[ 🪷 ] · "Baru nyampe loh."

40 3 0
                                    


















"Welkam tu mai room."

knop diputar, pintu terbuka memperlihatkan ruangan yang serba merah muda. Gadis yang lebih pendek terpukau.

Kesampingkan warnanya yang berkesan girly , luasnya ukuran Dan tataan rapi di kamar benar-benar mengundang rasa ingin rebahan sesegera mungkin.

"Boleh gua anggap kamar sendiri ga si?"

"Anggap aja gitu, tapi jangan lupain gua Yang juga tidur disini."

ancungan jempol diberikan sebagai jawaban. Dan dengan segala sopan santunnya, dirinya langsung merebahkan tubuh di atas kasur empuk fluffy-fluffy merah muda tersebut.

"Sopan banget anak orang, main tiduran ae." Ujar Yui melihat kelakuan temen dia. Leah bodoamat, mukanya dibenamkan pada bed cover . matanya terpejam menikmati suasana Dan aroma kasur.

Rasa ingin berbagi tempat bobo 📉📉📉.

Disela-sela nikmatnya merem, gadis itu teringat akan sesuatu. Kalo gasalah tadi dia kesini bawa koper 'kan ya...

Dengan malas ia bangun Dan bertanya pada gadis yang lebih tinggi, "Eh cu, koper gua mana?"

"Itu, deket pintu kamar mandi." Bales si pirang dan menunjuki lokasi koper menggunakan dagu.

FYI, Leah posisinya sama sekali ga ngehadap Yui, jadi pas Yui nunjuk pake dagu dia cuman asal toleh-menoleh. Sampe matanya nangkep posisi koper, baru dia ber-oh ria.

"Oh oke." Dah gitu, lanjut merem lagi.

"Jangan 'oh' doang, ganti baju sono."

"3 jam lagi..."

"Setan, ngelunjak ya Lo." Yui menarik paksa lengan si Surai hitam hingga ia bangun dari rebahannya.

Kemudian, gadis itu membawa yang lebih muda menuju kamar mandi beserta kopernya.













"Ck, maksa amat Lo, Junet." Keluh Leah. Yui memberi koper biru maroon itu yang diterima dengan baik oleh si pemilik. Benda persegi panjang itu diletakkan di atas wastafel yang cukup mewah.

Resleting digeser menuju masing-masing ujung dan wala! Koper terbuka.

Leah mengambil salah satu pakaian disitu. Tanpa basa-basi, ia langsung melepas atasan dan bawahan-menyisakan pakaian dalamnya. "Anjir Le, banyak amat gores-gores Lo." Celetuk Yui melihat luka di kedua lengan Leah, humming pelan terdengar dari lawan bicaranya.

Dirinya segera mengenakan celana khaki pendek dan kaus oblong merah tua, sebelum suara asing menginterupsi, "nfu, cepet amat ganti bajunya~"

Kedua perempuan menoleh ke asal suara, di dekat bathtub, berdiri seorang lelaki mengenakan topi fedora.

'Sakamaki Laito.' Ucap Leah dalam hati.

Kaus merah tua itu baru terpakai setengah sehingga setengah badan-perutnya-Leah masih terlihat. Yui segera menutupi tubuh temannya dengan tubuh dirinya.

"Apa liat-liat?!"

Kekehan berhasil melepas diri dari mulut Laito, "Kepo aja dengan lekukan Amai-chan~" jujurnya dengan nada menggoda.

Leah melihat wajah orang itu, tatapan dan senyuman bernafsu milik si iris hijau membuatnya terganggu. Perasaan gugup terus-terusan bermain dengannya, sampai-sampai perut pun digelitikkan.

Mual.

Tubuhnya juga kembali bergetar Tampa disadari.

"Yu, dah siap..." Yui harus bersyukur karena Tuhan memberinya pendengaran yang sehat, suara Leah benar-benar kecil sekali, nyaris seperti gumaman.

Stuck with HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang