“Ma, aku berangkat kerja dulu ya”, ucap Renjana sambil menyalimi tangan lembut sang
Mama.“Iya hati-hati dijalan. Jangan lupa sarapan Renjana”
“Iya ma” lagi-lagi Renjana kembali ke arah Mamanya hanya untuk mencium kening
mamanya.Kalau Renjana ditanya apa yang paling berharga di dunia ini selain harta? pasti
Renjana akan menjawab bahwa itu adalah Mamanya. Karena setengah dunia yang Renjana miliki berada pada mamanya.“pagi Renjana, udah sarapan belum tadi?” tanya Sanum dengan tawa cerianya.
“pagi juga num. Udah tadi aku udah sarapan roti di mobil” mereka berdua berjalan di koridor kantor.
“nanti kamu banyak kerjaan nggak?”
“ehmm kayaknya enggak terlalu banyak kayak kemarin deh. Emangnya kenapa?”
“ayo makan malam bareng. Lama kita gak keluar"
“bisa”
Disamping Renjana, Sanum bersorak kegirangan. Ia meragkul tubuh Renjana serta
menggoyang-goyangkan tubuhnya, bak anak kecil. Setelah pintu lift terbuka mereka berdua masuk keruangan mereka masing-masing.“Semangat Renjana!” dengan senyuman yang dipancarkan dari bibirnya membuat Renjana
ikut mengangkatkan kanan kananya dan bilang “Semangat!”Berkutat dengan laptop dan banyaknya tumpukan kertas adalah sebuah makanan
Renjana setiap hari. Pekerjaan yang Renjana jalani saat ini sebuah anugerah. Renjana
bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan yang Renjana lakukan saat ini, walaupun lelah
Renajana akan menerima dan menikmati rasa lelah itu. Renjana selalu ingat wejangan yang
pernah ibu berikan kepadanya, katanya seperti ini “Renjana jika kamu merasa lelah dengan pekerjaan mu saat ini terimalah rasa lelah itu nak. Bersyukurlah kamu dengan rasa lelah yang telah Tuhan kepadamu, kamu masih bisa merasakan rasa lelah di hidupmu.
Bersyukurlah juga dengan apa yang telah Tuhan berikan kepadamu, pekerjaan mu mungkin angat melelahkan, namun kamu masih bisa diberi pekerjaan. Lihatlah orang yang ada diluar sana, mereka yang masih bolak-balik mengirim surat lamaran pekerjaan, mereka yang setiap malamnya masih berfikir bagaimana saya mengisi CV mereka. Renjana tetap bersyukurlah dengan apa yang telah Tuhan berikan Tuhan kepadamu.” Kalimat itulah yang
membuat Renjana bisa bertahan dengan pekerjaannya ini.Terkadang Renjana juga berfikir, untuk siapa Renjana kerja keras seperti ini? Jika
katanya rezeki yang diberikan oleh Tuhan tidak akan tertukar. Namun kenapa Renjana juga masih saja merasakan gelisah, berfikir bahwa kerja keras yang sudah ia lakukan masih saja menghasil kan sesuatu yang masih saja kurang. Ada rasa yang mungkin Renjana tidak bisa deskripsikan. Perasaan kosong yang kadang-kadang muncul begitu saja.“Pak, ini berkasnya dan sudah saya cek semuanya dan tinggal bapak tanda tangani"
“baik, kamu taruh disitu saja nanti saya tanda tangani”
“Baik pak” pegawai kantor itupun keluar dari ruangan Renjana setelah meletakkan semua
berkas-berkas yang telah ia cek.
Lagi-lagi tumpukkan kertas-kertas di ruangannya bertambah lagi. Seperti yang sudah Renjana duga, jam makan siangnya akan terlewatkan lagi dengan ditemani kertas-kertas yang bertumpuk.“Renjana, kamu sudah makan siang?” dibalik pintu yang telah terbuka diruangnya itu
memunculkan suara Sanum. Perempuan yang masih setia disamping Renjana.“bentar mau nyelesaiin ini dulu. Sedikit lagi selesai, Cuma tinggal tandatangan”
“selalu iya kamu. Ini waktunya jam makan Renjana, makan dulu.”
“iya Sanum. Kamu makan dulu”
“terus kamu?”
“setelah ini. Nanti aku akan beil makan”
KAMU SEDANG MEMBACA
Eunoia
Teen FictionKatanya yang hilang akan diganti, yang patah akan tumbuh, dan yang hancur pasti terobati. Namun tidak dengan Renjana. Seperti yang pernah ia katakan "dia sudah pergi, dia tak akan kemabali. Dan bagaiamana dengan hari selanjutnya? Apakah akan ada yan...