• Felix.

621 55 7
                                    

Happy Reading!

"Dasar anak bodoh! Kau bisanya apa selain menyusahkan ku?! Lihat! Kau bahkan tidak sama sekali menolongku!" Bentak sang ibu.

Felix hanya diam tidak peduli sembari menatap ponsel pintar miliknya, ia sudah terbiasa dibentak oleh ibu nya seperti itu bahkan dipukul.

"Dengarkan aku sialan, jangan berlagak seperti kau tuli dan tidak peduli dengan apa yang aku-"

"Aku tidak peduli apa yang akan kau katakan ibu! Aku muak mendengarkan semua Omelan mu kepada ku, kau kira aku hanya diam seperti ini aku tidak sakit hati!? Kau ini orang tua tetapi otakmu tidak sama sekali di pakai!" Balas felix yang berdiri dari duduknya.

Ibunya menampar pipi felix dengan keras, berani berani nya anak muda berumur 17 sepertinya mengatakan itu kepadanya.

"JAGA OMONGANMU!! MULUTMU SEPERTI ANAK YANG TIDAK DI SEKOLAHKAN OLEH ORANG TUANYA" Teriak ibunya kepada felix

Felix hanya menghela nafas berat dan mengambil tasnya sembari meninggalkan ibunya sendirian di meja makan, ia benar benar lelah mendengar suara ibunya yang setiap pagi selalu mengeras sampai tetangga harus mengintip mereka dari luar, memalukan.

Felix memakai sepatunya dan mempercepat jalannya untuk menuju halte bus, sepanjang ia berjalan, tetangga yang mengenali felix dan keluarganya sudah berkumpul di rumah ratu gibah untuk membahas kejelekan keluarga felix.

"Hei, kau tahu? Ibunya bahkan selalu pulang malam dan ia memakai dress berwarna merah! Apa jangan jangan wanita itu menjual dirinya sendiri?? Hahah! Menjijikan!"

"Haiya~ jangan heran! Wanita itu sudah tidak waras, semenjak kepergian suaminya ia selalu menghabiskan harta warisannya untuk pergi berfoya-foya"

"Hey jangan terlalu keras, anak itu bisa saja mendengarkan pembicaraan kita"

"Biarlah, anak itu memang pantas mendengar kejelekan tentang ibunya!"

Benar benar, felix rasanya ingin mati karena malu setiap mendengar tetangganya berbicara seperti itu ketika ia lewat ataupun tidak lewat.

Felix berlari sampai ia berada di halte bus untuk pergi ke sekolahnya sendirian, ya bisa di ketahui ia tidak punya teman dekat di rumahnya.

"Bajingan, aku muak mendengarkan mulut setan para tetangga yang tidak mempunyai otak itu. Aku selalu berharap bahwa aku tidak pernah lahir di dunia ini" gumam felix

Felix duduk di halte bus sembari membuka ponselnya untuk mendengarkan lagu yang ia putar sepanjang hari.

Kring kring..

Felix reflek menoleh ke arah sumber suara, itu kekasihnya, hyunjin yang datang untuk berangkat ke sekolah bersamanya.

"Sini naik, aku bonceng" tawar hyunjin

Felix justru menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin membuat hyunjin kesusahan mengendarai sepeda miliknya karena badannya yang menurutnya berat, padahal badannya sangat kurus dan mungil.

"Babe, naik ya? Aku gamau kesiangan gara gara nunggu bus lama" ucap felix

Yang dikatakan hyunjin ada benarnya juga, akhirnya ia mengangguk dan duduk di kursi belakang yang di khususkan untuk membonceng orang.

Hyunjin tersenyum dan mengelus rambut felix, ia kemudian menggowes sepedanya untuk pergi ke sekolahnya.

"Ibu kamu marahin kamu lagi lix? Sekarang dia ngomong apa sama kamu??" Tanya hyunjin.

Felix hanya menghela nafas dan memeluk pinggang hyunjin yang sedang mengendarai sepeda miliknya, hyunjin mengerti bahwa felix benar benar lelah dengan semua ini.

"It's okay, aku paham. Tapi kalau ibu kamu makin berlebihan kamu harus cerita sama aku ya? Kamu jangan merasa kalo kamu sendiri, ada aku yang bakal selalu dengerin keluh kesah kamu. Jangan dipendam terus, nanti malah batin kamu sendiri yang tersiksa" ujar hyunjin

Felix meneteskan air matanya, ia dan hyunjin sudah 3 tahun berkencan dengannya tapi selalu susah untuk sedikit terbuka kepada kekasihnya itu.

Tidak dirasakan, mereka sampai di sekolah dengan cepat. Hyunjin memarkirkan sepedanya dan turun dari sepeda bersama felix.

Hyunjin memegang tangan Felix dan mengajaknya untuk masuk ke dalam sekolah, tetapi felix menahannya sembari menggelengkan kepalanya.

"Felix.. kamu ga inget kalo ada aku disini?? Gapapa, kalo ada yang ganggu kamu lagi aku bakal marahin mereka." Ucap hyunjin yang mengerti perasaan felix.

"Felix gamau, gamau." Ucap felix

Hyunjin menghela nafas, sebenarnya belakangsn ini felix selalu takut untuk mendekati lingkungan sekolah.

"Felix aku mengerti, eratkan genggamannya jika kau benar benar merasa takut, ya?" Ucap hyunjin.

Felix menunduk lalu menganggukan kepalanya kepada hyunjin, ia sangat bersyukur mempunyai kekasih yang mengerti perasaannya setiap saat.

Hyunjin tersenyum dan menggenggam tangan felix untuk mengajaknya mengecek lokernya dan pergi ke dalam kelas, kebetulan loker hyunjin dan felix bersebelahan, jadi hyunjin akan tahu apa yang akan dilakukan oleh anak anak nakal yang mengganggu felix.

Felix dan hyunjin membuka lokernya masing masing, felix terkejut ketika melihat beberapa kertas yang berada di dalam lokernya. Jumlahnya bahkan tidak bisa di hitung saking banyaknya, kertas itu sampai berserakan di lantai hingga membuat hyunjin terkejut dan menghampirinya.

"Felix adalah anak haram!"

"Kau tidak pantas bersekolah disini jalang!"

"Hyunjin akan membencimu!"

"Pergilah mati, aku muak melihatmu"

"Lont* bajingan"

Felix ingin membuka kertas itu satu persatu tetapi di tahan oleh hyunjin, ia tidak ingin melihat felix sedih karena anak nakal itu menulis kata kata yang tidak begitu pantas untuk felix.

"Apa apaan ini!?! Aku yakin pasti wanita itu yang melakukan ini" gumam hyunjin

Felix melamun melihat betapa banyaknya kertas yang ia temui di dalam loker merahnya, ia yakin pasti di dalam sana terdapat kata kata yang tidak pantas.

Hyunjin segera membuang kertas itu ke tong sampah sampai kertas itu tidak berada di loker milik felix, ia langsung berdiri dan menutup loker milik felix dan miliknya dan pergi untuk memasuki kelas.

Felix dan hyunjin memasuki kelas, semua orang menatap sinis ketika melihat kedatangan felix dengan hyunjin yang membuat salah satu murid cemburu. Tetapi, tidak dengan murid yang satu ini.

"HAIYA, LEE FELIX I MISS YOUUUU" teriaknya

TBC.

Nightmare in life (Chanlix) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang