"Janu? Ayo mandi sama abang!" Nash berlari sembari kearah Janu yang sedang asik memainkan mobil-mobilannya bersama Lintang juga Rico
"Nda mau! Nda mau! Anu nda mau andi!" Ucap Janu memberontak dari gendongan Nash
"Ga boleh Janu! Harus mandi! Nanti ga boleh main sama Lintang loh!" Ancam Nash
"Eung? Anu mau andi!"
Kemudian Nash dan Janu pergi meninggalkan Lintang bersama Rico
"Bang?" Panggil Lintang
"Hem?" Rico hanya bergumam, masih fokus dengan playdoh milik kedua adik bungsunya itu
"Janu lucu banget, kayak bayi" Ucap Lintang
Rico terkekeh pelan, Lintang sepertinya tidak sadar diri, oh ayolah! Lintang bahkan masih berusia 5 tahun hanya terpaut 2 tahun dengan Janu
"Kamu gak sadar diri dek, Kamu juga bayi tau!" Ucap Rico
"Gak! Lintang bukan bayi!" Bantah Lintang
"Kamu tuh bayiii! Bayiii~" Rico memeluk Lintang
"Ahahaha! Cukup Bangg~ geliii! Abang ih!" Lintang berucap sambil tertawa geli
"Happy banget anak-anak papa" Angkasa datang menghampiri mereka
Lintang sontak berlari ke arah Angkasa berusaha mencari perlindungan diri dari Lintang
"Papa! Tolongin Lintang! Bang Rico mau nyerang Lintang lagi!" Adu Lintang yang membuat Angkasa tertawa gemas
Ia kemudian menggendong Lintang sambil membawanya ke arah Rico
"Papa! Jangan dekatin Lintang sama abang!" Pekik Lintang di gendongan Angkasa
"Hahahaha, katanya bukan bayiii, tapi kok masih di gendong?" Ejek Rico
"ABANGGGG IHHHH!"
◇◇◇
Lintang memandangi Janu yang tertidur di kasur sebelahnya
Ia memandangi setiap inci wajah Janu, yang mirip sekali dengan Mamanya, pikirnya
"Kenapa ya? Semenjak ada Janu, Lintang gak pernah lihat mama lagi?" Gumam Lintang
Ia kemudia mengubah posisinya menjadi tengkurap, dan memandangi langit-langit kamarnya
"Apa Mama ninggalin kita karena Janu?"
"Gak mungkin, Janu kan baik"
"Apa mama ninggalin kita karena mama jahat?"
"Gak mungkin juga, Mama kan baik"
"Tapi Lintang rindu mama, mama kok gak pernah datang? Bahkan ulang tahun Lintang juga mama gak pernah datang"
"Lintang nakal ya sama mama? Mama gak mau ketemu Lintang lagi yah?"
Tanpa sadar setetes air mata mengalir dari sudut mata Lintang
Lintang kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan keluar kamar
Disaat seperti ini, Lintang membutuhkan satu orang yang akan selalu mendengarkannya
Sean.
◇◇◇
Ceklek!
"Kak Sean?" Sean mengalihkan perhatiannya dari laptop ke arah adiknya
Dengan perlahan Lintang memasukki kamar itu, ia sedikit melirik ke arah kasur sebelah terdapat Purna yang tertidur lelap
"Ada apa dek?" Sean menutup laptopnya
"Lintang mau tanya satu hal sama kakak, tapi Lintang takut kakak marah"
Sean menatap adiknya bingung
"Sini, kakak gak bakal marah" Ucap Sean
Lintang kemudian mengikuti perintah Sean dan berjalan pelan ke arah Sean
"Lintang mau tanya apa?" Tanya Sean
"Mama pergi karena Janu ya kak?" Sean terdiam mendengar pertanyaan itu
"Kata siapa?" Tanya Sean
"Semenjak ada Janu, Lintang gak pernah lihat mama lagi" Ucap Lintang
Memang benar, dari awal kelahiran Janu, Lintang di titipkan kepada Nenek dan Kakeknya di Canada, karena pada saat itu mereka semua sedang terpukul dan berduka saat kehilangan Matahari mereka
"Lintang mau dengar cerita ga?" Lintang mengangguk
"Lintang sering di kasih kado spesial kan?" Lintang lagi-lagi mengangguk
"Lintang sering dapat kado spesial dari papa dan abang sama kakak tapi ga pernah dari mama" Ucap Lintang memelan di akhir lalu menunduk
"Kata siapa?" Lintang mengangkat kepalanya melihat mata bersinar kakaknya itu
"Janu itu kado spesial dari mama untuk papa, kakak, abang-abang, dan untuk Lintang"
"Lalu? Kenapa sekarang mama udah gak pernah muncul lagi?" Tanya Lintang
"Mama lagi ada di suatu tempat yang indah, karena Mama udah berhasil kasih kado yang paling spesial untuk kita" Ucap Sean
"Tapi selama ini Papa dan lainnya sering ngasih Lintang kado spesial, tapi mereka selalu ada sama Lintang, kenapa mama tidak?"
"Beda sayang, Kado yang mama kasih lebih mahal dari yang lainnya, jadi mama pergi ke tempat yang indah itu sebagai bayaran atas kado yang mama berikan ke kita"
Linta mengangguk-angguk, sekalipun ia tidak paham
Sean terkekeh kecil melihat adiknya yang bertingkah seolah dia paham
"Nanti besar Lintang akan mengerti" Ucap Sean
"Tidur yuk? Udah malam" Ajak Sean
"Mau sama kakak" Rengek Lintang
"Yaudah tapi khusus hari ini aja ya" Ucap Sean
Lintang bersorak kecil lalu meloncat ke kasur Sean
Merekapun tertidur lelap dengan saling memeluk
Tanpa mereka sadari, sedari tadi Purna mendengar semua percakapan mereka, Purna bangkit dari kasurnya dan menyelimuti mereka, kemudian mengusap kepala Sean lembut
"Sean? Abang bangga banget sama kamu"
Tangannya berpindah mengelus kepala Lintang yang terlihat nyaman di dekapan Sean
"Kamu pasti akan mengerti nanti"
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Angkasa Papa
Nouvelles"Papa minta maaf ya? Papa mungkin ga bisa nemenin kalian sampai kalian mencapai mimpi kalian" - Angkasa Aliranza