Kamis, 20 Musim Hujan 23XXBunyi deburan ombak. Angin laut yang berhembus dan sinar matahari yang membakar kulit. Membuat kantuk menghilang. Beberapa vervoer tertata rapi di depan gudang bernomor 7C. Aku menguap. Sejak pagi sudah berada di sini. Melihat Divisi I sedang melaksanakan tugas. Bukan kehendakku untuk berada di sini, aku dipaksa. Jendral. Yah, namanya Jendral. Dengan pangkat tertinggi di Divisi I, dengan kuasanya. Dia seenaknya menyuruhku, yang pangkatnya di bawah dirinya, untuk ikut menyelidiki bersama timnya.
"Kopi?" Sebuah cup kertas tersodor di depan mata.
Aku menatap cup itu. Menggelengkan kepala. Aku tidak butuh kopi, aku butuh kasus ini cepat selesai. "Tidak, terima kasih."
"Jika tidak ada kebakaran tadi subuh, mungkin aku tak tahu jika ada gudang penyimpanan opium di sini." Jendral menyesap kopinya, berusaha untuk membuka percakapan.
"Ya, ya." Aku mengangguk.
Sejujurnya, aku dan timku juga terkejut bahwa gudang 7B; yang berada di depan gudang 7C, terbakar habis subuh tadi. Jay menyuruh Karina untuk menyelidikinya, tentunya bersama tim dia. Namun rencana berubah, Jendral menelponku subuh tadi. Menyuruhku bergegas ke Pulau Baai. Mengikutinya untuk menyelidiki kasus ini. Dengan pancingan bahwa kasus kebaran ini ada sangkut pautnya dengan kematian Pak Idris.
"Cih, aku juga tahu ini ada sangkut pautnya." Aku bergumam. Menatap nyalang ke arah Jendral.
"Ada apa?"
"Kau bukan atasanku. Lantas mengapa kau menyuruhku ke sini hanya untuk melihat anak buahmu melaksanakan tugasnya?"
Jendral kembali meminum kopinya. "Siapa tahu dengan matamu yang besar itu dapat membantu."
Aku tak membalas perkataan Jendral. Terlalu malas untuk membalasnya.
Awan menutup matahari, membuat hawa saat ini sedikit lebih sejuk. Semalaman, lebih tepatnya dua malam, aku mencari apa yang ingin disampaikan Pak Idris kepadaku. Namun saat ini hanya ada guratan aneh yang belum terpecahkan. Sebenarnya aku ingin meminta tolong Giselle, namun dia sedang sibuk membantu Niken. Selain itu, masalah buku wasiat ini, belum sama sekali aku laporkan ke Jay. Belum ada waktu yang tepat untuk menyampaikannya.
.
.
.Penyelidikan selesai. Untukku, bukan untuk Divisi I. Aku menyampaikan ke Jay apa yang aku dapatkan hari ini. Tentang gudang 7B yang terbakar karena putung rokok dengan minyak bumi yang langkah; disebarkan di seluruh gudang. Tentang bekas gosong pada malam Rabu yang tidak ada. Tentang jasad gosong para empat pelaut yang badannya persis dengan pelaut yang sedang kami tahan. Yang paling aneh, tentang kotak-kotak opium yang sudah kami amankan malam sebelumnya, kembali semula ke tempat mereka.
"Tidak mungkinkan jika Pak Joko dan anteknya mengetahui apa yang kita kerjakan malam itu?" Aku bertanya pada Jay lewat panggilan video, sesaat setelah aku berada di dalam vervoer.
"Sejauh ini, pergerakan mereka masih hijau mendekati biru. Kejadian kebakaran tadi subuh juga tidak tertangkap oleh agen-agen kita yang tersebar di daerah sana. Kasus ini semakin aneh menurutku." Suara Karina terdengar di panggilan video itu. Sepertinya dia sedang berada di markas bersama yang lainnya.
Aku mengangguk setuju. Sebenarnya apa yang disembunyikan oleh para pejabat negri?
"HEH! Aku menemukan sesuatu lagi!" Suara nyaring Niken terdengar senang. Panggilan video diakhiri dengan perintah Jay untuk segera kembali ke markas.
.
.Niken sibuk dengan dator-nya, sibuk mengotak-ngatik berbagai macam sandi yang terbuat dari angka. Aku masuk tanpa suara ke dalam ruangan, duduk, dan mengamati rekanku yang sedang sibuk dengan perkerjaan mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNTUH | PCY
FantasíaSatu persatu pondasi negara ini hancur. Dasar negara yang sudah berumur ratusan tahun. Adat-istiadat. Moral dan etika. Perlahan semua pudar. "Negeri ini akan hancur." Namaku Atash Phoenix. Saksi nyata dari hancurnya negeri indah itu. 020621 #runtuh02