kok tau??

21 11 16
                                    

Ini hari yang ditunggu-tunggu seluruh siswa SMA Neo. Tapi hari yang menegangkan bagi anak ekskul teater. Karna di detik terakhir ini terjadi masalah yang cukup serius.

Baju untuk pemeran pria tiba-tiba saja tidak muat. Padahal saat dicoba dua hari yang lalu masih muat.

"Ini baju kok bisa menciut gini deh." Lee Jeno si pemeran pria bingung.

"Ini kayaknya waktu di laundry pake air panas ga sih." Lia mengambil alih pakaian di tangan Jeno. "Makanya jadi kecil kek gini."

"Terus gimana?" Hyunjin dengan sebelah tangan memegang walkie talkie datang dari arah pintu. "Bentar lagi giliran kita."

Mereka semua mencoba berpikir.

"Ada satu cara!" Yeji mengambil pakaian itu dari Lia. Matanya memicing, "ini kayaknya pas kalo lo yang pake Jun."

"Hah?" Renjun cuma bingung.

"Yeji bener." Jeno mengangguk setuju. "Lo bisa 'kan gantiin gue?"






























































































Saeron mau nangis rasanya. Jujur jadi pohon itu pegel banget. "Mendingan gue jadi antagonisnya anjir daripada jadi pohon gini." Ia membatin.

Tapi dari sini dia bisa leluasa melihat setiap adegan dalam drama. Saeron akui Renjun cukup keren. Dia menghafal semua dialog dalam waktu singkat.

Ah atau mungkin karena ini kisah klasik? Lagipula siapa yang tak tau kisah Cinderella?

"Ini kalo mereka jadian cocok sih kata gue." Katanya saat Renjun dan Heejin berdansa.

Saeron berdiri di samping Lia yang berperan sebagai saudara tiri Cinderella di samping panggung. Lagipula latar saat ini adalah di dalam istana. Tidak mungkin bukan ia tetap di sana.

"Heejin kok bisa cantik banget ya Li. Gue iri tau." Kata Saeron pelan.

"Lo juga cantik anjir, cuma agak sengklek aja." Hampir Saeron menjitak Lia kalau tidak ingat mereka sedang di samping panggung.





































































































































































Waktu berjalan cepat. Drama Cinderella mereka telah berakhir. Begitu juga dengan perannya sebagai pohon. Sungguh Saeron bersyukur.

"Engap gue jadi pohon." Kesal Saeron, keringat membanjiri wajahnya.

"Ya makanya kalo ekskul tuh berangkat bukan malah ngelayap!" Kata Lia yang saat ini membantu Saeron melepaskan kostumnya.

"Dih ngelayap gue bermanfaat tauu!" Saeron tidak terima.

"Manfaat apaan?"

"Bikin kenyang perut gue." Ujarnya sombong. Lia cuma memutar bola matanya malas, temannya yang satu ini emang agak lain.

"Li, kemarin gue liat Renjun tau. Dia bagi-bagi cimol ke anak kecil." Kata Saeron bisik-bisik, "nah lo tau? Abis itu dia ke toko beli makanan kucing buat dibagiin ke kucing jalanan."

"Baik dong dia." Ujar Lia.

"Iya baik, mana ganteng." Lia secara spontan menghentikan aksi tangannya mengepang rambut Saeron.

"Lo suka sama dia?" Tanyanya ragu.

"Iya, salah gak sih." Lia malah tersenyum.

"Nggak salah kok, suka sama orang itu wajar."

"Kalo gue suka sama dia ada yang marah gak ya?" Saeron bertanya dengan gumaman.








































































































































"Lo mau nunggu di sini sampe pagi?" Renjun dengan motor maticnya berhenti di depan Saeron.

"Ya masa gue jalan kaki?" Balas Saeron sewot.

Masalahnya jantungnya sudah dag dig dug sebentar lagi sih mau duar, Renjun ganteng banget soalnya.

Gue pingsan aja kali ya.

"Gue anterin."

"Gak!" Tolak Saeron cepat.

Lo mau bikin gue mati muda hah?! Anjir jantung gue plis jangan gini dong.

"Kenapa nggak mau? Katanya lo suka sama gue?"

"ANJIR KOK TAU." Tuh kan kelepasan.

Renjun malah tersenyum, "buruan keburu hujan."


The end





h

aloo ini pipo
ini udah tamat beneran yaaa
uda lama engga nulis renron hehe,,kangen
tolong jangan dibawa ke rl ya, it's just a story
makasih yang udah mampir!!












HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang