Sinopsis: Tempat Tidur

16 1 0
                                    

Tempat tidur, yang konon katanya menjadi tempat yang paling aman dan nyaman untuk mengistirahatkan tubuh. Namun, nyatanya menjadi tempat yang paling aman untuk meneteskan air mata. Di sinilah sekarang tubuh Arisha Azzahra meringkuk. Dekapan erat dari guling yang dia peluk meredam sesaknya suara tangisan yang memilukan hati. Mata lelahnya yang tidak bisa membendung derasnya air mata yang mencoba meredakan linu di dadanya.

Mulutnya tidak ada hentinya mengucap kata penenang untuk membuat lapang hatinya dalam menghadapi masalah dalam hidupnya. Masalah yang selama 20 tahun ini melilit raganya. Raga yang mencari arti rumah dalam kamus keluarga. Rumah yang menjadi tempatnya berpulang dan istirahat, bukan rumah yang menghimpit tubuh ringkihnya.

Dibesarkan di keluarga sederhana dengan bumbu yang cukup menguras emosinya dalam tumbuh dan berkembang. Pikirannya yang selama ini selalu berbelit memikirkan akar masalah yang ia rasakan rupanya menghabiskan kesabaran dan tenaga yang ia punya. Susah rasanya ia mendapatkan kenyamanan pelukan di rumah tempat ia dibesarkan.

Ibu yang selalu menjadi penguat, membentuk gadis yang kerap dipanggil Isha bangkit dan kembali mendaki curamnya gunung di hadapannya. Gadis yang sedang berjuang untuk membentuk senyum manis pada wajah cantik ibunya. Ibu yang merupakan seorang ratu dan penyembuh luka di rumah yang menjadi tempat tinggalnya kini. Semangat ibunya yang tidak pernah surut di tengah hubungan keluarga yang membuatnya tersiksa.

Sebuah keluarga yang seharusnya dipimpin oleh seorang hero, namun bagi Isha hero yang ia miliki adalah zero. Hidupnya dihadapkan oleh seorang ayah dengan wujud kedewasaan dengan pola pikir kekanakan. Keyakinan dengan rumah yang tidak roboh hanya angan angan bagi Isha. Melihat semua kenyataan pahit yang diberikan "hero" nya.Seorang hero yang dulunya memberinya dekapan kenyamanan, kini berubah menjadi dekapan penuh ancaman.

Si bungsu Isha cukup bersyukur dengan kondisi kakaknya yang akan membina keluarga yang ia impikan dengan bahagia. Seorang kakak yang dulunya tidak pernah merasakan kasih sayang yang diberikan sang ayah. Dadanya semakin sesak saat rentetan kejadian penuh luka meluncur indah pada kepala cantik Isha. Dengan mata telanjangnya ia menyaksikan lontaran kata tajam dari ayah yang diberikan kepada anaknya. Dirinya tidak bisa memikirkan bagaimana bisa kalimat tersebut dengan mudahnya diucapkan oleh ayah di depan kedua anaknya? Anak yang dulu ia harapkan dan inginkan gelak tawanya mengisi setiap sudut rumah dan kini dengan teganya mengubah suara tawa dengan tangisan yang menyiksa.

Dengan tangan mungilnya Isha berusaha memukul kencang dadanya untuk mengakhiri segala macam pikiran yang berkecamuk di kepalanya mengenai penghuni rumah yang ia huni saat ini. sudah cukup air mata ia keluarkan. sudah habis energi yang ia gunakan dan terlelap adalah harapan indah untuk bisa mengumpulkan kembali energi untuk bisa menghadapi hari esok.

Disinilah perjuangan yang sedang didaki oleh Arisha Azzahra dalam mencari arti rumah sesungguhnya dalam kehidupannya. Apakah rumah dengan kebahagiaan atau siksaan yang akan menjadi takdirnya?

Come Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang