Sebuah kereta melaju kencang diatas rel tanpa kendala. Kereta dengan nomor 101 yang menuju ke arah sebuah kota. Deretan gerbong gerbong tertata rapi bertautan satu sama lain.
Satu gadis dengan jubah coksu menunduk memandang ponselnya. hanya ada layar gelap disana. Entah apa yang gadis itu tunggu.
Pertanda kereta sampai 10 menit lagi menggema diseluruh penjuru gerbong, mendongakkan gadis dengan jubah coksu tersebut.
Mata hazel tajam memandang sekitar dengan ekor matanya.
Gadis itu menghela nafas berat, menajamkan mata menetralkan suasana.
Hingga ponsel nya berdering, dengan nama Glenn tertera disana. Gadis itu mengangkatnya dan menempelkan ponsel pada telinga.
"Kyleen, kamu udah sampai dimana?" Tanya Glenn dari sebrang sana.
"Sepuluh menit lagi." Sejujurnya Kyleen sangat malas, apalagi bertemu dengan- dia sangat malas untuk mengatakan nya.
"Oh, oke baiklah. Aku akan menjemput mu, tapi maaf jika terlambat. Kamu bisa tunggu di halte."
Kyleen menghela jengah, "nggak perlu, aku akan pulang sendiri."
"Tidak! Aku akan tetap menjemputmu. Tunggu aku di halte." Glenn tetap ngeyel ingin menjemput Kyleen.
"Nggak us-"
Tut.
Kyleen menghela nafas. Saat ini bokongnya ingin sekali meninggalkan kursi itu. Rasa keram menjalar diseluruh tubuhnya. Seharusnya dengan waktu 2 jam, dia bisa mengisinya dengan tidur. Namun nihil, matanya terpejam namun pikiran nya menjalar kemana-mana.
Kyleen menoleh kearah jendela, gedung bertingkat yang tiba-tiba lenyap dimakan tembok pembatas Stasiun.
Hanya lampu redup yang mengisi stasiun. Kyleen melihat beberapa mobil terparkir rapi disana.
Akhirnya dia sampai.
Kyleen mengambil tas dan kopernya, berjalan mengantri untuk keluar. Hanya ada langkah kaki yang terdengar. Tak ada satupun yang mengangkat suara.
Kyleen menapakkan kaki pada tangga pertama. Aroma udara malam menyerbu hidungnya. Hingga Kyleen benar-benar berada di luar gerbong kereta.
Suasana gelap dan tenang. Orang orang pergi meninggalkan stasiun. Begitu juga dengan Kyleen.
Dia duduk diantara beberapa orang yang menunggu jemputan. Hanya ada 6 orang di halte, 7 dengan Kyleen.
Semua sibuk memainkan ponselnya berusaha menghubungi keluarga atau memesan taksi. Hingga satu persatu dari mereka pergi meninggalkan Halte.
Kini hanya ada Kyleen dan satu laki-laki tinggi yang memandang jalan dengan tatapan kosong.
Tak ada interaksi dari keduanya. Hingga si laki-laki mengangkat suara.
"Nunggu apa mbak?" Laki-laki itu menoleh.
Kyleen hanya menoleh sekejap, kemudian menatap depan lagi. "Nunggu jemputan." Ucapnya singkat.
Laki-laki itu tersenyum melihat reaksi Kyleen. Dia juga ikut memandang depan. Yang hanya ada jalan dengan lampu remang remang.
"Boleh kenalan?" Ucap laki-laki itu lagi.
Kyleen hanya berdehem, mengiyakan ucapan laki-laki yang duduk disebelahnya.
"Kenalin, saya Lonan." Tanpa menoleh.
"Kyleen."
Suasana kembali meremang. Tak ada lagi yang berniat membuka topik. Hingga satu mobil menghampiri mereka.
YOU ARE READING
Kyleen Reana Hazell
Teen FictionTerjerat dengan kontrak Kyleen Reana Hazell, gadis dengan kisah hidupnya. # kamu plagiator? jauh-jauh, kamu nggak diajak. # tinggalin jejak ya, say. # follow sebelum baca, biar asik ngelanjutinnya. HAPPY READING BROOO-!!