kakak belum sarapan kan, ini aku bawain sarapan!" ucap gadis itu dengan percaya diri yang tinggi.
"Saya sudah bilang jika saya tidak menerima pemberian dalam bentuk apapun dari gadis-gadis seperti kalian. Dan ya bilang pada semua teman-temanmu itu untuk berhenti karena mereka tidak akan mendapat apapun selain penolakan!" agak sadis memang, tapi Raiden bersikap seperti itu karena ia juga tisih jika harus dibuntuti kemana-mana oleh gadis-gadis tak jelas itu. Sebenarnya Raiden adalah anak yang ramah, baik dan juga cerdas, ia juga suka bergaul namun tidak untuk hal seperti ini.
"Hiks kak Raiden jahat" setelah mengatakan itu gadis yang diketahui bernama sifa itu berlari sambil berlinang air mata.
"Huftt capek juga punya muka ganteng!" ucapnya melanjutkan jalannya yang terhenti namun belum ada dua langkah, langkahnya kembali terhenti.
"Astaga Anak orang lo apain Aiden. Itu dia sampai nangis!" heran sepupu Raiden dengan wajah sok polosnya.
"Gak usah sok gak tahu lo Jo!" ketus Raiden melanjutkan jalannya yang terhenti untuk yang kedua kalinya.
"Jangan galak-galak jadi ketos! Nanti crush lo malah makin takut sama lo!" ujar Sepupu Raiden bernama Johan. Raiden malah mengabaikan ucapan sang sepupu nyatanya ia hanya muak dan lelah.
"RAIDEN, JOHAN KALIAN LELET BANGET UDAH DI TUNGGU DI RUANG OSIS!" mampus sang waketos sudah murka, daripada mereka di cabik-cabik oleh waketos lebih baik mereka segera lari menuju Ruang OSIS.
Ruang OSIS
Ketiganya memasuki ruang OSIS bersamaan yang disambut dengan tatapan datar dan juga lega bahwa rapat akan segera dimulai.
"Selamat pagi semuanya maaf atas keterlambatan saya. Tidak usah berlama-lama mari kita mulai rapat pagi hari ini. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya sekolah kita akan merayakan HUT yang ke-62 nah disini saya mendapat amanah dari pihak kesiswaan untuk mengatus segala persiapan yang diperlukan untuk acara HUT sekolah kita. Seperti tahun sebelumnya kita akan membuat konser dan mengundang salah satu guess star yang sedang naik daun. Bagi teman-teman yang memiliki ide atau usulan mengenai acara yang akan kita selenggarakan bisa mengusulkannya." jelas Raiden panjang lebar.
"Emmm saya punya usulan gimana kalau kita mengundang penyanyi pop saja? Ya saya tahu penyanyi di Indonesia itu banyak jadi kita pilih beberapa yang menurut kita akan disukai oleh siswa-siswi kemudian kita buat voting yang akan dilakukan oleh seluruh warga sekolah." usulan pertama disampaikan oleh Lenora yang menjabat sebagai waketos.
"Ide bagus, saya setuju dengan ide kak Lenora. Karena jika kita langsung menentukan tanpa adanya partisipasi dari saran siswa-siswi akan ditakutkan akan terjadi aksi pemrotesan. Dan juga ditakutkan para siswa-siswi merasa kecewa. Jadi disini kita juga harus melibatkan semua warga sekolah!"
"Bagaimana yang lain?" tanya Raiden memastikan
"Ya kami setuju!" ucap anggota OSIS yang lain.
Kurang lebih satu setengah jam rapat pembahasan acara HUT di lakukan, bel masuk berbunyi Raiden segera mengakhiri rapat pagi hati itu. Satu-persatu anggota OSIS mulai meninggalkan raung osis dan menuju ke kelasnya masing-masing. Begitu juga dengan Ketos dan Waketos.
"Aiden tadi pagi kenapa telat rapat sampai aku harus keliling cari kamu!" ucap Lenora membuka obrolan. Kebetulan mereka berada di kelas yang sama.
"Lenora maaf pasti kamu capek nyari aku, tadi ada adik kelas kayanya. Kamu tahulah" jawab Raiden merasa bersalah.
"Gapapa Aiden Itung-itung olahraga pagi. Terus kamu terima?" tanya Lenora memastikan.
"Buat apa aku terima, nanti mereka malah ke-pd an. Terus malah makin fanatik lagi!" jawab Raiden sambil bergidik ngeri.
"Kamu bisa aja, btw tadi kamu jadi sarapan? Bekal yang aku bawain udah dimakan?"
"Udah Lenora sayang, makanannya enak kaya biasanya. Kamu masukin apa coba ke masakan kamu?" puji Raiden
Sayang? Hah? Gak salah denger?
Enggak kok kalian gak salah. Sebenernya ini masih rahasia, hanya sepupu Raiden dan sahabat Lenora yang mengetahuinya. Sekitar 3 bulan lalu Raiden menyatakan cintanya pada Lenora dan ya seperti yang kalian lihat ups salah maksudku seperti yang kalian baca."Bisa aja kamu, makasih udah di puji. Aku masukin bumbu cinta biar tambah sipp rasanya!"
"Wihh makanya masakan kamu tambah enak tiap hari." ujar Raiden sambil tersenyum cerah.
"Len?"
"Ya?" Lenora menaruh atensinya pada Raiden.
"Kamu cantik, jangan pernah ninggalin aku apapun yang terjadi ya. Aku sayang dan cinta banget sama kamu!" ucap Raiden serius.
Lenora terperangah mendengar ucapan yang keluar dari mulut sang kekasih "Heyy kamu kenapa kok tiba-tiba ngomong gitu?"
"Ya gak apa-apa, aku cuma takut aja suatu saat nanti kamu ninggalin aku. Aku gak bisa kalau kamu tinggalin."
"Raiden aku gak bakal ninggalin kamu, apapun yang terjadi. Mau kamu susah, mau kamu seneng aku gak bakalan ninggalin kamu. Tapi kamu harus janji kalo pacar kamu cuman aku!" Ujar Lenora
"Janji sayang!" Balas Raiden sembari mengulurkan jari kelingkingnya yang disambut oleh Lenora.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZEKA
Teen Fiction"Lo berubah Den!" "Ini Aku, Aku gak berubah. Aku tetap aku" "Tapi ini bukan Raiden yang gue kenal" Raiden Adriel Dirgantara harus menerima kembalinya dia kedalam kehidupannya. Mengobrak-abrik ketenangan jiwanya yang sudah ia tata dengan rapi. Jiwa i...