Jangan lupa vote! Sorry typo..
2 tahun sudah berlalu. Semenjak kepergian Namjoon, hidup Sooya dan Mihoo terlihat berantakan. Namun itu hanya berjalan beberapa hari, setelah Tuan Franklin memberikan sebuah surat berisikan tentang hasil test DNA Namjoon yang menyatakan bahwa Namjoon bukanlah anak kandung mereka berdua.
Tentunya mereka tidak semudah itu untuk percaya dengan itu semua. Mereka berusaha mengelak. Namun, melihat beberapa bukti yang diberikan oleh Tuan Franklin mereka tidak bisa mengelak lagi. Mereka berusaha menerima fakta jika Namjoon bukanlah anak kandung mereka berdua..
"Selamat ulangtahun anak-anak mommy." Ucap Sooya kepada ke6 anaknya.
"Thank you mommy.." jawab Seokjin mewakili adik-adiknya.
Saat ini mereka sedang merayakan hari lahir mereka yang ke-17. Mereka merayakan pesta secara besar-besaran. Dengan mengundang semua teman sekolah, kerabat terdekat nya dan para investor sang Daddy.
"Baiklah tamu undangan, acara selanjutnya adalah games...
•••
Di lain tempat tapi dengan waktu yang sama, terlihat seorang pemuda dengan membawa 2 lembar roti tawar yang ditumpuk, dengan lilin yang tertancap apik ditengah roti itu. Ia terlihat menundukkan kepala dan setelah itu meniup api yang berada di atas lilin.
"Happy birthday to me.. Tuhan di umurku yang ke-17 ini aku berharap engkau memberikan ku kebahagiaan dan ketenangan. Aamiin."
Ia menengadah untuk mencegah air matanya yang keluar. Ia hanya berharap semoga Tuhan memberikan ketenangan dalam hidupnya, walaupun hanya sekali dalam seumur hidup, ia akan sangat bersyukur. Ia sudah terlalu lelah dalam menjalani hidupnya selama ini, ia hanya ingin kebahagiaan yang tidak sementara.
"Kau tak perlu menangis Namjoon, kau sudah terbiasa dengan semua ini." Pemuda itu berbicara sambil mengusap air matanya yang sempat jatuh ke pipi, ia tidak ingin terlihat lemah di mata orang lain.
Pemuda itu adalah Namjoon, semenjak kejadian itu ia tinggal bersama seorang pria paruh baya penjual ramen.
Flashback on..
Namjoon berajalan terus tanpa tau arah, ia bingung ia tak tau harus pergi kemana. Ia tidak memiliki uang sama sekali. Namjoon memutuskan untuk duduk sebentar di depan sebuah kedai yang tutup karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Tuhan berikan aku sebuah petunjuk.. ashhh aku lapar, tahan sebentar lagi Namjoon." Ia berucap sambil memegang perutnya yang sedari tadi berbunyi, ia lapar karena dari kemarin Namjoon belum makan apapun. Ia memejamkan matanya, ia akan tidur sebentar disini, sampai rasa laparnya hilang.
Baru beberapa detik memejamkan mata, Namjoon merasakan tepukan pelan di bahunya. Namjoon mendongak dan melihat seorang pria paruh baya dengan sebuah tongkat yang berada ditangannya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Kakek itu bertanya dengan suara khas nya.
"Maaf apa saya boleh istirahat sebentar disini? Hanya sebentar setelah itu saya akan pergi, shhh.." Jawab Namjoon susah payah.
"Masuklah nak.. kau boleh istirahat didalam." Mendengar pernyataan dari kakek tersebut membuat Namjoon terkejut.
"Ayo masuk, duduklah disitu kakek akan membuatkan mu teh hangat."
Mendengar hal itu Namjoon langsung mendudukan diri disofa yang tersedia di ruangan itu. Matanya menelisik ruangan yang tak terlalu besar itu. Hanya sebuah ruangan dengan sebuah sekat ditengahnya, yang menghubungkan antara kedai, kamar tidur, dan kamar mandi.
"Apa yang kau lakukan tadi? Apa kau tidak punya tempat tinggal?" Ujar pria paruh baya itu, sambil menyodorkan teh hangat kepada Namjoon.
Namjoon yang mendengar hal tersebut tanpa sadar ia menggigit bibirnya sendiri. "Maaf, tadi saya hanya ingin istirahat sebentar. Terimakasih untuk teh nya." Dengan sebisa mungkin Namjoon menjawab pertanyaan itu.
"Kau mau tinggal bersama kakek? Tenang saja kakek hanya tinggal sendiri disini." Ia kembali terkejut dengan pertanyaan pria paruh baya itu.
"Kakek tau perasaan kamu, kakek harap kamu mau tinggal bersama kakek. Kakek ingin sekali, diakhir hayat kakek. Kakek ingin ditemani oleh seseorang, kakek tak punya siapa-siapa disini." Ucap pria paruh baya tersebut, membuat mata Namjoon berkaca-kaca.
Akhirnya Namjoon menyetujui ajakan pria paruh baya itu.
Flashback off..
"Kakek, Namjoon merindukan mu.." Semenjak beberapa bulan yang lalu, sang Kakek pergi meninggalkan Namjoon untuk selamanya, dan memberikan wasiat untuk meneruskan usaha ramen nya.
Dengan senang hati Namjoon melakukan nya, selama tinggal dengan pria paruh baya itu. Namjoon diajarkan cara membuat ramen, dan sekali-kali ia membantu sang Kakek untuk mengurus kedai ramen itu.
•••
"Wahhhh, sangat melelahkan.." ujar Jungkook sambil merebahkan tubuhnya di sofa.
"Yak! Jungkook-ah bersihkan dirimu terlebih dahulu!"
"Aaa hyung, aku sangat lelah~"
"Semuanya juga sangat lelah Jungkook-ah.. jadi kau tak perlu beralasan lagi, sekarang bangun kemudian pergi kekamar mu." Ujar Seokjin dengan nada kesal.
"Ya ya ya." Dengan rasa malas Jungkook berjalan menuju kamarnya, namun baru berjalan berapa langkah, ia tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Hyung, besok kita jadikan makan ramen bersama mommy Daddy di kedai yang diceritakan Yoongi Hyung?"
"Ya." Mendengar jawaban Seokjin membuat Jungkook menjadi semangat.
-•Family? 9•-
Tepat hari ini Jhope wamil..
see you in 2024 my sunshine 💜
18-04-23
KAMU SEDANG MEMBACA
a Joon
Teen FictionKumpulan oneshoot, twoshoot, long story, short story dengan cast utama Kim Namjoon. Bergenre angst, sad, family, friendship, horor Author note: I hope you enjoy my story! Thank you✨