Chapter 2

127 31 1
                                    

Karina tengah memandang sosok gadis yang sedang asik bermain dengan bola basketnya dari lantai atas. Ia heran, mengapa Winter bisa betah berolahraga di musim panas ini? Karina saja rasanya ingin terus berada di kasurnya.

Karina ini sangatlah jahil. Dan kekuatan yang di miliki Karina membuat Giselle semakin ingin mengutuk Karina menjadi batu. Kenapa?

Contohnya.. saat ini mereka tengah berlari dan berlomba tuk mendapatkan bakso terakhir di kantin, namun Karina selalu menggunakan kekuatannya untuk mendapatkan apa yang dia mau.

Melihat Karina yang tiba tiba saja sudah sampai di depan kios bakso membuat Giselle menghentakkan kakinya dan beralih membeli jus.

Oke, kembali lagi ke cerita.

Karina menuruni anak tangga dan duduk di pinggir lapangan. Sebelum kesana, ia sudah mengirimi pesan pada sahabatnya tuk bertemu di sana.

Karina memperhatikan adik tingkatnya yang menarik perhatiannya belakangan ini. Kaos hitam yang basah, rambut pendek yang di biarkan terurai, dan keringat yang membasahi kening dan lehernya. Sepertinya musim panas kali ini jauh lebih panas.

Tak lama, Karina membulatkan matanya saat melihat bola tertuju ke arahnya.

Ctass

Huftt

Karina bernapas lega melihat bola itu berhenti tepat di hadapannya. Ia melihat sekeliling, ternyata Giselle sudah berada di belakangnya dengan wajah yang kaget. Lalu Karina berjalan mengelilingi lapangan, ia mendekati Winter yang tak sengaja melemparkan bola ke arahnya.

Karin memperhatikan wajah itu sampai akhirnya tersadar dan kembali ke kursinya. Ia menundukkan kepalanya dan kembali menjentikkan jarinya.

Ctass

"KARIN- hampir aja" Teriak Giselle dari belakang.

Winter yang di duga sebagai pelaku hanya memandang Karina datar dan kembali mengambil bolanya. Karina mengernyitkan keningnya kebingungan, apakah gadis di depannya ini tak berniat mengucapkan kata maaf?"

"Kar, lo kenapa di sini?"

"H-hah? Ya nungguin lo"

"Masuk, bentar lagi hujan"

"Ngaco, musim panas seterik ini mau hujan gimana"

"Gue liat di cuaca sih katanya begitu"

"Jaman gini masih percaya aja sama aplikasi begituan, yaudah yuk"

Setelah mengajak Karina masuk, Giselle bergegas tuk mengajak Karina pergi. "Ini mau kemana Ji- ngapain ke studio musik??"

Giselle berbisik ke arah Karina pelan. "Mau liat ayang main"

Karina membulatkan matanya dan menutup mulutnya kaget. "Lo pacaran sama salah satu anak musik?"

"Engga, deket doang"

Cklekk

Mereka bergegas masuk dan melihat siapa yang ada di dalam. Ningning. Karina semakin menutup mulutnya melihat dengan siapa sahabatnya ini dekat.

"Ehh kakak cantik udah dateng, jadi mau belajar main drum??"

Karina hanyalah nyamuk di antara mereka. Karina terduduk di salah satu kursi memperhatikan Ningning yang memegang tangan Giselle berusaha mengajarkan bagaimana cara bermain drum, walau yang di lihat Karina hanyalah Ningning yang modus dan Giselle yang kesenengan.

Cklekk

Tak lama seorang gadis dengan rambut dan pakaian yang basah masuk dengan wajah dinginnya.

"Buset, lo habis mandi Win?"

"Mandi mata lo, hujan anjir"

"Lah, musim panas gini hujan?"

"Tau dah, untung gue ga pake seragam"

Karina memperhatikan Winter yang berjalan ke arah salah satu loker di sana. Ia mengambil seragam dan rok nya dari loker tersebut, kemudian menghentikan gerakannya.

"Ngapain lo liat liat? Mau ngintip?"

Karina yang salah tingkah memalingkan wajahnya ke arah dua insan di depannya, wajahnya memerah.

Winter datang dari belakang dan duduk di sebelah Ningning dengan seragam lengkapnya. Tunggu, jadi dia bener bener ganti baju di sana?

Ia mengambil gitar listrik dari tempatnya dan mulai memainkannya seirama dengan pukulan drum Ningning. Selain basket, Winter juga menyukai musik. Karina akan mencatat itu dalam memorinya.

Ia memperhatikan bagaimana jari jari panjang itu memetik senar gitar, Karina terhipnotis. Namun bel masuk membuyarkan lamunannya.

--

Karina mendapat kabar bahwa orang tuanya akan pulang malam ini setelah perjalanan bisnisnya. Namun, Karina masih tak ingin bertemu kedua orang tuanya.

Oleh karena itu..

Ctass

Setelah menjentikkan jarinya, ia berjalan ke jendela kamarnya memandangi kendaraan kendaraan yang terhenti. Namun... mereka kembali bergerak beberapa detik setelahnya.

Karina mengernyitkan keningnya dan kembali berusaha menghentikan waktu.

Ia memejamkan matanya, kemudian..

Ctass

Saat ia membuka matanya, kendaraan masih saja berlalu lalang membuat Karina kebingungan.

Ctass

Karina kembali memperhatikan jalanan. Semua kendaraan berhenti pada tempatnya membuatnya bernapas lega. Namun-

Ting tong

Kendaraan bergerak bersamaan dengan bunyi bel di rumahnya.

--

"Karina, papa dapat kabar katanya kamu telat?"

Karina menundukkan kepalanya dan memainkan jari jari tangannya.

"Ngapain aja kamu semalaman sampai sampai bangun pagi saja ga becus? Gimana kamu mau belajar kalo keadaan ngantuk? Mama kan selalu ngajarin kamu untuk disiplin?"

Suasana ruang keluarga saat ini sangatlah dingin. Karina hanya sanggup menggigiti bibir bawahnya sembari menundukkan kepalanya.

"Kamu itu satu satunya penerus perusahaan papa, kamu ga boleh mengecewakan kita"

Ctass

"Tolong, waktu berhenti bentar tolong" Karina menunduk sembari meremas remas rambutnya frustasi, kemudian menitikkan air matanya.

Namun sesaat kemudian, ia kembali menghapus air matanya dan menyiapkan mentalnya.

Ctass

Orang tua Karina memang tak pernah main tangan, tapi perkataannya tak pernah main main. Hal itu membuat Karina selalu merasa tertekan dan kompetitif. Jika ia berhak, ia ingin menghentikan dunia tuk selama lamanya.

SUMMER DEPRESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang