🌙Dia sang pemberi lara hati

19 2 0
                                    

Bisikan angin mengelus pelan pipi ini.
Senja sudah mulai menutup diri.
Dan bodohnya aku masih belum meninggalkan tempat ini.
Kaki terlalu berat untuk melangkah dan beranjak pergi.
Disinilah, tempat kali pertama ku bertemu sosok yang tanpa sengaja menerobos masuk ke dalam ruang kosong di hati.
Lalu perlahan memberikan cahaya yang menerangi gelapnya hari.

Aku terlanjur nyaman hingga menaruh hati.
Dan senantiasa berharap sama Tuhan, semoga kamu yang akan selalu menjadi cahaya penerang dari gelapnya hidupku ini.
Namun, pilihan ku untuk menaruh harapan kepadamu adalah sebuah kesalahan, nyatanya pernyataan mu saat itu mampu menghantam ku bertubi-tubi.
Tubuhku melemas, seperti ada ribuan panah yang menusuk ku tanpa henti.
Dan membuat ku kembali rapuh untuk kesekian kali.
Harapanku telah pupus, do'a yang selama ini ku langitkan telah terkalahkan oleh garis takdir sang ilahi.

Perlahan cahaya yang awalnya terang itu mulai redup lalu padam dan kembali gelap gulita seperti tempo hari.
Awalnya aku tak peduli dengan pedihnya kenyataan, harus merelakan dirimu pergi.
Diri ini terlalu enggan untuk beranjak dan meninggalkan semua ini.
Meninggalkan semua keindahan yang ada pada dirimu sang pemberi lara hati.
Sesekali egoku meronta ingin berjuang sekali lagi.
Namun hati kecilku selalu berbisik, sudahlah.. kamu sudah kalah tiada lagi yang perlu kau perjuangkan, dia sudah bahagia dengan pilihannya. Baiknya kamu sadar diri.

─gadissenja27🥀

Biarlah Tulisan Yang BerbicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang