CLOSE YOUR EYES - Michael Buble

171 43 13
                                    

You're an angel dressed in armor
You're the fair in every fight
You're my life and my safe harbor
Where the sun sets every night
And if my love is blind
I don't want to see the light


*****


Baskara tidak membiarkanku menangis lama, ditariknya tubuhku dari sofa hingga berdiri menghadapnya. Tanganku otomatis memeluk diri, meskipun hanya bisa menutupi sekadarnya. Kuturunkan pandangan. Dengan kondisi tubuh yang setengah telanjang aku tidak berani menatapnya. Hanya celana dalam tipis yang masih melekat, sisanya teronggok basah di lantai dekat pintu.

Kondisinya tidak jauh berbeda denganku. Kaos yang tadi melekat di tubuhnya entah sejak kapan teronggok bersama dengan gaun malamku. Bertelanjang dada, kulit kecokelatan lelaki itu menonjolkan otot perut yang pernah terlatih baik.

Dia tidak berusaha menutupi bagian bawah tubuhnya yang menegang. Kesedihan yang sesaat tadi kurasakan dalam sekejap berubah menjadi rasa malu dan bersalah yang membuat lidahku kelu.

"Ambil sembarang baju di lemariku, terus mandi. Jangan sampai sakit. Aku siapin Tolak Angin dua sachet di meja, minum. Habis itu, tiduran saja di ranjangku." Tanpa bicara lebih panjang lagi, Baskara memutar tubuhku dan mendorong lembut.

Di bawah pancuran air hangat, kilasan-kilasan kejadian acak muncul tiap kali mataku terpejam. Jantungku berdebar tidak karuan mengingat sentuhan Baskara--jemarinya, bibirnya, lidahnya. 

Celakanya, aku merespons semua itu. 

Aku sempat berharap Baskara meninggalkan akal sehatnya dan meneruskan apa yang sudah dimulai. Aku berharap kami bercinta. Akan kubuktikan pada Jhon, aku juga bisa berselingkuh. Saat Baskara bertanya apakah aku menginginkannya, harapan itu runtuh seketika. Aku merasa seperti perempuan murahan meskipun aku tahu dia tidak bermaksud demikian.

Ya, Tuhan ... betapa cerobohnya aku sampai-sampai membiarkan emosi menyetirku melakukan tindakan yang tidak senonoh. Secuil akal sehat yang tertinggal membuatku sadar, urusanku dengan Jhon tidak seharusnya menyeret orang lain dalam pusaran masalah.

Baskara ... terlalu baik.

Saat keluar kamar mandi, tuan rumah yang sedang membereskan kekacauan di dekat sofa menoleh ke arahku. Tatapannya menyebabkan jantungku melewatkan detaknya, napasku tertahan di tenggorokan, kakiku terpaku di tempat.

Tidak ada sepatah kata pun darinya. Detik berikut, dia kembali sibuk dengan kain pel dan ember. Saat itu, barulah oksigen seolah terpompa masuk ke paru-paru. Kuperhatikan gaun pemberian Jhon dan pakaian dalam basahku sudah tersampir di sandaran kursi. 

Lekas kukerjakan semua instruksinya lalu berbaring di ranjang. Kupejamkan mata dan berpura-pura tidur agar dia tidak menggangguku. Aku tahu, lelaki itu pasti memiliki seribu satu pertanyaan mengenai kedatanganku yang tiba-tiba.

Bed cover tebal menutupi tubuhku dari ujung kepala hingga kaki. Rasa hangat dan aroma tubuh si pemilik segera menyelimuti dan membuatku kepayang. Menghidunya seperti berada dalam pelukan lelaki itu sekali lagi. Untuk beberapa saat, hanya ada kedamaian.

"Aku senang kamu kemari." Suara Baskara membuatku terkesiap. Suara kursi ditarik mendekat terdengar bersama dengan lanjutan kalimatnya. "Sejak kamu pergi kemarin, kupikir kita enggak akan ketemu lagi. Harapanku terkabul. Ini ... hadiah terindah."

"Hadiah?" gumamku, lalu segera menyadari kebodohan yang barusan kulakukan. 

"Ingat waktu makan malam terakhir, aku bilang kamu bakal melewatkan hari yang spesial? Hmm ... hari ini, aku ulang tahun." Jawabannya membuatku terperenyak. 

KOMPILASI LAGU SEMUSIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang