01 | Langkah pertamanya Janu

264 20 6
                                    

Tok

Tok

Tok

"Abang?" Nash mengetuk pintu kamar Purna

"Bang Bangun!" Nash kembali mengetuknya kali ini lebih keras

"Iya sabar dek" Terdengar suara deep dari salam kamar, khas orang bangun tidur sekali

"Abang kalau gak bangun aku panggilin Sean!" Ancam Nash

Ceklek!

Pintu itu terbuka, menampilkan Purna dengan wajah setengah sadarnya serta mata yang sebelah terbuka

"Ini udah bangun" Ucap Purna pelan ia mengucak matanya sebelahnya yang belum terbuka

"Cuci muka bang, kalau Sean lihat dia bisa ngomel" Ucap Nash kemudian ia berlalu dari sana

Lalu, target selanjutnya adalah Angkasa

"Pa? Papa! Bangun!" Dari awal Nash sudah mengetuk pintu dengan bar-bar

Ceklek!

"Apasih! Papa denger kamu ngetuk pintu kamar Purna ga sekejam kamu ngetuk pintu kamar papa!" Ucap Angkasa dramatis

"Soalnya papa kan suka lam-"

"Nash? Papa belum bangun?" Ucapan Nash terpotong dengan kemunculan Sean dengan bayi Janu di gendongannya

Hebat bukan? Bocah umur 9 tahun sudah bisa menggendong adiknya yang saat ini berusan 8 bulan

"Udah kok Se, papa udah bangun" Ucap Angkasa dengan senyuman lebarnya

"Papa cuci muka, Sean sama Rico udah nyiapin sarapan" Ucap Sean

Sekali lagi, bocah berumur 9 tahun sudah bisa memasak dan membuat sarapan! Hebat bukan?

Kehilangan Matahari memang membuat dampak yang besar terhadap anak-anak mereka

Selain karena keluarga mereka yang meredup karena tidak ada lagi penerang dalam hidup mereka, namun setidaknya mereka harus terus bangkit untuk bertahan hidup, terlebih lagi sekarang sudah ada Janu di sisi mereka

◇◇◇

Tak ada suara apapun selain bunyi sendok dan garpu yang beradu dengan piring makanan

Angkasa dan Matahari sudah menerapkan basic manner kepada anak-anak mereka

"Papa, kemungkinan besok akan pulang telat, jadi jangan ada yang nungguin papa besok yah? Terutama kamu Hercu" Ucap Angkasa setelah mengakhiri sarapan mereka

"Iya pa"

Si bayi Janu terlihat bahagia sekali sambil sesekali menepuk-nepuk tangannya sambil menerima suapan dari Angkasa

"Janu belum bisa jalan kah?" Tanya Rico

"Dia masih 8 bulan Ric" Balas Purna sambil mengusap pipi gembul Janu

Lain halnya dengan Sean yang masih fokus menyuapi Lintang, si bocah umur 3 tahun yang rewelnya minta ampun, tapi bila berhadapan dengan Sean ataupun Angkasa maka ia akan terdiam

"Tapi ada loh yang 8 bulan udah bisa jalan" Ucap Hercu

"Bayi kan beda-beda" Balas Nash

"Lagian nanti juga ada saatnya Janu bakal jalan kok, iya kan bayi?" Sean berucap sambil mengedipkan matanya pada Janu yang membuat Janu bertepuk tangan lagi

◇◇◇

Saat ini ke7 putra Aliranza itu sedang berada di ruang tengah, menikmati kartun yang sedang di putar agar memberikan ketenangan pada 2 balita disana

"Janu! Liatt! Abang punya ini!" Lintang memperlihatkan mainan mobil-mobilan yang dimilikinya

Janu bertepuk tangan senang, tangannya terlihat berusaha menggapai mainan itu

Dengan di bantu oleh Purna, Janu di tarik berdiri dan masih berusaha menyeimbangkan langkahnya

"Ayo Janu! Ambil mainannya, pelan-pelan" Ucap Hercu menyemangati

Nash merekam kejadian itu menggunakan handphone miliknya untuk di kirim ke Papanya nanti

Duk

Satu langkah

Duk

Dua langkah

Duk

Tiga langkah

Bruk!

Janu tepat jatuh di pelukan Rico, Janu bertepuk tangan senang dan mengambil mainan mobil itu dari tangan Lintang di sampingnya

"YEYYY! JANU UDAH BISA JALAN!"

7 Angkasa PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang