01

1.8K 103 4
                                    

"Aku hilang rasa, Ta."

Pinta hampir saja kehilangan keseimbangan tubuhnya saat mendengar pengakuan dari suaminya tersebut.

Sesaat mereka terdiam, Pinta belum memberikan tanggapan apapun begitu pun dengan Darwis yang kini diam. 

Fikiran Pinta saat ini carut marut, ia memang merasakan perubahan besar pada hubungan mereka sebelum ini, meski begitu ia terus berusaha untuk bertahan, untuk memenangkan hati suaminya kembali.

"Maksud kamu, kamu mau bercerai?"

Darwis menggelengkan kepala. "Belum, aku masih terus berusaha untuk menumbuhkan perasaan cinta lagi untuk kamu..."

"Lalu... Jika kamu tidak berhasil, kita akan bercerai?"

Darwis terdiam, sementara Pinta tahu maksud dari kata 'belum' itu.

"Jujur sama aku, kamu mencintai perempuan lain?"

Darwis tidak memberikan tanggapan apapun, tapi Pinta sudah bisa menerka apa jawabannya. Tujuh tahun usia pernikahan mereka haruskah berakhir dengan perpisahan?

"Kalau alasan kamu bosan, bukan hanya kamu yang merasakan."

Darwis menatap Pinta ingin tahu.

Pinta meneguk air putih yang sebelumnya sudah ia siapkan. "Kejenuhan dalam berhubungan, aku pun merasakannya. Bahkan hingga detik ini."

"Lalu, apa yang membuatmu tetap bertahan?" Kali ini Darwis-lah yang bertanya.

"Klise, komitmen." Jawab Pinta. "Kamu... Berubah, tidak hangat lagi, tidak banyak bercerita lagi, tidak memuji aku lagi, aku merasa akhir-akhir ini pun selalu aku yang berjuang untuk menghangatkan hubungan kita. Padahal, selama berjuang itu pun, aku juga harus berperang dengan diriku sendiri untuk tidak memperlakukan kamu sama, aku ingin mengacuhkan kamu, aku juga ingin berubah sama seperti kamu. Tapi aku memilih tidak melakukannya."

"Demi anak kita melakukan ini..." Ucap Darwis lirih.

"Salah satunya, tapi bukan hanya itu. Mungkin kamu menganggap sumpah yang kamu ucapkan di depan Tuhan sesepele itu, tapi aku tidak."

"Bukan-"

"Aku tidak akan memaksa kamu untuk bertahan, kalau kamu ingin bersama dengan dia, silahkan."

Darwis meneguk ludah.

Raut wajah pucat pasi Darwis menjadi hiburan tersendiri untuk Pinta.

"Tidak perlu mencari tahu apa yang kamu perbuat diluar sana, meski aku tidak pernah mencari tahu pun Tuhan selalu mempunyai cara untuk memberi tahu perbuatan yang kamu sembunyikan. Harus aku syukuri juga, dia akan mengambil tugasku yang membosankan menjadi istri kamu." Setelah mengatakannya, Pinta bangkit dari tempatnya duduk. Sementara Darwis menatap punggung Pinta yang berjalan terus menjauh menuju kamar Katia, putri mereka.

____

Pinta tidak bisa tidur, meski apa yang ia ucapkan pada Darwis tadi adalah kenyataan tapi tak ayal hatinya tetap saja sakit. Masih ada sisa cinta yang ia sisipkan dengan paksa untuk Darwis, memangnya siapa yang bisa terus mencintai jika diperlakukan acuh tak acuh seperti itu?

Di sebelah Pinta, putrinya Katia sedang tertidur pulas. Anak ia dan Darwis yang kini berusia 5 tahun. "Maafkan Mama kalau di masa depan hanya akan ada Mama dan Katia saja. Jangan harapkan Papa ya Nak... Mama janji akan menjaga dan memenuhi semua kebutuhan Katia meski tanpa Papa."

Batin Pinta teriris saat ia membisikkan kalimat-kalimat tersebut saat Katia tertidur, ia hanya berharap putrinya bisa tegar jika kelak Darwis memilih pergi dari hidup mereka.

Glue StickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang