Angkasa : 29 Tahun
Matahari : 28 Tahun
Purna : 9 tahun
Sean : 8 tahun
Rico : 8 tahun
Hercu : 8 tahun
Nash : 8 tahun
Lintang : 3 tahun◇◇◇
"Adek?"
Angkasa mengangguk antusias kepada anak bungsunya pada saat itu
"Iya! Lintang bakal jadi kakak!" Angkasa tersenyum lebar begitu juga Lintang
"Papa nda boong?" Cicit Lintang
"Ga sayang, papa ga bohong, nanti Lintang tolong jagain adek yaa" Ucap Angkasa
Lintang mengangguk cepat
"Intang mau jaga adek!"
"Sayang?" Angkasa bangkit sambil menggendong Lintang lalu berbalik badan dan mendapati sang istri dengan perut buncitnya
"Itu adek Lintang lagi di dalam perut mama" Ucap Angkasa
"Loh? Kenapa di pelut mama?" Tanya Lintang
Matahari tersenyum mendengarnya
"Waktu dulu, Lintang juga ada di perut mama, sama kayak adek" Jelas Matahari
"Kapan kelualnya? Kelualnya dali mana?" Pertanyaan itu keluar dari bocah umur 3 tahun itu
"Keluarnya nanti bulan depan, di tubuh mama udah ada pintu buat keluarin adek" Jelas Angkasa
Lintang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya
"MAMAAA!"
5 buntelan lainnya berlari cepat ke arah 2 orang dewasa serta 1 balita
"Boysss?!" Angkasa berucap tegas
Sontak kelimanya langsung mengerem mendadak kaki mereka
"Maaf papa!" Ucap Kelimanya
Angkasa hanya menghela nafas parah sementara Matahari juga Lintang yang berada di gendongannya hanya terkekeh kecil
Sean terlebih dulu bergerak dan mengelus perut buncit Ibunya
"Adek, jangan nakal-nakal yaa! Adek kalau mau keluar, keluar aja, jangan buat mama kesulitan" Angkasa tersenyum bangga pada Sean
"Sean seneng yah? Mau punya adek lagi" Tanya Angkasa
Sean hanya mengangguk dengan tangan yang masih mengelus perut buncit ibunya
"Nanti adeknya harus di jaga baik-baik yah kak?" Ucap Matahari
Sean hanya mengangguk
Memang di antara saudara-saudara lainnya, hanya Sean lah satu-satunya di panggil 'Kak' karena dirinya tidak suka di panggil 'Abang' atau sebagainya
"Purna? Besok tolong jaga adek-adek kamu yah? Papa besok mau anterin Mama kalian mau check-up" Ucap Angkasa
Purna hanya mengangguk
"Oke boys, saatnya tidur" Ucap Matahari
Matahari menggendong Lintang dengan menggenggam tangan kecil Sean dengan Sean yang memegang tangan Hercu
Lalu ada Angkasa yang menggendong Nash dan memegang tangan Rico dan Rico merangkul Purna
Terlihat seperti keluarga bahagia bukan?
◇◇◇
"Keluarga Pasien?"
Angkasa langsung berdiri dari tempat duduknya
"Saya suaminya dok! Bagaimana keadaan istri serta anak saya?" Angkasa bertanya dengan raut panik serta khawatirnya
"Anak anda laki-laki" Ucap Dokter tersebut
Angkasa menghela nafas lega, sambil sesekali melirik ke arah kaca ruang operasi
"Tapi maaf, Istri anda tak bisa kami selamatkan"
Angkasa terdiam mendengar kalimat dokter tersebut, ia hanya menatap kosong ke arah ruang operasi
"M-maksud dokter? I-istri saya...?"
"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi pendaharan hebat yang terjadi tadi membuat istri anda lemas hingga kekurangan darah" Jelas Dokter tersebut
"G-gak mungkin! Matahari ga mungkin ninggalin saya dok?! Saya harus apa tanpa Matahari!" Dokter tersebut hanya mengelus pundak lelaki tegas itu lalu berlalu pergi
Angkasa bergegas masuk ke dalam ruangan itu
Bruk!
Ia terduduk di depan ranjang Matahari yang sudah terselimuti kain putih sampai di leher
"Sayang? Kamu ninggalin aku?" Gumam Angkasa dengan tatapan kosongnya
"Angkasa ga akan bersinar tanpa Mataharinya" Monolog Angkasa di telinga istrinya
Oek
Oek
Oek
Angkasa mengalihkan perhatiannya pada bayi yang berada di box bayi
"Kamu jadi harta terakhir yang di tinggalin Mama nak"
"Janus Uranus Angkasa Aliranza"
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Angkasa Papa
Short Story"Papa minta maaf ya? Papa mungkin ga bisa nemenin kalian sampai kalian mencapai mimpi kalian" - Angkasa Aliranza