Dimana dingin yang terasa akan semakin hangat ketika orang terkasih ada disamping
kita. Angin malam yang menyapa kulit sepasang kekasih itu seakan membuat keduanya tak ingin melewati malam itu dengan cepat. Riuhnya jalanan dan banyaknya suara kendaraan yang berlalu-lalang serta suara-suara pengamen yang terdengar dimalam itu adalah backsound yang indah bagi mereka. Percakapan sederhana keduanya dimalam itu adalah suatu pelengkap yang sempurna.
“kapan-kapan kalo mampir disana ganti menu dong kamu. Masa nasi sambal terong terus.
Sekali-kali cobain deh makan nasi bakar, aku jamin nanti kamu bakalan ketagihan. Saking
enaknya.” Ucap Renjana dengan kekehan.
“ah mana ada yang bisa ngalahin nasi sambal terong. Gak ada! Aku jamin gak bakal ada yang ngalahin nasi sambal terongnya Bang Eko.” Tak mau kalah Sanum juga menjawab ucapan Renjana tadi dengan wajah yang begitu meyakinkan.
Sebelumnya, Bang Eko itu merupakan seorang pemilik angkringan yang biasa Renjana dan Sanum mampir untuk membeli makan, seperti malam ini. Dan Bang Eko lah salah satu penjual makanan pertama kali yang menjadi saksi Sanum jatuh cinta kepada makanan yang bernama nasi sambal terong itu.
“kamu kan belum nyobain. Gimana kamu bisa bilang gitu.”
“karena aku sudah yakin, kalau nasi bakar itu rasanya biasa aja. Dan nasi bakar itu gak cocok sama aku yang orangnya gak sabaran.”“makanya jadi orang itu yang sabar” ucap Renjana dengan wajah yang meledek.
“siapa suruh masaknya lama ribet lagi. Nasinya sudah matang lauknya juga sudah matang
ngapain lagi coba di bakar-bakar lagi. Memakan waktu yang cukup lama Renjana”
“itu namanya seni” jawaban asal dari mulut Renjana membuat keduanya tertawa di dalam mobil yang mereka kendarai.“bisa aja kamu jawabnya”
“oh iya, besok kan ada cheek up buat kesehatan Mama aku, kamu jadi ikut nemenin nggak?”
“oh iya ya, aku lupa kalau besok Mama kamu waktunya cheek up. Aku usahain iya, soalnya
setelah pulang kantor aku masih ada janji sama klien baru aku. Maaf iya Jana?” tiba-tiba saja wajah Sanum berubah menjadi sedikit murung.
“iya gakpapa. Kamu juga sudah sering juga kan ikut anterin Mama aku cheek up.”
“maaf iya Renjana?” sekali lagi Sanum meminta maaf kepada Renjana.“kenapa sih minta maaf terus. Nanti aku nggak kebagian tau minta maafnya”
“ih beneran Renjana. Besok malam deh, selesai ketemu sama klien ku aku nyusul kamu ke
rumah sakit”“nggak perlu Sanum. Kamu istirahat aja dirumah, besok-nya kan kamu juga masih kerja. Badanya di istirahatin.”
“kayak yang ngomong pernah ngeistirahatin badannya aja” jawab Sanum sewot.
Tak terasa ternyata mobil yang Sanum tumpangi saat ini sudah berhenti tepat
didepan rumahnya. Namun keduanya masih berdiam di dalam mobil itu. Keduanya terdiam. Benar-benar diam, suara musik yang tadi sempat menyala kini suara music itu juga ikut terdiam. Renajan memang sengaja mematikan musiknya. Sedari tadi genggaman tangan Renjana masih bertaut rapi dengan tangan Sanum.
“mas-mas ini tidak ada niatan untuk melepas genggamannya iya? Atau mau ikut kedalam
saja?” Renjana tergelak mengar ucapan Sanum yang dibuat-buat itu.
“oh iya. Maaf iya neng, abangnya lupa. Abangnya takut neng, kalau tiba-tiba waktu seperti ini gak akan bisa abang rasain” terlihat dari pantulan kaca mobil itu, raut wajah Sanum tiba-tiba berubah menjadi sendu.“apaan sih, kayak mau ditinggal keluar angkasa. Udah ah aku mau masuk dulu, mau istirahat. Jangan lupa habis ini mandi, lalu cepetan istirahat, tidur. Jangan begadang.”
“baik Sanumbarii”
Renjana pun melepas genggamannya, dan Sanum pun langsung keluar dari mobil tersebut dan masuk kedalam rumah. Tak lupa Sanum masih menunggu mobil itu benar-benar menghilang dari pandangannya.Sampainya Renjana di rumah, ia melihat pemandangan seperti biasanya. Melihat
tubuh sang Mamanya meringkuk tertidur di atas sofa ruang tamu. Melihat itu seakan hatinya merasa hangat dan terharu. Berkali-kali Renjana berkata kepada mamanya, tidak perlu menunggu Renjana pulang. Sampai pada akhirnya Renjana menghampiri tubuh mamanya yang meringkuk di atas sofa itu. Mengelus lembut pucuk kepala mamanya, mengusap telapak tangan yang semakin hari keriput yang berada di tangan mamanya semakin terlihat. Akhirnya mamanya terbangun. Melihat kearah wajah anak laki-lakinya yang kini sudah terlihat lebih
dewasa daripada hari-hari kemarin.“mama, kan Renjana sudah sering bilang ke mama. Mama gak perlu nunggu Renjana pulang, mama gak perlu khawatir” Wanita paruh baya yang ada di depannya itu tersenyum hangat, sembari menangkup wajah Renjana dengan hangat sehangat tatapannya saat ini.
“mama nggak bisa Renjana. Mama gak mau kehilangan orang yang berharga di hidup mama lagi”
“Renjana nggak akan kenapa-napa ma. Percaya sama Renjana. Dan Renjana sudah janji kepada Papa kalau Renjan akan terus menjaga mama. Jadi mama nggak perlu khawatir lagi.”
“sekarang mama, pindah ke kamar iya. Istirahat yang cukup. Jangan sampai lupa besok mama juga harus check up kesehatan mama lagi ke rumah sakit” Renjana menuntun tubuh mama untuk masuk ke dalam kamarnya.“Renjana mama, sudah nggak papa. Jadi besok nggak perlu check up lagi iya?”
“masih harus check up mama, ini demi kesehatan mama juga. Mama bilang kalau mama nggak mau kehilangan orang yang berharga dari hidup mama. Jadi Renjana juga nggak mau kehilangan orang yang paling berharga di hidup Renjana lagi. Renjana nggak bisa untuk menerima kehilangan itu lagi. Jadi mama harus tetap sehat dan bahagia sama-sama bareng Renjana”“kamu anak kuat Renjana. Mama nggak akan pergi kemana-mana”
Senyum paling hangat yang sangat Renjana ingin lihat setiap harinya, membuat Renjana
benar-benar tidak ingin merasakan kehilangan lagi. Setelah Renjana menyelimuti tubuh sang
mama ia pergi meninggalkan kamar itu.
Setelah percakapan singkat dengan mamanya, Renjana hari ini harus bisa menerima semuanya. Tadkir yang Tuhan tulis mungkin adalah sudah menjadi yang terbaik untuknya. Namun Renjana masih saja belum cukup bisa menerima itu semua. Dokumen-dokumen yang ada di depannya itu seakan-akan meruntuhkan setengah dunianya.Tubuh yang mama Renjana rasakan saat ini mungkin sudah cukup tersiksa dengan semua penyakit yang dideritanya. Dokter yang biasanya menangani mama Renjana sudah mengatakan bahwa penyakit yang mamanya alami saat ini sudah cukup parah. Dari hasil EKG yang telah di jalani mamanya tadi bahwa dokter mengatakan bahwa bilik jantung mamanya dimana sudah adanya kerusakan dan pembengkakan pada otot-otot jantung, sehingga untuk saat ini mamanya Renjana setiap bulannya harus melakukan Digoksin untuk menguatkan otot-otot jantung mamanya Renjana.
“kok wajah kamu kucel banget? Mama baik-baik aja kok, mama pasti sembuh. Mama yakin itu” Tidak bisa menahan bendungan air mata yang dari tadi Renjana tahan, kini tumpah sejadi-jadinya tanpa bisa dibendung lagi. Renjana saat ini hanya bisa menangis di pelukan mamanya. Saat ini mereka hanya bisa sama-sama untuk saling menguatkan, meyakinkan dirinya masing-masing bahwa semua ini akan terlewatkan dengan baik-baik saja, tanpa ada kata selamt tinggal ataupun hati yang patah. Keduanya yakin Tuhan akan menguatkan semua mahkluknya, memberikan semua sesuai porsinya masing-masing.Bersambung....
Hayy, aku baru saja update. Jadi jangan lupa buat vote, dan komen ya. Dan jangan segan-segan untuk berteman denganku di akun ig aku : adiaryofka
Jangan lupa di follow ya, akun ig aku dan akun wattpad aku ini. Biar kalian nggak ketinggalan informasi 😽😽😽🧚♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
Eunoia
Fiksi RemajaKatanya yang hilang akan diganti, yang patah akan tumbuh, dan yang hancur pasti terobati. Namun tidak dengan Renjana. Seperti yang pernah ia katakan "dia sudah pergi, dia tak akan kemabali. Dan bagaiamana dengan hari selanjutnya? Apakah akan ada yan...