1

706 52 6
                                    

Suasana Halloween mulai terasa di sekolah sihir Hogwarts. Beberapa hiasan pun mulai ditambahkan di sepanjang koridor maupun di menara asrama masing-masing.

Beberapa siswa sudah menyiapkan kostum dan pernak-pernik Halloween tahun ini akan berbeda dari biasanya. Bukan hanya sekedar makan malam dan libur sekolah. Tapi juga akan diadakan Yule ball. Dan para siswa diharuskan menggunakan pakaian Halloween. Walaupun banyak diantara mereka yang tidak tahu apa yang harus dikenakan.

"Pesta Halloween tahun ini menggelikan." Ujar James Sirius Potter, siswa tahun keempat di asrama Gryffindor. Ia duduk bersandar di kursi malas di ruang rekreasi Gryffindor.

"Kenapa kau bilang ini menggelikan? Pasti lucu melihatmu menggunakan kostum aneh." Ujar Lily Luna Potter, adik James yang baru saja menjadi siswa tahun pertama di Hogwarts.

"Sepertinya kau senang sekali. Memangnya apa yang akan kau pakai?"

"Umm... aku belum tahu. Lagi pula aku siswa tahun pertama, bolh datang, boleh tidak." Jawab Lily. James hanya diam.

"Kau sendiri, sudah memikirkan apa yang kau pakai, Rose?" Tanya Lily. Rose yang sedang mengerjakan esai sejarahnya menggeleng.

"Aku tidak tahu. Lagi pula benar kata James. Halloween kali ini menggelikan." Ujarnya.

"Kurasa dunia kita sudah bercampur dengan dunia muggles." Tambah Albus.

"Oh iya, kau benar. Ibuku juga pernah bilang, kalau Halloween yang diadakan muggles seperti yang akan kita adakan tahun ini." Ujar Hugo.

"Tahu apa bibi Hermione tentang muggles?" Nada James meremehkan.

"Kau lupa? Ibuku kan kelahiran muggles." Ujar Rose. James terdiam.

Mereka kembali diam. Sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Hugo dengan buku mantranya, James dengan perlengkapan jahilnya, Lily dengan pigmy-puffnya, Rose dengan essay sejarahnya, dan Albus dengan mimpi buruknya.

"Al? Apa kau baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali." Ujar Lily. Albus hanya tersenyum.

"Jangan-jangan kau masih tidak terima kekalahan kita kemarin." Tambah James.

"Tidak, aku menerimanya. Lagi pula itu kesalahanku. Aku mau istirahat saja. Selamat malam." Albus berjalan gontai ke kamarnya.

Albus berbaring di tempat tidurnya. Memikirkan mimpi buruknya yang muncul semalam. Ini pertama kalinya mimpi terasa begitu nyata. Ia kedatangan dua orang penyihr wanita yang aneh. Wanita berwajah katak dan penyihir gila. Albus tak tahu siapa itu. Ia juga tak merasa kalau ia pernah mendengar tentang mereka.

"Kau bermimpi tentang dua penyihir aneh? Lalu, kenapa kau jadi gusar? Itu kan cuma mimpi." Ujar Rose, saat Albus menceritakan apa yang ia pikirkan.

"Aku tahu, Rose. Tapi, mereka datang bersamaan dengan firasat buruk. Aku tahu ini aneh, tapi, aku hanya berpikir mungkin mimpi itu menunjukkan sesuatu." Rose mengernyit.

"Hah? Kenapa kau bisa berpikir begitu? Mungkin firasat buruk itu muncul karena kau tak pernah bertemu dengan mereka."

"Mungkin. Tapi aku tetap takut. Apa menurutmu aku harus menceritakan ini pada ayah?" Rose menggeleng pelan.

"Jangan buat paman Harry khawatir hanya karena mimpimu itu, Al. dan berharaplah mimpi itu tak berubah jadi nyata. Lagi pula, aku seperti pernah mendengar tentang penyihir wanita gila itu." Albus hanya diam. Ia larut dalam pikirannya.

"Semoga itu tidak nyata." Batinnya.

Hari itu pun dilalui Albus dengan lesu. Ia terus kepikiran soal dua wanita itu terlebih kedua wanita itu muncul dengan tatapan haus darah, tatapan siap membunuh. Ingin ia bertanya soal kedua wanita itu pada ayahnya. Tapi ia tak ingin membuat ayahnya khawatir. Sekarang yang ia bisa lakukan hanyalah melupakan mimpi itu.

NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang